Skip to main content

Beberapa Jenis Wayang

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: June 23, 2013

Budaya wayang berkembang selama berabad-abad memunculkan berbagai ragam jenis wayang. Kebanyakan jenis wayang itu tetap menggunakan Mahabarata dan Ramayana sebagai induk ceritanya. Alat peraganya pun berkembang menjadi beberapa jenis, antara lain wayang yang terbuat dari kertas, kain, kulit, kayu, dan juga wayang orang (wayang wong).
Perkembangan jenis wayang juga dipengaruhi oleh keadaan budaya daerah setempat. Misalnya wayang kulit purwa yang berkembang pula pada ragam kedaerahannya menjadi wayang kulit purwa khas daerah, seperti wayang Cirebon, wayang Bali, wayang Betawi, dan sebagainya. Ada beberapa jenis wayang di Indonesia, yang terpenting diantaranya adalah :
Wayang Purwa (wayang kulit). Cerita wayang purwa bersumber pada wiracerita Mahabarata dan Ramayana. Wayang purwa ini merupakan jenis wayang yang paling populer di masyarakat sampai saat ini. Wayang purwa ada yang terbuat dari kulit (wayang kulit purwa) dan ada yang terbuat dari kayu (wayang golek purwa).
Wayang Madya. Wayang madya ini merupakan ciptaan Sri Mangkunegara IV Surakarta. Ceritanya merupakan lanjutan cerita wayang purwa yaitu dari Yudayono sampai Jayalengka. Wayang madya ini tidak berkembang karena keberadaannya hanya terbatas pada lingkungan kadipaten Mangkunegara.
Wayang Gedog. Wayang gedog diciptakan oleh sunan Giri dengan iringan gamelan pelog. Isi ceritanya adalah lanjutan wayang madya dengan dasar ceritanya dari cerita panji yang muncul zaman Kediri dan Majapahit, yang merupakan cerita-cerita jenggala.
Wayang Klitik (krucil). Jenis wayang ini untuk menceritakan tanah Jawa, khususnya kerajaan Majapahit dan Pajajaran, sumber cerita wayang klitik dari serat Damarwulan. Wayang klitik dibuat oleh Pangeran Pekik, pertama kali wayang kulit ini terbuat dari kulit, kemudian oleh Paku Buwana II wayang klitik ini dibuat dengan bahan kayu, sehingga apabila dimainkan menimbulkan suara kliti “klitik-klitik” atas dasar inilah wayang krucil disebut wayang klitik.
Wayang Golek. Cerita wayang jenis ini bersumber pada serat Menak, yang berisikan cerita hubungan negeri Arab dan Persia pada zaman awal Islam.
Wayang Menak. Wayang yang isinya hanya menggambarkan riwayat menak dari lahir anak, dewasa, tua, sampai meninggal. Wayang ini dibuat oleh Truna Dipa.
Wayang Cina. Wayang Cina dibuat tahun 1850, merupakan wayang yang berasal dari Kapitein Liem Kie Tjwan dengan sumber cerita roman sejarah negeri cina.
Wayang Beber. Keberadaan wayang beber ini telah berada dalam kepunahan. Wayang ini terdiri dari dua jenis yaitu: wayang beber purwa yang muncul zaman Majapahit oleh Prabangkara, dan wayang beber gedhong muncul pada zaman kesultanaan pajang oleh sunan Bonang abad XV.
Wayang Wong. Wayang wong adalah pertunjukan wayang yang dipergunakan oleh manusia (wong), meliputi: wayang purwa, wayang wong gedhong, wayang wong klitik, dan wayang wong menak.
Wayang Kontemporer. Wayang ini muncul karena perkembangan dari wayang kulit purwa yang muncul pada abad XX yaitu:
  1. Wayang Dobel, dibuat pada tahun 1927 didaerah wonosari, Gunung kidul, Yogyakarta, sumber ceritanya dari riwayat nabi.
  2. Wayang Kancil, wayang ini dibuat oloh Babah Bo Liem tahun 1925, sumber cerita wayang kancil ini dari ceritera kancil.
  3. Wayang Wahyu, wayang yang dipergunakan untuk dakwah kaum Nasrani, dibuat oleh RM. Soertato Hardjo Wahono.
  4. Wayang Pancasila, wayang yang dibuat pada tahun 1980. Ceritanya kadang mengambil dari cerita wayang klitik. Ciri yang menonjol adalah kayonya disesuaikan dengan lambang Garuda Pancasila.
  5. Wayang Suluh, dibuat tahun 1946, wayang ini dibuat untuk memberikan penyuluhan (obor) kepada masyarakat tentang perjuangan.
  6. Wayang Ukur, dibuat oleh Drs. Sukasman dari ISI Yogyakarta tahun 1982, cara pementasan ini dimainkan oleh dua dalang dengan lampu warna-warni, hal ini yang membedakan dengan yang lain.
  7. Wayang Diponegoro, dibuat oleh Kuswaji Kawendra Susanto di Yogyakarta tahun 1983. Sumber ceritanya diambil dari babad Diponegoro.
  8. Wayang Sadat, dibuat tahun 1980, oleh Suryadi seorang da’i dari Trucuk-Klaten. Sumber ceritanya dari kehidupan para wali sebagai penyebar agama Islam.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Sunarto, Wayang Kulit Purwa Gaya Yogyakarta, Sebuah Tinjauan tentang Bentuk, Ukiran, Sunggingan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991). Suwaji Bastomi, Nilai-Nilai Seni Pewayangan, (Semarang: Dahara Prize, 1993). Asmoro Achmadi, Filsafat Dan Kebudayaan Jawa, Upaya Membangun Keselarasan Islam dan Budaya Jawa, (Semarang: Cendrawasih, 2003). Suwaji Bastomi, Gemar Wayang, (Semarang: IKIP Semarang Press, 1996). W.J.S. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997). Sagio dan Samsugi, Wayang Kulit Gagrak Yogyakarta, Morfologi, Tatahan, Sunggingan, dan Tehnik Pembuatannya, (Jakarta: CV.Hajimasagung, 1991).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar