Skip to main content

Muhkam dan Mutasyabih dalam Perspektif al-Quran

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: August 18, 2011

Apabila dilihat dari satu sisi, seluruh ayat al-Quran bersifat Muhkam, jika ditinjau dari sisi lain, dapat dikatakan bahwa seluruh makna al-Quran bersifat Mutasyabih. Tetapi dapat ditinjau pula bahwa sebagian ayat bersifat Muhkam dan sebagian lagi Mutasyabih. Allah sendiri menyifati kitab suci itu dengan ketiga sifat di atas.
Maka para ulama dalam memandang al-Quran menggolongkannya ke dalam tiga hal tersebut.
Seluruh ayat-ayat al-Quran bersifat Muhkam
Pandangan ini didukung oleh beberapa ayat dalam al-Quran seperti pada (QS. Hud: 1)
”Alif Laam Raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu”.
Seluruh ayat-ayat al-Quran bersifat Mutasyabih
Bahwa seluruh ayat-ayat bersifat Mutasyabih, dinyatakan Allah dalam firman-Nya pada surah al-Zumar ayat 23:
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya”.
Sebagian ayat al-Quran bersifat Muhkam dan sebagian lagi Mutasyabih
Adapun ayat al-Quran yang menyatakan sebagian ayat al-Quran bersifat Muhkam dan sebagian lagi Mutasyabih yaitu pada surah Ali Imran ayat 7:
"Dia-lah yang menurunkan al-Kitab (al-Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang Muhkamaat itulah pokok-pokok isi al-Quran dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang Mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang Mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal."
Para ulama memberikan contoh ayat-ayat Muhkam dalam al-Quran dengan ayat-ayat nasikh, ayat-ayat tentang halal, haram, hudud (hukum), kewajiban, janji, dan ancaman. Sementara untuk ayat-ayat Mutasyabih mereka mencontohkan dengan ayat-ayat mansukh dan ayat-ayat tentang Asma Allah dan sifat-sifatnya antara lain:
الرحمن على العرش استوى
Ar-Rahman bersemayam di atas Arsy (Ta ha: 20/5)
كل شيء هالك إلا وجهه
Segala sesuatu pasti binasa kecuali wajahNya (Al-Qasas: 28/88)
يد الله فوق أيديهم
Tangan Allah di atas tangan mereka (Al-Fath: 48/10)
Dan masih banyak lagi ayat lainnya termasuk di dalamnya permulaan beberapa surat yang dimulai enggan huruf-huruf hija’iyah, dan hakekat hari kemudian.
Ketiga pendapat di atas dapat menimbulkan kesan bahwa ayat-ayat itu tampak bertentangan. Namun, bila dikaji dan diteliti secara cermat serta mendalam, akan jelas bahwa tidak ada pertentangan atau kontradiksi apa pun pada ayat-ayat tersebut. Sebab ayat yang pertama yang mengimplikasikan bahwa semua ayat adalah muhkamat bermakna bahwa ayat-ayat Ilahi adalah tegas dan jelas yang berkenaan dengan kata-kata dan susunannya, serta makna dan aspek-aspek serupa lainnya. Kesemuanya itu tidak mengandung kelemahan atau ketidaktegasan apa pun. Sedangkan Ayat pada pendapat kedua yang dikutip di atas adalah bahwa semua ayat al-Quran adalah sama dan serupa (Mutasyabih) dalam keselarasan, konsistensi, sublimitas, kejelasan, kefasihan dalam menyampaikan pesan, serta sifat mukjizatnya yang menakjubkan. Tak ada kerancuan atau inkonsistensi barang sedikit pun di dalamnya. Adapun Pada ayat ketiga mengimplikasikan bahwa sebagian ayat al-Quran berdiri sendiri lantaran maknanya tidak bergantung-untuk memahaminya secara penuh pada makna ayat-ayat lainnya. Inilah ayat-ayat yang jelas dan muhkam. Ayat-ayat lainnya tidak demikian halnya diberi nama Mutasyabihat.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Abd. Rahman Dahlan, Kaidah-kaidah Penafsiran al-Quran, Bandung: Mizan, 1998. Muhammad Abdul al-Azhim al-Zarqani, Manahil al-Irfan fii Ulum al-Quran, Berut:Daar ilmiah,2003. M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah” Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran”, Juz II, Ciputat: Lentera Hati, 2000.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar