Skip to main content

Konsep Adhi Budha

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: January 03, 2013

Konsep Adhi Budha dikenalkan di Indonesia sekitar tahun 1964 oleh Bhikkhu Ashin Jinarakkhita dan dikuatkan oleh pengumuman Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha Departemen Agama Republi Indonesia pada tahun 1973. Para penganut agama Budha Mahayana Indonesia memandang Sang Hyang Adhi Budha sebagai Tuhan Yang Meha Esa yang dipuja dan diberi kehormatan sebagai sesembahan seperti yang terdapat dalam agama-agama lain.
Ajaran tentang banyak Budha itu dijabarkan dari ajaran lima unsur (skanda) yang menyusun struktur manusia. Semula diajarkan oleh Budha Gautama bahwa manusia mempunyai lima unsur, yaitu: tubuh (rupa), perasaan (wedana), pengamatan (samjna), kehendak/ keinginan (samkara) dan kesadaran (vijnana). Karena pengaruh dari aliran Bhakti bukan hanya untuk manusia saja, Budha pun demikian terdiri dari lima unsur. Itu artinya Budha yang awal (Adhi Budha) adalah penyebab dari beberapa Budha yang kemudian salah satunya menjadi Budha Gautama yang turun ke dunia.
Aliran Tantra yang mengajarkan adanya penjelmaan yang tertinggi secara bertahap atau berpangkat, menimbulkan adanya ajaran tentang tokoh Budha yang tertinggi, yang disebut Adhi Budha, yaitu tokoh Budha yang pertama, yang dipandang sebagai asal mula pertama, tanpa asal, berada karena dirinya sendiri. Adhi budha tidak pernah tampak, karena berada di dalam nirvana, di dalam sunyata, kekosongan, tetapi karena perenungan (meditasi) menjelma atau mengalir, keluarlah darinya banyak tokoh Budha, yang disebut Dhyani Budha.
Dengan kekuatan gaibnya, Adhi Budha menciptakan lima Dhyani Budha yaitu: Wairocana Dhyani Budha, Aksobhya Dhayani Buddha, Ratnsambhava Dhyani Budha, Amitabha Dhyani Budha, dan Amoghasidhi Dhyani Budha. Mereka berada di surga dan berfungsi sebagai pengatur dan pembimbing dunia Devaca. Dari kelima Dhyani Budha tersebut, setibanya di dunia kelimanya beralih diri menjadi Dhyani Bodhisatva (calon Budha), yang dikatakan sebagai pencipta yang sebenarnya dari alam fisik yang mengalami perubahan, dapat rusak dan binasa. Kelima Bodhisattva tersebut adalah: Samantabadra, Vajrapani, Avalokita, Vispavani, dan Ratnapani.
Bodhisatva berarti orang yang akan menjadi Budha, Bodhisatva tersebut kedudukannya sangat penting. Mereka dianggap menempati antara Dhyani Budha dan Budha dunia atau manusia Budha, memberikan kesejahteraan kepada semua manusia, memikirkan makhluk-makhluk lain yang sedang menderita dan menjadikannya sebagai pengikut Budha, serta bersifat kasih sayang terhadap semua makhluk. Kelima Bodhisattva tersebut berada di sorga, menciptakan anak rohani dan memancarkan sinarnya ke bumi berupa lima orang Budha dunia untuk mengajarkan Dharma. Kelima Budha tersebut adalah: Konagamana, Kakusandha, Kassapa, Gautama dan Maitreya.
Adhi Budha, dalam pemahaman para penganut Budha Mahayana adalah asal usul dari segala sesuatu yang terdapat di alam semesta, tanpa awal dan tanpa akhir, ada dengan sendirinya, tidak terhingga, suprem dalam segala sesuatu, ada di mana-mana, Esa tiada duanya, dan kekal abadi. Adhi Budha, atau disebut pula dengan Parama Adhi Budha, adalah Budha yang pertama kali yang ada tanpa sebab dan merupakan pengejawantahan dari dirinya sendiri. Ia juga disebut dengan swayambu lokananta, pelindung dunia. Ia tinggal di nirvana dan anistha buwana, yaitu alam di atas segala alam, alam bentuk dan alam rupa, tidak dapat digambarkan, diperkirakan dan dilihat sebagai manifestasinya, diekspresikan sebagai puncak dari catya (bagian tiyang puncak stupa). Sang Hyang Adhi Budha adalah darmakaya yang kekal, abadi, tanpa awal tanpa akhir, tanpa bentuk dan meliputi seluruh jagad raya, hanya dapat diselami oleh mereka yang telah mencapai samyak sambodhi, kesadaran teragung. Dharmakaya tidak datang dari manapun dan tidak pergi kemanapun, tidak menonjolkan diri juga tidak musnah, tenang dan kekal untuk selama-lamanya. Inilah Yang Tunggal, Yang Esa, bebas dari segala arah, tetapi terkandung dalam semua tubuh.
Jadi, makna dan hakekat Adhi Buddha dalam Budha Mahayana adalah pandangan Sang Hyang Adhi Budha sebagai yang tertinggi, pertama, dipandang sebagai asal mula pertama, tanpa asal, berada karena dirinya sendiri. Walaupun tidak pernah tampak, karena berada di dalam nirvana, di dalam sunyata, kekosongan, tetapi karena perenungannya (meditasi) menjelma atau mengalir, keluarlah darinya banyak tokoh Budha, sampai menubuhkan segala makhluk, yang menjadi anasir tanah, menjadi air, menjadi api, menjadi angin dan menjadi eter. Kelima Tathagata yang menjelma menjadi anasir kasar, yang kemudian menjadi alam semesta atau jagad besar, semua adalah karena Dia. Kemudian Adhi Budha di pandang sebagai Tuhan Yang Meha Esa yang dipuja dan diberi kehormatan sebagai sesembahan.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Mukti Ali, Agama-agama di Dunia, (IAIN Sunan Kalijaga Press, Yogyakarta, 1988). Harun Hadiwijono, Konsepsi Tentang Manusia Dalam Kebatinan Jawa, Sinar, (Harapan, Jakarta, Cet pertama, 1983). Krishnanda Wijaya Mukti dan Suktadharmi, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (PT Cipta Adi Pustaka, Jakarta, Jilid 1 1990).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar