Skip to main content

Nepotisme Usman; Sisi Kelam Sejarah Islam

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: August 02, 2012

Periode enam tahun kedua dari masa pemerintahan Usman bin Affan, sejarah mencatat terjadinya kelemahan-kelemahan dalam pemerintahan Usman sehingga menimbulkan kekacauan dan pemberontakan. Kekacauan-kekacauan yang timbul berasal dari kebijakan Usman yang dirasa menyimpang dari garis kebijakan pendahulunya. Sifat nepotisme Usman kelihatan ketika mengangkat kerabat-kerabat terdekatnya sebagai pejabat negara.
Sifat-sifat nepotisme yang ada pada pemerintahan Usman ditandai dengan fakta sejarah bahwa Usman telah memberhentikan Sa’ad bin Abi Waqqas sebagai gubernur di Kufah dan mengangkat Walid ibn Uqubah (saudara seibu Usman) sebagai penggantinya. Gubernur Basrah, Abu Musa al-‘Asyari digantikan oleh Abdullah bin Amir bin Kurasy (saudara sepupu Usman). Demikian pula yang dilakukan Usman terhadap gubernur Mesir, ‘Amr bin Ash yang diangkat oleh khalifah Umar bin Khattab, dipecat dan digantikan oleh Abdullah bin Sarrah (saudara sesusuan Usman) serta pengangkatan Marwan bin Hakam (sepupu Usman) sebagai sekretaris negara.
Menurut hemat penulis, ada beberapa faktor sehingga sifat nepotisme Usman setidaknya menurut sebagian sejarawan, antara lain menurut Usman, bahwa yang tepat untuk menduduki jabatan tersebut adalah mereka-mereka yang berasal dari keturunan Bani Umayyah, karena merekalah yang menguasai administrasi, yang mana sangat dibutuhkan dalam mengatur sebuah roda pemerintahan.
Selanjutnya, yang harus diperhatikan pula adalah faktor usia, di mana khalifah Usman pada masa enam tahun terakhir dari masa pemerintahannya beliau telah berumur 76 tahun, sehingga secara psikologis beliau sudah terlalu lemah untuk menolak keinginan para keluarganya, bahkan biasanya pada usia renta seseorang akan lebih mempercayai keluarga daripada orang lain, mungkin saja hal semacam ini juga dialami oleh khalifah Usman.
Adapun tuduhan orang bahwa khalifah Usman mengambil harta dari bait al-mal yang mana tidak pernah dilakukan oleh khalifah sebelumnya, khalifah Usman pernah berkata bahwa Abu Bakar dan Umar adalah orang yang sangat taqwa, namun sebenarnya mereka menzalimi dirinya karena khalifah mempunyai hak seperlima dari harta Bait al-Mal.
Kebijakan-kebijakan demikianlah sehingga dianggap Usman telah melakukan nepotisme, yang pada gilirannya menimbulkan anti pati dari kaum muslim terhadap khalifah Usman. Karena begitu, maka muncullah pemberontakan menjelang akhir pemerintahan Usman. Hal ini dikarenakan selain dari endapan ketidakpuasan terhadap pola nepotisme Usman, ditambah lagi karena terjadinya kesenjangan sosial kala itu.
Rasa ketidakpuasan terhadap khalifah Usman menjalar di Kufah dan Basrah. Rakyat bangkit menentang gubernur-gubernur yang diangkat oleh khalifah Usman. Hasutan menjadi lebih keras lagi di Mesir, tempat Abdullah bin Saba’ mendakwahkan hak Ali yang sah sebagai khalifah.
Puncak dari ketidakpuasan rakyat terhadap sifat nepotisme Usman menimbulkan gerakan-gerakan untuk menuntut keadilan. Misalnya, di Mesir di mana rakyat pada saat itu meminta kepada khalifah agar gubernur Mesir Abdullah bin Sarrah dipecat karena kesewenang-wenangannya dalam memerintah.
Sekitar 6000 orang mesir berangkat menuju Madinah untuk bertemu dengan Usman guna menyampaikan keluhan-keluhan mereka terhadap khalifah. Usman berjanji untuk melaksanakan aspirasi rakyatnya, dan beliau mengganti Abdullah Ibn Sarrah dengan mengangkat Muhammad bin Abu Bakar sebagai gubernur Mesir sesuai dengan keinginan rakyat Mesir.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Muhammad Jamāl al-Dīn Syurūr, al-Hayāt al-Siāsat fī al-Daūlah al-‘Arabiat al-Islāmiah (Kairo: Dār al-Fikr al-‘Arabiah, 1975).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar