Skip to main content

Pengertian Dhabit dalam Ilmu Hadis

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: August 18, 2012

dhabit memiliki beberapa pengertian. Dalam kitab lisanul ‘Arab, Ibnu Mandzur menjelaskan :
Dari segi bahasa, kata
الظبط : لزوم شيئ لا يفرقه في كل شيئ  والظبط الشيئ خفظه باالحزم والرجل الظبط اي حا زم , شديد البطش
Sedangkan menurut Ibnu Hajar al-Asqalaniy, dhabit dapat dimaknai dengan sesuainya sesuatu dan tidak bertentangan dengan lainnya, mengingat sesuatu secara sempurna, kuat pegangannya.

Adapun pengertian dhabit menurut istilah, telah dikemukakan oleh ulama dalam berbagai format bahasa, antara lain sebagai berikut :
  1. Menurut Ibnu Hajar al-Asqalaniy dan al-Sahawiy yang disebut orang dhabit adalah orang yang kuat hafalannya tentang apa-apa yang didengarnya dan mampu menyampaikan hafalanya itu kapan saja dia menghendakinya.
  2. Dhabit adalah orang yang mendengarkan pembicaraan sebagaimana seharusnya, dia memahami pembicaraan itu secara benar, kemudian dia menghafalnya dengan sungguh-sungguh dan dia berhasil hafal dengan sempurna, sehingga dia mampu menyampaikan hafalannya itu kepada orang lain dengan baik.
  3. Dhabit ialah orang yang mendengarkan riwayat sebagaimana seharusnya, dia memahaminya dengan pemahaman yang mendetail kemudian dia menghafalnya dengan sempurna, dan dia meyakini kemampuan yang demikian itu, sedikitnya mulai dari saat mendengar riwayat itu sampai dia menyampaikan riwayat tersebut kepada orang lain.
Dari definisi di atas, kelihatannya memiliki versi dan format bahasa yang berbeda, namun makna dan prinsip-prinsip pemahaman yang terkandung di dalamnya memiliki kesamaan. Intinya adalah kuatnya hafalan periwayat dalam meriwayatkan hadis (mulai dari ia mendengarnya sampi ia menyampaikan kepada orang lain dan ia memahami betul apa yang disampaikannya itu).

Ulama hadis umumnya tidak menerangkan argumen mendasar unsur kaedah periwayat bersifat dhabit. Mereka umumnya hanya mengemukakan berkenaan dengan pengertian Dhabit sebagai salah satu unsur kaedah kesahihan sanad hadis.

Referensi Makalah®
Kepustakaan: Ibnu Mandzur, Lisan al-‘Arab (Beirut; Dar al-Shadar, 1863). Al-Asqalaniy, Nuzhah al-Nazhar (Kairo: Dar al-Fikr, t.th). as-Sakhawiy, al-Mutakallimun fi al-Rijal (Kairo: maktabah al-Mathba’ah al-Islamiyah, 1980). Shubhiy Shaleh, “Ulum al-Hadits wa Mushthalahuhu (Beirut : Dar al-‘Imiy al-Malayin, 1977).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar