Skip to main content

Indera sebagai Sumber Pengetahuan

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: November 07, 2012

Indera sebagai sumber pengetahuan, berkaitan dengan empiri. Empiri berasal dari bahasa Yunani “empiria” yang berarti pengalaman, dalam bahasa Inggris “experience” dan bahasa Latinnya “experiente ”.
Indera sebagai sumber pengetahuan adalah pengetahuan yang diperoleh manusia melalui kelima inderanya, yakni mata, hidung, perasaan (kulit), telinga dan lidah. Pengetahuan inderawi juga disebut pengetahuan empiris. Dalam sejarah epistemologi barat tokohnya adalah Roger Bacon, John Locke, David Hume dan sejumlah pengikutnya.
Dalam aliran filsafat empirisme dijelaskan, bahwa inderalah yang merupakan satu-satunya instrumen yang dapat menghubungkan kita dengan alam. Tanpa indera, kemungkinan kita memandang alam ini tidak ada atau masih samar. Akal sebagai sumber pengetahuan, tanpa melalui panca indera tidak dapat diresapi. Hal ini sesuai apa yang dikatan John Locke, bahwa pada akal tidak ada sesuatu sebelum itu ada pada alat indera.
Pengetahuan yang bersumber dari indera, diperoleh manusia sebagai makhluk biotik, berkat inderanya ia mengatasi taraf hubungan yang semata-mata fisik vital dan masuk dalam medan intensional, walaupun masih sangat sederhana. Indera menghubungkan manusia dengan hal-hal yang konkrit material.
Indera sebagai sumber pengetahuan bersifat parsial, disebabkan perbedaan indera satu dengan yang lain. Namun pengetahuan inderawi sangat dibutuhkan karena merupakan pintu gerbang pertama untuk pengetahuan yang utuh.
Selanjutnya, untuk mengetahui jenis-jenis pengetahuan indera, perlu dijelaskan jenis-jenis indera yang dimiliki manusia. Manusia terdiri dari Jasmani dan Rohani, jasmani dalam tubuh manusia dilengkapi dengan faraj, hidung, mata, perasaan (kulit), perut, tangan dan telinga.
Islam memandang, indera manusia terdiri dari indera dalam dan indera luar, keduanya mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Fungsi indera sebagai sumber pengetahuan terdiri dari :
  1. Indera bersama yang berfungsi untuk menerima kesan-kesan yang diperoleh panca indera luar dan diteruskan ke indera batin.
  2. Indera penggambar berfungsi untuk melepaskan kesan-kesan yang diteruskan ke indera bersama dari materinya.
  3. Indera perangka yang berfungsi mengatur gambar yang telah dilepaskan dari materi dengan memisah-misahkan dan meng­hubungkan satu sama lain.
  4. Indera penggarap yang bertugas menangkap arti yang dikandung gambaran-gambaran itu.
  5. Indera pengikat yang berfungsi untuk menyimpan arti yang ditangkap oleh indera penggarap.
Dari proses penginderaan itu kiranya diambil suatu pengertian, bahwa indera bersama membawa masukan dan kemudian diproses oleh ketiga indera lainnya dikeluarkan untuk menjadi pengertian oleh indera pengikat. Seperti halnya akal, indera juga mempunyai kelemahan. Pengalaman merupakan pengetahuan yang telah samar dijadikan dasar bagi teori pengetahuan yang sistematis. Sebuah teori yang menitik beratkan pada persepsi panca indera, kiranya melupakan kenyataan bahwa panca indera manusia adalah terbatas dan tidak sempurna.
Walaupun indera sebagai sumber pengetahuan terbatas, namun kedudukannya sebagai metode untuk memperoleh pengetahuan telah diakui oleh Islam. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam QS. al-Ghassiyah: 17-20).
... Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan, dan langit, bagaimana ia ditinggikan, dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan dan bumi, bagaimana ia dihamparkan ....
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Charles Issawi, Filsafat Islam Tentang Sejarah, terj. H. M. Rasyidi, (Gramedia, Jakarta, 1962). Anton Bakker dan Kharis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Kanisius, Yogyakarta, 1990). Ali Abdul Azhim, Epistemologi dan Aksiologi Ilmu Dalam Perspektif Al-Qur’an, (CV. Rosda Karya, Bandung, 1989). Sidi Gazalba, Asas Agama Islam, (Bulan Bintang, Jakarta, 1975).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar