Skip to main content

Syarat Kesahihan Hadis Menurut Imam al-Tirmidzi

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: September 08, 2011

Imam al-Tirmidzi menyusun sebuah kitab hadis yang dikenal dengan Sunan al-Tirmidzi. Dalam kitab tersebut tercermin bagaimana syarat kesahihan hadis menurut Imam al-Tirmidzi. Menurutnya, hadis-hadis yang terdapat di dalam kitabnya ini telah diamalkan oleh para fuqaha, dan inilah yang dijadikan pedoman untuk memasukkan hadis di dalam kitabnya, meskipun kualitasnya ada yang shahih, hasan dan dha’if, bahkan kedhaifannya sampai kepada yang munkar, khususnya hadis-hadis yang berkenaan dengan keutamaan amal.
Hadis-hadis yang dihimpun adalah hadis-hadis yang ma’mul. Dia tidak menyaring hadis-hadis dengan berpedoman pada kesahihannya. Karena itu, kualitas suatu hadis selalu dikemukakan. Menurut al-Hâfizh Ibnu al-Atsîr sebagaimana dikutip oleh al-Mubarakfuri, bahwa Sunan al-Tirmidzi sebaik-baik kitab, banyak manfaat, susunannya sangat baik, pengulangan hadisnya sangat sedikit, kualitas hadis-hadis di dalamnya dijelaskan dan di dalamnya terdapat jarah dan ta’dil. Bahkan ada ulama yang menilai kitab Sunan al-Tirmidzi lebih bermanfaat daripada kitab Shahih Bukhari dan Muslim. Alasannya, kitab shahih al-Bukhari dan shahih Muslim sulit dipahami secara langsung kecuali orang yang memiliki pengetahuan yang sempurna. Berbeda dengan sunan al-Tirmidzi, dapat dipahami dan berfaedah secara langsung bagi setiap orang, baik para Fuqaha, Muhaddisin dan lainnya.
Adapun mengenai kesahihan suatu hadis, syarat kesahihan hadis menurut Imam al-Tirmidzi tidak berbeda dengan syarat-syarat kesahihan menurut Imam al-Bukhari dan Imam Muslim, yaitu periwayatnya siqah, sanad bersambung (tidak ingqitha’), terhindar dari syadz dan illat. Hal ini dipahami dari syarat-syarat ditolaknya suatu hadis menurut Imam al-Tirmidzî, sebagaimana dikemukakan di dalam kitab Syarah Ilal al-Titmidzî.
Selain itu, di dalam kitab sunan al-Tirmidzi terdapat beberapa istilah baru dalam ilmu hadis, seperti hasan, hasan sahih dan hasan gharib. Istilah-istilah ini tidak dijelaskan oleh Imam al-Tirmidzi sehingga pengertian yang diberikan oleh para ulama berbeda-beda. Misalnya Ibnu Hajar al-Asqallani memberi penjelasan (sebagaimana dikutip) oleh Ajjaj al-Khathib bahwa maksud hadis hasan adalah hadis yang memiliki sanad yang muttashil, para periwayatnya bersifat adil, kurang dhabith, tidak terdapat syadz dan illat di dalamnya. Perbedaannya dengan hadis sahih terletak pada kedhabitan periwayat. Kalau hadis sahih, periwayatnya Tamm al-Dhabt sedangkan hadis hasan Khafi al-Dhabt. Jadi peringkat hadis hasan berada di bawah hadis sahih dan di atas hadis dhaif.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi. Telah ditahqiq oleh Mahmûd Muhammad Mahmud Hasan Nashshar, Jil. I, Bairut: Dar al-Fikr, 2000. Muhammad bin Mithr al-Zahrani, Tadwin al-Sunnah al-Nabawiyyah: Nasy’atihi wa Tathawwurihi ttp: Maktabah al-Shiddiq, 1412 H. Abu al-‘Ali Muhammad ‘Abd al-Rahman bin ‘Abd al-Rahim al-Mubarakfuri, Muqaddimah Tukhfat al-Akhwadzi, Juz. I, al-Qahirah: al-Fajalah al-Jadidah, 1967. Abd al-Rahman bin Ahmad bin Rajab al-Hanbalî, Syarh Ilal al-Tirmidzi. Ditahqiq oleh Nur al-Din ‘Itr, Jil. I ttp: Dar al-Milah 1398 H/1978 M. Jalal al-Din Abd al-Rahman bin Abî Bakr al-Suyûthî, Tadrîb al-Rawi fî Syarh Taqrib al-Nawawi, Juz.I, Bairut: Dâr al-Fikr, 1988.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar