Skip to main content

Syarat Kesahihan Hadis Menurut Imam Bukhari

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: September 10, 2011

Dalam penentuan kesahihan hadis, Imam Bukhari sangat cermat. Syarat kesahihan hadis menurut Imam Bukhari begitu ketat, sehingga banyak hadis yang dinilai oleh Ulama Hadis lain sebagai hadis sahih, namun menurut Imam Bukhari tidak. (Baca perbandingan syarat kesahihan hadis di sini) Hal inilah yang menjadi salah satu faktor sehingga mayoritas Ulama menempatkannya pada tingkatan pertama dalam kesahihan hadis.
Sebagai seorang ulama hadis, Syarat kesahihan hadis menurutnya, adalah sebagai berikut:
Sanad bersambung (muttashil), artinya tiap-tiap periwayat dalam sanad hadis telah menerima riwayat hadis dari periwayat terdekat sebelumnya, mulai dari periwayat tingkat pertama sampai periwayat terakhir. Penerimaan hadis oleh seorang periwayat dari periwayat terdekat sebelumnya dalam suatu sanad. Al-Bukhari mengharuskan terjadinya pertemuan antara para periwayat terdekat itu, walaupun pertemuan itu hanya satu kali saja.
Seluruh periwayat dalam sanad suatu hadis harus adil. Maksud adil di sini adalah menurut ilmu hadis, yaitu beragama Islam, Mukallaf, melaksanakan ketentuan agama dan memelihara muru’ah.
Periwayat bersifat dhabith, artinya orang yang kuat hafalannya tentang apa yang didengarnya dan mampu terhindar dari syadz dan illat. Syadz adalah suatu hadis yang memiliki lebih dari satu sanad dan seluruh periwayatnya siqah, namun matan atau sanadnya mengandung pertentangan. Sedangkan illat adalah sebab yang tersembunyi, yang merusak kualitas suatu hadis yang pada lahirnya tampak sahih.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Syihab al-Din Ahmad bin ‘Ali bin Hajar al-’Asqalani (dikenal dengan al-’Asqalani), Tahdzib al-Tahdzib, juz IX Beirut: Dar al-Fikr, 1984 /1404 H. Muhammad Mubarak al-Sayr, Manahij al-Muhadditsin, Kairo: tp, 1998. Ibrahim Suqi al-Sahawi, Mushthalah al-Hadis Kairo: Syirkah al-Thiba’ah al-Fanniyah al-Muttahidah, tth. al-Husayni Abdul Majid Hâsyîm, al-Imâm al-Bukhari: Muhaddisan wa Faqihan Qahirah: Dar al-Qawmiyyah, tth. Abu Amr Usman bin Abd al-Rahman al-Syahrzuri Muqaddimah Ibnu al-Shalah fî ‘Ulûm al-Hadis, Qahirah: Maktabah al-Mutanabbi, tth. Muhammad al-Shabbaq, al-Hadîts al-Nabawi: Mushthalahuhu, Balaghatuhu, ‘Ulumuhu wa Kutubuhu ttp: Mansyurat al-Maktab al-Islami, 1972.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar