Skip to main content

Pengertian Takwa dan Nilai Takwa

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: February 13, 2013

Menurut syariat, terjadi perbedaan pendapat dalam mengartikan makna takwa. Takwa diartikan bahwa seorang hamba Allah takut atas murka Allah dan siksa-Nya, oleh karena itu seorang hamba Allah dituntut untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dalam penggunaannya, istilah takwa ini selanjutnya hanya dipergunakan untuk menunjukkan rasa takut dan kepatuhan terhadap Allah swt. Orang yang bertakwa berarti orang yang senantiasa melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Jadi, yang dimaksud nilai-nilai takwa adalah segala sesuatu, sifat-sifat (hal-hal) yang penting dalam melaksanakan sebuah kegiatan dengan mengamalkan perintah-perintah Allah swt. dan menjauhi segala larangan-Nya. Orang yang bertakwa akan patuh dan taat kepada Allah serta senantiasa akan terpelihara dalam kehidupannya. Dengan demikian, takwa merupakan keharusan bagi setiap orang. Takwa harus diterapkan di mana saja dan kapan saja seseorang bertugas dan berada dalam hidup dan kehidupan sehari-harinya.
Hasan Langgulung menyatakan, bahwa nilai-nilai takwa dapat digolongkan ke dalam; (1) nilai-nilai perseorangan, (2) nilai-nilai kekeluargaan, (3) nilai-nilai sosial, (4) nilai-nilai kenegaraan, dan (5) nilai-nilai keagamaan (dalam arti sempit).
Dalam al-Quran, terdapat 256 kata takwa pada 251 ayat dalam berbagai hubungan dan variasi makna. Oleh karena itu orang yang bertakwa adalah orang yang takut kepada Allah berdasarkan kesadaran: mengejakan suruhan-Nya, tidak melanggar larangan-Nya, takut tejerumus ke dalam perbuatan dosa. Orang yang bertakwa adalah orang yang menjaga (membentengi) diri dari kejahatan; memelihara diri agar tidak melakukan perbuatan yang tidak diridhai Allah; bertanggung jawab mengenai sikap, tingkah laku dan perbuatannya, dan memenuhi kewajiban.
Sedangkan takwa secara lebih lengkapnya adalah, menjalankan segala kewajiban, menjauhi semua larangan dan syubhat (perkara yang samar), selanjutnya melaksanakan perkara-perkara sunnah (mandub), serta menjauhi perkara-perkara yang makruh (di benci). Shahabat Abdullah Ibnu Mas’ud berkata ketika menafsirkan firman Allah surat Ali Imran ayat 102.
Kedudukan takwa, merupakan hal yang terpenting dalam agama Islam dan kehidupan manusia. Pentingnya kedudukan takwa dapat dipahami bahwa takwa adalah pokok (pangkal) segala pekerjaan muslim.
Takwa adalah kata kunci untuk memahami sistem nilai (sifat-sifat atau hal-hal yang penting dan berguna bagi kemanusiaan) dalam Islam. Takwa merupakan kesimpulan semua nilai yang terdapat dalam dalam al-Quran; sedang nilai-nilai dalam al-Quran dinyatakan sebagai akhlak. Sebagai akhlak, takwa mencakup segala nilai yang diperlukan manusia untuk keselamatan dan kebahagiaannya di dunia dan di akhirat kelak.
Hasan Langgulung mengemukakan bahwa takwa perlu dibudayakan di dalam masyarakat. Karenanya, perlu upaya memasyaratkan takwa atau mentakwakan masyarakat melalui tiga tahap yaitu; sosialisasi, identifikasi, dan penghayatan.
Pada tahap sosialisai, mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam perkataan takwa yang (hampir) sama dengan nilai akhlak tersebut di atas.
Tahap kedua adalah identifikasi, pada tahap ini model (contoh) di antaranya mulai dari orang tua, guru, teman sebaya, pemimpin-pemimpin masyarakat, ulama dan pemerintah akan dicontoh oleh anak (didik) dalam kehidupan sehari-harinya.
Pada tahap ketiga, tahap penghayatan. Pada tahap ketiga ini anak (didik) bukan lagi kagum pada tokoh-tokoh yang ada di sekitarnya yang membawa nilai-nilai itu, tetapi anak (didik) akan lebih menghayati dan mengamalkan nilai-nilai tersebut dengan indikator anak (didik) gemar dan merasa nikmat dalam mengejakan nilai-nilai tersebut.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999). Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997). Ahmad Farid, At-Taqwa, Ial-Ghayah al-Mansyudah Wa ad-Durah al-Mafqudah, 1990). Mawardi Labay El-Sulthani, Pelihara dan Muliakan Umat Dengan Taqwa, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2003). Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2006).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar