Skip to main content

Metode Role Playing dalam Pembelajaran

Oleh: AnonymousPada: January 17, 2013

Metode Sosiodrama dan metode role playing, umumnya dimaknai sama oleh pakar pendidikan. Sosiodrama mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.
Metode role playing adalah metode yang meletakkan interalisasi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing sesuai dengan pokok yang dilakoni. Mereka berinteraksi sesama mereka melakukan peran terbuka. Metode ini dapat dipergunakan dalam mempraktikan pelajaran yang baru.
Prinsip dasar metode ini terdapat dalam ayat al-Quran pada Surah al-Maidah (5) ayat: 31
Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. berkata Qabil: "Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" karena itu jadilah Dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.
Pada ayat tersebut memberikan gambaran yang jelas, bagaimana lakon yang dikerjakan oleh Qabil dapat memberikan kesan yang sangat mendalam sehingga menyesali perbuatanya, karena melihat secara langsung perbuatan dirinya sendiri dari seekor burung gagak.
Soelaiman Joesoef mendefinisikan teknik role playing dengan Sandiwara. Dengan metode ini dimaksudkan mendramatisasikan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial dan menekankan kenyataan dimana siswa dituntut serta dalam memainkan peranan di dalam mendramatisasikan masalah-masalah hubungan sosial. Pada dramatisasi ini biasanya anak-anak sebagai pelaku untuk mendramatisaikan segala peristiwa atau keadaan yang berkenaan dengan pelajaran sejarah atau cerita masa lampau.
Role playing sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok, Artinya, melalui role playing siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain. Proses bermain peran ini dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai saran bagi siswa untuk :
  1. Mendalami mata pelajaran dengan berbagai macam cara
  2. Menghargai pendapat orang lain
  3. Membantu untuk menghilangkan perasaan malu, rendah diri, keseganan, dan kemurungan pada anak
  4. Menyediakan sarana untuk mengekspresikan perasaan yang tersembunyi di balik suatu keinginan
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2008). Martinis Yamin, Profesionalisme Guru Dan Implementasinya KTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007). Departemen Agama, Al-Quran Al-Karim dan Terjemahannya, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1996). Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002). Soelaiman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1999). Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002). Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran; Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar