Skip to main content

Sebab-Sebab Adanya Ayat Mutasyabihat

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: February 15, 2012

Secara rinci, adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam al-Quran adalah disebabkan tiga hal; yaitu karena kesamaran pada lafal, pada makna, dan pada lafal dan maknanya.1
Kesamaran pada Lafal
Sebagian adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam al-Quran itu disebabkan karena kesamaran pada lafal, baik lafal yang masih mufrad ataupun yang sudah murakab.
Kesamaran pada lafal mufrad, maksudnya adalah ada lafal-lafal mufrad yang artinya tidak jelas,baik disebabkan lafalnya yang gharib (asing), atau musytarak (bermakna ganda). Contoh lafal mufrad seperti kata أَبًّا dalam ayat 31 surah Abasa : وَفاَكِهَةً وَأَبًّا (dan buah-buahan serta rerumputan). Kata abban tersebut jarang terdapat dalam al-Quran, sehingga asing. Kalau tidak ada penjelasan dari ayat berikutnya sulit dimengerti.
Adapun kesamaran lafal mufrad bermakna ganda, seperti lafal اليَمِيْنِ dalam ayat 93 surah al-Shaad : فَرَاغَ عَلَيْهِمْ ضَرْبًا بِاليَمِيْنِ (lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulnya dengan tangan kananya/dengan kuatnya/sesuai dengan sumpahnya).2
Kesamaran pada lafal murakab disebabkan karena lafal-lafal murakab itu terlalu ringkas atau terlalu luas, atau karena susunan kalimatnya kurang tertib. Contoh lafal murakab yang ringkas Q.S. an-Nisa/3:4.3
Tentunya sukar memahami terjemahan ayat tadi. Karena takut tidak dapat berlaku adil terhadap anak yatim, lalu mengapa disuruh kawin wanita yang baik-baik, dua, tiga, atau empat. Contoh lafal murakab yang terlalu luas QS asy-Syuura/42:11.
Pengertian Allah tidak menjadikan kebengkokan dalam al-Quran dan menjadikannya lurus, tentu merupakan hal yang sukar dipahami. Hal itu disebabkan karena dalam ayat tersebut susunan kalimatnya ada yang kurang tertib.
Kesamaran pada Makna Ayat
Terkadang terjadinya ayat mutasyabihat itu disebabkan karena adanya kesamaran pada makna ayat. Contohnya seperti makna dari sifat-sifat Allah swt, makna ihwal hari kiamat, kenikmatan surga, siksa kubur dan siksa neraka. Akal pikiran manusia tidak akan bisa menjangkau semua hal tersebut, sehingga maknanya sulit ditangkap. Hal ini seperti hadis Nabi saw :
مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ وَلاَ اُذُنٌ سَمِعَتْ وَلاَ خَطَرٌ فِى قَلْبِ اْلبَشَرِ
Kesamaran dalam hal-hal tersebut, tidak karena lafalnya yang asing, bermakna ganda, atau karena tertibnya melainkan karena makna dari lafal-lafalnya tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia.
Kesamaran pada Lafal dan Makna Ayat
Terkadang adanya ayat mutasyabihat terjadi disebabkan kesamaran dalam lafal dan makna ayat-ayat itu. Contoh Q.S. al-Baqarah/2:189.
Orang yang tidak mengerti adat istiadat bangsa Arab pada masa jahiliah, tidak akan paham pada maksud ayat tersebut. Sebab kesamaran dalam ayat tersebut terjadi pada lafalnya, karena terlalu ringkas, juga terjadi pula pada maknanya, karena termasuk adat kebiadaan khusus orang Arab, yang tidak mudah diketahui oleh bangsa-bangsa lain.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
[1]Abdul Jalal H.A. op.cit. h. 244. Lihat juga Muhammad ‘Abdul ‘Azhim al-Zarqani. op. cit. h. 278-280. Lihat juga Yusuf Qardhawi.op. cit. h. 387.
[2]Departemen Agama RI. Alquran dan Terjemahnya. Penerbit PT Karya Toha Putra Semarang.1989.
[3]Ibid.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar