Skip to main content

Ragam Tafsir Sufi

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: April 22, 2013

Tafsir Sufi sebagai klaim tafsir sebagai karangan langsung dari seorang sufi juga beragam. Beberapa ragam tafsir sufi, yaitu:
Pertama: Tafsir Isyari Nadhori, lebih banyak digeluti oleh para penganut tasawuf teoritis yang didasarkan atas hasil pembahasan teoritis. Mereka, berusaha menafsirkan ayat al-Quran dengan pendekatan batin semata, dan mengabaikan terhadap makna tekstualnya. Menurutnya, pengertian harfiah al-Quran bukan pengertian yang dikehendaki, tapi yang dikehendaki adalah pengertian batin (makna tersirat).
Contoh tafsir Isyari Nadhori, Futuhatul Makiyah dan Fushush al-Hikam. Dalam penafsirannya ia mengabaikan segi tekstual ayat, dan lebih mementingkan segi batiniyyah, yaitu berkaitan dengan faham Wihdat al-Wujud.
Kedua: Tafsir sufi amaly adalah tafsir yang dilakukan oleh para penganut tasawuf praktis. Corak tafsir jenis ini tidak dapat diperoleh hanya dengan pemikiran, tetapi harus menggunakan pengalaman mistis dan ilmu laduni, yaitu ilmu yang diberikan kepada seseorang karena ketinggian ketakwaannya kepada Allah swt.
Menurut kaum sufi, hakikat al-Quran, tidak hanya terbatas pada pengertian yang bersifat lahiriah saja, tetapi tersirat pula makna batin yang justru merupakan makna terpenting. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh riwayat yang berasal dari Ibn Abbas sebagai berikut:
Ibn Abi Hatim mengeluarkan dari jalur al-Dhahak, dari Ibn Abbas beliau berkata: “Sesungguhnya al-Quran itu memiliki cabang-cabang ilmu, bagian-bagian yang dzahir dari yang batin. Keajaiban-keajaiban yang tidak akan pernah habis dicapai secara tuntas. Maka, barang siapa yang masuk ke dalamnya dengan lemah lembut, niscaya selamat, tapi barang siapa yang memperlakukan dengan kekerasan, pasti celaka. Di dalamnya terdapat berita-berita, tamsil-tamsil, penjelasan mengenai hal yang halal dan yang haram, nasikh-mansukh, muhkam dari mutasyabih, dzahir dan batin. Dzahirnya adalah tilawah sedangkan batinnya adalah takwil. Orang-orang yang berilmu sama menekuni nya, sedangkan orang-orang yang bodoh mengesampingkannya.”
Untuk dapat digolongkan sebagai seorang mufassir sufi amaly, sebagaimana dikatakan oleh Imam Ahmad Ibn Sahl, sayoganya menjauhi empat hal, yaitu:
  1. Dunia. Senjata dunia (untuk memperdaya manusia) adalah hidup membaur dengan sesama manusia dan penangkal nya adalah hidup menyendiri.
  2. Syaitan. Senjata Syaitan adalah kenyang dan penangkalnya adalah lapar.
  3. Jiwa. Senjata jiwa adalah tidur dan penangkal nya adalah tidak tidur di malam hari.
  4. Hawa Nafsu. Senjata hawa nafsu adalah banyak berbicara dan penangkal nya adalah diam
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Machnun Husein, Futuhatul Makiyah (terj) (Jakarta: Rajawali Pers, t.th). Ibn Arabi, Fushusul al-Hikam, terj, Ahmad Sahidah dan Nurjannah Arianti, (Islamika, Yogyakarta, 2004).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar