Skip to main content

Ketoprak; Pengertian dan Sejarah

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: January 14, 2013

Ketoprak adalah drama rakyat tradisional yang berasal dari Jawa Tengah. Ketoprak dibawakan baik oleh pemain pria maupun wanita yang jumlahnya tergantung dari lakon yang dibawakan. Ketoprak dimainkan pada malam hari dengan lama main 3-4 jam. Kostum yang dikenakan berupa pakaian daerah Jawa dengan berbahasa Jawa. Ceritanya pada sejarah atau Babad Jawa dengan pelukisan tokoh ketoprak lebih realistis. Penampilan ketoprak terkadang unsur seni tari, seni suara, seni musik dan seni akting.
Ketoprak dikatakan tradisional karena drama ini dipertunjukkan kepada penonton tanpa menggunakan teks sebagaimana yang berlaku pada drama modern. Di sini para pemainnya tidak perlu menghafalkan teks terlebih dahulu sebelum bermain. Para pemain mengucapkan dialog-dialognya secara improvisasi atau memakai pola-pola kalimat tertentu yang dikenal secara tradisi oleh masyarakat.
Menurut Asti Diponingrat, ketoprak berasal dari Surakarta yang kemudian masuk ke kota Yogyakarta pada tahun 1926. Nama ketoprak diambil dari bunyi yang dihasilkan dari alat musiknya. Pada waktu itu ketoprak menggunakan alat musik lesung (alat untuk menumbuk padi), suling, terbang, kendang. Irama yang dihasilkan ..dung ..dung . .prak .prak... .pating ketuprak (bahasa Jawa) sehinga orang menyebutnya ketoprak.
Menurut Ensiklopedi Indonesia, ketoprak berasal dari Surakarta. Ketoprak semula diciptakan oleh Raden Kanjeng Tumenggung Wreksodiningrat, Bupati Gedong Kiwo, Kesunanan Surakarta pada tahun 1898. Pada saat itu Surakarta terjangkit penyakit pes. Raden Kanjeng Tumenggung Wreksodiningrat sedih dan terharu melihat warganya mati di jalan-jalan, terkapar di barak darurat sambil merintih. Kemudian menyuruh para abdinya untuk menghibur warganya yang tertimpa kemalangan tersebut.
Hiburan yang diberikan kepada warga pada saat itu berupa nyanyian dan tarian dengan diiringi lesung. Dari sinilah timbul sebutan ketoprak lesung. Pada tahun-tahun berikutnya, ketoprak masih berkembang dan mulai tumbuh beberapa kelompok yang main di luar Keraton, bahkan sampai menyebar ke daerah Yogyakarta pada tahun-tahun berikutnya. Pada saat ini ketoprak sudah berkembang dari yang semula pemainnya hanya laki-laki menjadi pemain-pemain dari perempuan dan musik pengiringnya pun sudah memakai gamelan.
Pada tahun 1927 sudah mulai ada ketoprak dengan iringan gamelan, akan tetapi lesung masih digunakan. Pada masa itu ketoprak mengalami masa transisi/peralihan antara ketoprak lesung dan ketoprak gamelan. Tahun 1928 ketoprak baru melepaskan diri dari musik lesung dan hanya memakai gamelan lengkap. Pakaiannya pun sudah mulai memakai bahan¬bahan yang lumayan baik, yaitu dari bahan satin dan disesuaikan dengan cerita yang ditampilkan. Kalau memainkan cerita Babad Demak, maka para kalau cerita Arab maka pemain memakai pakaian jubah dan sebagainya.
Di Klaten, Surakarata orang mulai mengenal ketoprak pada abad ke-20. Lahirnya ketoprak diilhami oleh permainan gejogan dan kotekan, yaitu permainan yang dilakukan oleh para gadis desa di waktu bulan punama dengan membunyikan lesung, yang menghasilkan ritme tertentu. permainan lesung ini bisasanya diiringi dengan nyanyian, ditambah dengan kendang dan seruling, dan dibubuhi cerita pendek dari kehidupan masyarakat sehari-hari, sehingga jadilah ketoprak.
Seiring dengan perkembangan ketoprak, ketoprak lesung mulai tersingkir dengan kehadiran ketoprak gamelan karena ketoprak ini dirasa lebih menarik dengan perubahan-perubahan yang terjadi mulai dari cerita, musik pengiring, maupun pakaian yang dikenakan pada saat tampil di depan masyarakat. Pemeran wanita tidak lagi diperankan oleh laki-laki akan tetapi peran wanita sudah dibawakan oleh wanita sungguhan.
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia ketoprak tidak luput dari sensor Jepang. Ketoprak sangat disukai oleh masyarakat dan mampu menarik perhatian diantaranya film-film dipangungg hanya mengunggulkan sesuatu yang itu-itu saja yang membuat bosan masyarakat yang menontonnya. Rasa bosan ini yang menjadikan ketoprak mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat.
Pada masa sekarang ketoprak tidak hanya memainkan cerita-cerita lokal saja, tetapi juga mengambil cerita-cerita dari luar. Baik itu dari luar jawa maupun dari luar negeri. Karena menyesuaikan dengan cerita dan asal daerahnya, para pemain ketoprak juga menyesuaikan kostum yang dipakainya ketika pentas.
Ketoprak yang berkembang sekarang adalah perkembangan ketoprak lesung yang makin berkembang dengan adanya beberapa kelompok seniman yang memakai musik pengiring gamelan. Tarian dan tembang pada perkembangannya dirasa mengganggu seni dramatik ketoprak, maka kedua seni tersebut dikurangi porsinya dan digantikan dengan dialog langsung.
Terobosan yang sangat tidak terduga dari perkembangan ketoprak dewasa ini adalah munculnya ketoprak di media cetak, baik berupa cerita bersambung maupun komik, dalam bentuk buku dan media elektronik. Ketoprak mampu menembus rekaman yang dikemas dalam bentuk kaset, juga yang paing luar biasa adalah masuknya ketoprak dalam televisi.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Poer Adhie Prawata, Wawasan Sastra Jawa Modern, (Bandung, Angkasa, 1993). J.J.Ras. Sastra Jawa Mutakhir, (Jakarta, Terj. Hersri, Graffiti Pers, 1985). Tim Lembaga Research Kebudayaan Nasional, LRKNY/LIPI, Kapita Selekta Manifestasi Budaya Indonesia, (Bandung, Penerbit Alumni, 1984). Herry Mardiyanto, Mempertimbangkan Sastra Jawa, (Semarang, Yayasan Adhigama, 1996). Budi Susanto, Ketoprak The Politics Of The Past In The Present Day Java, Yogyakarta, Kanisius, 1997)
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar