Skip to main content

Sumber-sumber Pengetahuan

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: December 17, 2012

Sumber pengetahuan, terkadang diistilahkan dengan epistemologi. (baca di sini, dan di sini). Louis O. Kattsof mengatakan bahwa sumber pengetahuan manusia itu ada lima macam, yaitu: (1) Empiris yang melahirkan aliran empirisme; (2) Rasio yang melahirkan aliran Rasionalisme; (3) Fenomena yang melahirkan aliran fenomenologi; (4) Intuisi yang melahirkan aliran intusionisme; dan (5). Metode ilmiah yang menggabungkan antara aliran rasionalisme dan empirisme. Metode ilmiah inilah yang kemudian mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di seluruh universitas dunia.

Empirisme

Seorang empirisis biasanya berpendapat bahwa orang dapat memperoleh pengetahuan melalui pengalaman/ indera. "Bagaimana orang mengetahui es membeku?", jawaban tentu berbunyi, "karena saya melihatnya demikian”, atau "karena seorang ilmuwan melihatnya demikian."

Dengan begitu/dapat dibedakan dua macam unsur: pertama, unsur yang mengetahui dan kedua, unsur yang diketahui.

Rasionalisme

Tidaklah mudah membuat definisi rasionalisme sebagai suatu metode untuk memperoleh pengetahuan. Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang sebagai jenis perangsang bagi pikiran.

Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran mengandung makna dan mempunyai ide yang sesuai dengan, atau menunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya diperoleh dengan akal budi saja.

Fenomenalisme

Immanuel Kant, seorang filsuf Jerman abad ke-1 8 melakukan pendekatan kembali terhadap masalah di atas setelah memperhatikan kritik-kritik yang dilancarkan oleh David Hume terhadap sudut pandangan yang bersifat empiris dan yang bersifat rasional.

Intuisionisme

Orang mudah merasa tidak puas terhadap penyelesaian yang diajukan oleh Kant, karena penyelesaian tersebut mengatakan bahwa pada babak terakhir manusia hanya mengetahui modifikasi barang sesuatu dan bukannya barang sesuatu itu sendiri dalam keadaannya yang senyatanya.

Intuisi mengatasi sifat lahiriah pengetahuan simbolis yang pada dasarnya bersifat analitis, dan memberikan pada manusia keseluruhan yang bersahaja, yang mutlak tanpa suatu ungkapan, terjemahan atau penggambaran secara simbolis.

Maka menurut Bergson, intuisi ialah suatu sarana untuk mengetahui secara langsung atau seketika. Analisis atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan, tidak dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif. Perhatikanlah, apa yang dikatakan oleh intuisi kepada seseorang pernah dapat diberitahukan, karena untuk memberitahukannya, orang perlu menerjemahkan kebenaran dalam simbol-simbol, dan dengan demikian saya akan berbicara mengenai pengetahuan saya.

Ditinjau dari sudut ini, orang dapat menaruh keberatan dan mengatakan bahwa intuisi lebih merupakan perbuatan mengalami daripada merupakan kemampuan untuk memperoleh pengetahuan. Sebagaimana diketahui bahwa mengetahui berarti mempunyai pernyataan yang benar, dan suatu pernyataan (atau tanggapan, jika orang menghendakinya) bersifat simbolis.

Oleh karena itu, tampaknya ada yang dialami di dalam, dan melalui intuisi, tidak dapat dinyatakan sebagaimana keadaannya, melainkan hanya dapat diterjemahkan kebenaran dalam uraian dari sudut pandangan tertentu, dan karenanya apa yang dialami itu bukanlah pengetahuan.

Metode llmiah

Perkembangan ilmu-ilmu alam merupakan hasil penggunaan secara sengaja suatu metode untuk memperoleh pengetahuan yang menggabungkan pengalaman dengan akal sebagai pendekatan bersama, dan menambahkan suatu cara baru untuk menilai penyelesaian­-penyelesaian yang disarankan.

 Metode ilmiah mengikuti prosedur-prosedur tertentu yang sudah pasti digunakan dalam usaha memberi jawaban atas pertanyaan­pertanyaan yang dihadapi oleh seorang ilmuwan. Contoh; ahli astronomi, Kepler, telah mencatat pengamatan-pengamatan yang banyak jumlahnya tentang posisi Planet Mars. Masalah yang dihadapi oleh Kepler ialah macam jalan edar mengitari matahari yang manakah yang harus ditempuh oleh Mars agar dapat berada pada titik-titik yang telah diamati di angkasa pada waktu yang setepat-tepatnya?

Metode ilmiah dimulai dengan pengamatan­-pengamatan, dan sebagaimana kita lihat, berakhir pula dengan pengamatan-pengamatan.. Ini merupakan bagian hakiki dari penjelasan ilmiah; pelukisan mencoba merumuskan pernyataan sedemikian rupa, sehingga pengamatan-pengamatan yang menimbulkan masalah tersebut akan dihubungkan secara sistematis satu sama lain dan dengan fakta-fakta lain yang sudah diamati. Bila ada suatu masalah sudah diajukan suatu penyelesaian yang dimungkinkan, maka penyelesaian yang diusulkan itu dinamakan hipotesis.

Referensi Makalah®

Kepustakaan:
Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, (Kencana, Jakarta, 2003). Pudjawiyatna, Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta, 1993). Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, (PT.Bina Ilmu, Surabaya, 2002). M.J Langeveld, Menuju ke Pemikiran Filsafat, (Jakarta, 1955).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar