Skip to main content

Ajaran Pokok Washil bin Atha

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 31, 2012

Ada tiga ajaran pokok yang disampaikan oleh Washil bin Atha, yaitu: al-Manzilah bain al-Manzilatain, peniadaan sifat-sifat Tuhan, dan kebebebasan barbuat. Berikut ini akan diuraikan satu persatu.
Al-Manzilah bain al-Manzilatain
Persoalan atau pemikiran pertama yang dikemukakan oleh Washil adalah tentang al-Manzilah bain al-Manzilatain (posisi di antara dua posisi). Kedudukan orang yang berdosa besar, bukan termasuk kafir dan bukan pula mukmin, tetapi fasik. Ia menduduki posisi antara mukmin dan kafir. Khawarij mengatakan kafir, sedangkan Murji’ah mengatakan mukmin. Bagi Washil, mukmin adalah orang yang mempunyai sifat baik lagi terpuji. Predikat ini tidak dapat diberikan kepada orang fasik, karena dosa besar yang dilakukannya. Begitu pula predikat kafir tidak bisa juga diberikan kepada orang fasik, karena dibalik dosa besar yang dilakukannya, ia mengucapkan syahadat dan melakukan perbuatan-perbuatan baik lainnya.
Dengan demikian, orang seperti itu bukan kafir, karena ia masih percaya kepada Tuhan dan Nabi Muhammad saw; juga bukan mukmin, karena imannya tidak lagi sempurna. Karena bukan kafir, ia tidak pantas masuk neraka; dan karena bukan mukmin, ia tidak dapat masuk surga. Karena di akhirat tidak ada tempat di antara surga dan neraka, maka orang yang berdosa besar tersebut tetap dimasukkan ke neraka, hanya saja siksaan yang diterimanya lebih ringan daripada siksaan yang diterima orang kafir.
Tentang Penidaan Sifat-sifat Tuhan
Washil mengatakan bahwa Tuhan Maha Esa. Dia merupakan zat yang tidak ada serupa dengannya. Dalam memurnikan keesaan Tuhan, ia meniadakan segala sifat yang terkait dengan-Nya. Yang dimaksud dengan peniadaan sifat-sifat Tuhan adalah bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat yang berdiri di luar zat-Nya. Oleh karena, kalau ada yang berdiri di luar zat-Nya, dapat membawa pada adanya yang qadim selain Tuhan. Tegasnya, segala sifat Tuhan melekat pada zat Tuhan. Kalau dikatakan bahwa Tuhan Maha Mengetahui, maka yang Maha Mengetahui itu bukan sifat-Nya, tetapi zat-Nya. Sifat Tuhan bukan sifat yang mempunyai wujud tersendiri di luar esensi-Nya, tetapi sifat yang merupakan esensi Tuhan.
Ajaran Washil tentang peniadaan sifat-sifat Tuhan ini, oleh tokoh-tokoh al-Muktazilah berikutnya lebih dimatangkan dan disempurnakan, sehingga pada akhirnya dimasukkan dalam salah satu dari lima ajaran pokok al-Mu’tazilah (Ushul al-Khamsah).
Tentang Perbuatan Manusia
Menurut Washil, manusia mewujudkan perbuatan-perbuatannya melalui daya yang diciptakan Tuhan dalam dirinya. Manusia bertanggung jawab penuh atas segala tindakannya. Manusia memilih berbuat yang baik atau buruk. Karenanya, dijanjikan pahala dan masuk surga bagi yang berbuat baik. Sedangkan kalau ingkar dan berbuat dosa, Tuhan mengancamnya masuk neraka.
Dengan keadilan dan ke-Mahabijaksanaan-Nya, Tuhan tidak menghendaki manusia berbuat yang bertentangan dengan perintah-Nya. Akan tetapi, Tuhan juga tidak memaksakan kehendak-Nya kepada manusia. Tuhan memberikan kekuatan kepada manusia, dan manusia sendiri yang menentukan baik dan buruk, serta diberikan kebebasan beriman atau kufur. Penentuannya kelak di hari kemudian mengenai surga atau neraka, itu adalah hasil pertanggungjawabannya sendiri.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Aliy Mushthafa al-Gurabiy, Tarikh al-Firaq al-Islamiyyah wa Nasy’ah ‘Ilm al-Kalam ‘Ind al-Muslimin (Mesir: Maktabah wa Mauba’ah Muhammad ‘Aliy Wa Abih wa Auladuh 1958). Muhammad ibn Abd al-Karim al-Syahrastaniy, Al-Milal wa Al-Nihal (Mesir: Mushthafa al-Babiy al-Halabiy wa Auladuh, 1967).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar