Skip to main content

Tiga Pendekatan dalam Memahami Agama

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 29, 2011

Pendekatan Teologis Normatif . Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama, ialah upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar bila dibandingkan dengan yang lainnya. Model pendekatan ini, oleh Muh. Natsir Mahmud, disebut sebagai pendekatan teologis-apologis. Sebab cenderung mengklaim diri sebagai yang paling benar, dan memandang yang berada di luar dirinya sebagai sesuatu yang salah, atau minimal keliru. Menurut Amin Abdullah, teologi tidak bisa tidak, pasti mengacu pada agama tertentu. Loyalitas terhadap kelompok sendiri, komitmen dan dedikasi yang tinggi serta penggunaan bahasa yang bersifat subjektif, yakni bahasa sebagai pelaku, bukan sebagai pen…

Epistemologi Bayani; Pengantar Pendahuluan

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 26, 2011

Bayani berasal dari bahasa Arab berarti penjelasan (eksplanasi). Dalam kamus bahasa indonesia bayan berarti jelas, nyata dan terang. Jadi secara etimologi, bayan berarti menyingkap dan menjelaskan sesuatu atau menjelaskan maksud dari suatu pembicaraan dengan menggunakan lafal yang paling baik dan jelas. Al-Jabiri, tentang kata ini, memberikan arti sebagai al-fashl wa infishal (memisahkan dan terpisah) dan al-dhuhur wa al-idhhar (jelas dan penjelasan). Makna al-fashl wa al-idhhar dalam kaitannya dengan metodologi, sedang infishal wa dhuhur berkaitan dengan dari metode bayani. Adapun menurut pengertian ulama Ushul Fikih, bayan adalah suatu lafal yang maksud maknanya cukup jelas, baik kualitas kejelasannya itu bersifat pasti (qat’i) , maupun dugaan kuat (zhanni) . Defenisi lain yang dike…

Pemikiran Al-Hallaj Sang Syahid

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 26, 2011

Suatu gerakan klasik mistis yang merupakan reaksi atas legalisme dan kekakuan Islam ortodoks yang kita kenal dengan istilah sufisme merupakan suatu sekte yang berusaha mencapai hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan. Esensinya adalah kesucian yang merupakan pola pikir tasawuf yang terkait dengan kesederhanaan dan pengalaman pribadi para sufi dan dijadikan sebagai konsep pengalaman beragama. Pada masa sejarah tertentu ia malah telah mempribumi dan anggun. Hamzah fanzuri dan Syeikh Siti Jenar di jawa adalah dua dari sekian banyak nama sufi yang selalu saja berada pada bibir sejarah Islam Indonesia. Riwayat Syeikh Siti Jenar malahan sering disejalurkan dengan kisah-kisah Mansur Al-Hallaj, walaupun ada perbedaan bobot zaman dan ungkapan kesufiannya. Namun keduanya memiliki dimensi politi…

Material Makalah; Metode Ijmali

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 22, 2011

Secara lughawi, kata al-Ijmali berarti ringkasan, ikhtisar, global dan penjumlah. Sehingga yang dimaksud dengan metode Ijmali adalah menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan mengemukakan kandungannya secara ringkas dan tapi meyeluruh, dengan bahasa yang populer, mudah dimengerti dan enak dibaca. Jika ditelusuri perkembangan tafsir al-Qur’an, kita akan menemukan bahwa Nabi dan para sabahat menafsirkan al-Qur’an secara ijmali , dalam artian tidak memberikan penafsiran secara rinci dan panjang lebar, akan tetapi secara ringkas. Oleh karena itu dalam tafsiran mereka pada umumnya sukar menemukan uraian yang detail. Maka, banyak berpendapat bahwa metode ijmali adalah metode penafsiran yang paling awal muncul. Ketika menggunakan metode Ijmali , seorang mufasir hanya perlu menjelaskan ayat-a…

Cerita Abu Nawas (Semua dimulai Huruf J)

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 19, 2011

Di sebuah kerajaan dipimpin seorang sultan yg bijak. Rakyatnya hidup makmur dan sejahtera karena sang raja memimpin dengan adil... Satu hari Sultan merasa sungguh boring dan bete abis, jadi dia tanya si Kasim pembantunya, “Kasim pembantuku, siapa paling pandai saat ini?” “Abunawas (timur tengah) La Mellong (Bugis Makassar), Tuanku.” jawab si Kasim. Sultan pun manggil Abunawas (timur tengah) La Mellong (Bugis Makassar) dan baginda bertitah, “Kalau kamu pandai, coba buat satu cerita seratus kata tapi setiap kata mesti dimulai dengan huruf ‘J’.” Abunawas (timur tengah) La Mellong (Bugis Makassar) terperanjat, tapi setelah berpikir, dia pun mulai bercerita: Jeng Juminten janda judes, jelek jerawatan, jari jempolnya jorok. Jeng juminten jajal jualan jamu jarak jauh Jogja-Ja…

Beberapa Metode Penarikan/Pengambilan Sampel

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 18, 2011

Teknik penentuan sampel sangat urgen perannya dalam penelitian. Berbagai teknik penentuan sampel pada hakekatnya adalah untuk memperkecil kesalahan generalisasi dari sampel ke populasi. Hal ini dapat dicapai apabila diperoleh sampel yang refrensentatif, artinya, sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya. Oleh karena itu, dalam penentuan sampel ada empet faktor yang harus dipertimbangkan untuk menentukan  besarnya sampel yang diambil, sehingga dapat diperoleh gambaran yang refresentatif dari populasinya. Persoalan teknik sampling ini dapat dijumpai beberapa pembagian yang berbeda-beda, walaupun pada dasarnya bertolak dari asumsi yang sama. Asumsi pokoknya adalah bahwa teknik sampling harus secara maksimal memungkinkan diperolehnya sampel yang refresentatif. Untuk itu, dikenal t…

Kok "Poco-poco"..

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 17, 2011

Lagu Minahasa menggemaskan karya Arie Sapulette dan dipopulerkan Yopie Latul ini boleh-boleh saja surut dari berbagai panggung seantero tanah air setelah meraja beberapa tahun di awal 2000-an, tak lagi membuat negeri ini bergoyang berirama genit tapi santun. Namun di pesta-pesta adat Batak Poco-poco tetap berjaya (bersanding dengan lagu rakyat simelungun, Pos ni uhur , yang liriknya justru sebenarnya adalah curahan hati seorang gadis yang ditinggal hamil). Sampai hari ini, dan bahkan mungkin sampai satu atau dua dekade lagi Poco-poco akan tetap menggairahkan ibu-ibu Batak dan sejumlah lelaki “pinggiran” menari-ria di pinggir-pinggir ruang dan sela-sela sempit pesta adat batak yang garing menjemukan. Konon, tarian ini bermula dari sana dan hanya di sela-sela acara, yaitu saat pe…

Manajemen Kultur Pesantren

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 12, 2011

Kultur pesantren dengan keunikannya masih diharapkan menjadi penopang berkembangnya sistem pendidikan di Indonesia. Keaslian dan kekhasan pesantren di samping sebagai khazanah tradisi budaya bangsa, juga merupakan kekautan penyangga pilar pendidikan untuk memunculkan pemimpin bangsa yang bermoral. Manajemen Kultural dalam manajemen kultur pesantren sebagai model manajemen keenam merupakan manajemen yang menggunakan nilai-nilai (keyakinan/kepercayaan) sebagai dasar pengembangan organisasi, termasuk pendidikan (sekolah) tidak dapat dikelola secara struktural/birokratis yang lebih menekankan pada perintah atasan, pengarahan, dan pengawasan, karena dapat terjadi anggota organisasi hanya bekerja apabila ada perintah dan pengawasan. Setiap orang bekerja dengan dasar nilai (keyakinan) yang me…

Darmaningtyas: "Carut Marut Pendidikan" di Indonesia

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 12, 2011

Pengamat pendidikan asal Yogyakarta, Darmaningtyas, menilai dunia pendidikan di Tanah Air sudah carut marut. Bahkan dia menyebutkan, kondisi dunia pendidikan pada zaman Orde Baru, justru jauh lebih baik daripada setelah era reformasi sekarang ini. ”Pada zaman Orde Baru, di dunia pendidikan tidak ada kapitalisasi, kastanisasi, dan liberalisasi. Tapi setelah era reformasi ini, ketiga hal yang mestinya diajarkan dalam materi pendidikan untuk dihindari, justru sudah merasuk sedemikian rupa,”Dia menyebutkan, pada zaman Orde Baru, seluruh warga negara relatif mendapat kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan yang berkualitas, bahkan hingga pendidikan tinggi. Pada masa itu, asalkan memang pandai dan diterima di Perguruan Tinggi Negeri, keluarga dengan latar belakan…

Model Pembelajaran 'Cooperatif Learning'

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 12, 2011

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik ( student oriented) , terutama untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran, termasuk peserta didik yang tidak bisa bekerja sama dengan sesamanya. Pembelajaran kooperatif mengupayakan peserta didik mampu mengajarkan sesuatu kepada peserta didik lainnya. Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu bersamaan. Peserta didik menjadi nara sumber bagi peserta didik lainnya. Meski demikian, pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode diskusi dalam kelas. Cooperative learning atau dalam bahasa indonesia berarti pembelajaran kooperatif, berasal …

Langkah-langkah Pengembangan Silabus Pembelajaran

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 10, 2011

1. Mengisi identitas Identitas terdiri dari nama sekolah, kelas/semester, mata pelajaran, dan standar kompetensi. Identitas silabus ditulis di atas matriks silabus. 2. Menuliskan Standar Kompetensi Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standar Kompetensi diambil dari Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) Mata Pelajaran. Sebelum menuliskan Standar Kompetensi, penyusun terlebih dahulu mengkaji Standar Isi mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut: urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau SK dan KD; keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran; keterkaitan s…

Sejarah Catur yang Sebenarnya

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 10, 2011

Catur adalah permainan yang dilakukan di atas papan. Awalnya olahraga ini bersifat rekreasi yang dimainkan di antara dua pemain. Bentuk permainan berdasarkan aturan baku timbul di Eropa Selatan pada masa pertengahan abad, pada abad yang ke-15 berubah dari bentuk asal permainan catur yang berasal dari India yang sama. Sekarang, permainan catur merupakan permainan populer di dunia, dimainkan oleh jutaan manusia di seluruh dunia, dan di klub-klub catur. Meskipun demikian, banyak pakar mengatakan bahwa permainan catur telah ditemukan jauh sebelum data yang dilansir di atas. Tim arkeologi Inggris telah mengadakan penggalian menemukan petunjuk bahwa di Eropa permainan catur sudah dimulai sejak abad ke-6. Baru-baru ini ekspedisi Universitas Anglia menemukan potongan bidak catur berbahan gadi…

Konsep Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 10, 2011

Wilson (2002:4) mengatakan Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu pendidik mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan peserta didik diperoleh dari usaha peserta didik mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. Kunandar(2010:295) dalam The wagshinton state konsoritium for contextual teaching and learnig , mengartikan Contextual Teaching and Learning adalah pengajaran yang memungkinkan peserta didik memperkuat, memperluas dan menerapkan dan keterampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan diluar sekolah untukmeme…

Kebiasaan yang Diulang = Keahlian

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 10, 2011

Pada zaman dahulu kala, hidup seorang panglima perang yang terkenal karena memiliki keahlian memanah yang tiada tandingannya. Suatu hari, sang panglima ingin memperlihatkan keahliannya memanah di depan khalayak. Lalu diperintahkan kepada prajurit bawahannya untuk mengumpulkan rakyat dan  menyiapkan papan sasaran serta 100 buah anak panah. Setelah semuanya siap, kemudian sang Panglima memasuki lapangan dengan penuh percaya diri, lengkap dengan perangkat memanah di tangannya. Panglima mulai menarik busur dan melepas satu persatu anak panah itu ke arah sasaran. Rakyat bersorak sorai menyaksikan kehebatan anak panah yang melesat! Sungguh luar biasa! Seratus kali anak panah dilepas, 100 anak panah tepat mengenai sasaran. Dengan wajah berseri-seri penuh kebanggaan, panglima berucap, "Rakya…

Pembelajaran Berbasis Masalah

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 10, 2011

Pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan istilah problem based learning (PBL), pada awalnya dirancang untuk program graduate bidang kesehatan oleh Barrows (1988) yang kemudian diadaptasi untuk program akademik kependidikan oleh Stepein Gallager. PBL ini dikembangkan berdasarkan teori psikologi kognitif modern yang menyatakan bahwa belajar suatu proses yang dalam di mana pembelajar secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan belajar yang dirancang oleh fasilitator pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah mengandung dua prinsip penting yaitu 1) belajar adalah suatu proses konstruksi bukan proses menerima (receptive process), 2) belajar dipengaruhi oleh faktor interaksi sosial dan sifat kontekstual pelajaran. Teori ini mengisyaratkan bahwa dal…

Konsep Manusia Sempurna

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 09, 2011

Dengan berkat Rahmat dan Inayah-Nya semata, manusia telah diciptakan dengan segala kesempurnaan bahkan dinyatakan secara isyarat di dalam firman- Nya: bahwa "manusia adalah makhluk sempurna dan termulia dari seluruh makhluk ciptaan" (QS. 95:4). Karena hakikat manusia diciptakan tidak lain untuk dijadikan wadah kecintaan Allah (Mounadi; 1987:2). Menurut al-Jilli, nama esensial dan sifat-sifat ilahi pada dasarnya menjadi milik manusia sempurna oleh adanya hak fundamental, yakni sebagai keniscayaan yang inheren dalam esense dirinya. Demikianlah, dengan ungkapan yang sering kita dengar bahwa Tuhan berfungsi sebagai kaca bagi manusia, juga demikian halnya manusia menjadi kaca tempat Tuhan melihat dirinya. Sebagai kaca yang dipakai seseorang melihat bentuk dirinya dan …

Syiah Imamiyah; Penerima Wasiat?

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 09, 2011

Melanjutkan tulisan tentang Syiah yang sempat tertunda, kali ini akan diulas sedikit tentang Syiah Imamiyyah. Dinamakan dengan Syi’ah Imamiyah karena yang menjadi dasar akidahnya adalah persoalan imam dalam arti pemimpin yaitu pemimpin religio politik dan sebagai penerima wasiat, yakni Ali bin Abi Thalib berhak menjadi pemimpin bukan hanya karena kecakapannya atau karena akhlak, akan tetapi karena ia telah ditunjuk secara nas dan pantas menjadi khalifah pewaris kepemimpinan Nabi Muhammad saw. Kelompok ini telah sepakat bahwa Ali bin Abi Thalib adalah penerima wasiat Nabi saw yang telah ditunjuk oleh nas. Adapun al-Ausiyah (penerima wasiat) setelah Ali bin Abi Thalib adalah keturunannya dari garis Fatimah, yaitu Hasan, Husain lalu keturunan Husain. yang kesemuanya berjumlah dua bel…

Mohammed Arkoun dan Konsep Islamologi Terapan

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 09, 2011

Islam dalam sejarahnya pernah menjadi puncak peradaban di mana negara-negara yang ada pada waktu itu mengacu dan merujuk kepada peradaban Islam. Medinah yang pada awalnya menjadi ibukota umat Islam kemudian beralih ke Damsyik dan terakhir di Bagdad, menjadi sentral bagi negara-negara yang ada disekitarnya seperti Afrika Utara, Spanyol di Barat dan Persia termasuk India di bagian Timur. Masa keemasan ini terjadi pada periode klasik (650-1250 M). Masa kemajuan yang diraih oleh umat Islam tersebut tetap diperpanjang pada zaman pertengahan (1250-1800) dengan lahirnya tiga kerajaan yang besar yaitu Kerajaan Usmani (Ottoman Empire) Turki, Kerajaan Syafawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India. Abad modern (1800-sampai sekarang) yang merupakan abad dunia barat sekaligus abad degradasi umat…

Lima Hukum Komunikasi Efektif

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 09, 2011

Lima Hukum Komunikasi Yang Efektif ( The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication ) yang di kembangkan dan dirangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH , yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain. Hukum pertama: Respect . Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita harus…