Skip to main content

Humanisme; Pengertian dan Sejarah

Oleh: AnonymousPada: January 23, 2013

Humanisme berasal dari latin, humanis; manusia, dan isme berarti paham atau aliran. Mangun Harjana mengatakan, pengertian humanisme adalah pandangan yang menekankan martabat manusia dan kemampuannya. Menurut pandangan ini manusia bermartabat luhur, mampu menentukan nasib sendiri dan dengan kekuatan sendiri mampu mengembangkan diri dan memenuhi kepatuhan sendiri mampu mengembangkan diri dan memenuhi kepenuhan eksistensinya menjadi paripurna.
Semula humanisme adalah gerakan dengan tujuan untuk mempromosikan harkat dan martabat manusia. Sebagai pemikiran etis yang menjunjung tinggi manusia. Humanisme menekankan harkat, peran, tanggugjawab menurut manusia. Menurut humanisme manusia mempuyai kedudukan yang istimewa dan berkemampuan lebih dari mahluk lainya karena mempunyai rohani.
Pandangan humanisme membuat manusia sadar kembali tentang harkat dan martabat manusia sebagai mahluk rohani. Etika rohani mendasari manusia untuk bertangungjawab dalam kehidupan di dunia.
Dalam pengunaan F.C.S Schiller dan William James, humanisme diangkat sebagai pandangan yang bertolak belakang dengan absolutisme filosofis. Ini tidak kembali kepandangan protagoras. Alasannya pandangan Schiller dan James dipandang melawan hal-hal absolut metafisis dan bukan yang epestimologis, yaitu melawan dunia tertutup idealisme absolut. Oleh karena itu, penekanannya pada alam atau dunia yang terbuka, pluralisme dan kebebasan manusia.
Pembagian sejarah humanisme dibagi menjadi tiga periode :
Zaman Antik
Orang romawi 2000 tahun yang lalu menggunakan kata humanis untuk menunjukan cita-cita yang mengusahakan pengembangan tertinggi etis kultural kekuatan-kekuatan manusia dalam bentuk secara estetik sempurna, bersama dengan sikap baik hati dan kemanusiaan. Tokoh Cicero (106-43 SM) cita-cita humanisme berkembang dalam stoa dengan tokoh Seneca dan Marcus Aurelius.
Pra-Renaisance
Tahap inilah barangkali kunci kelahiran abad modern, abad ke- 14 Italia dunia kristiani mulai menemukan cita-kemanusiaan Yunani dan Romawi. Seni klasik mulai berkembang terutama patung-patung tubuh manusia memberi sumbangan besar seni di zaman itu. Manusia mulai ditempatkan sebagai pusat perhatian. Pendidikan dipandang sebagai pengembangan manusia, manusia dianggap tolak ukur kewajaran kehidupan; pada waktu itu tek kuno dalam filsafat mulai diteliti sastra dan diterjemah.
Peran Paus di Roma ikut dalam gerakan diusahakan mendamaikan agama kristiani dengan kebudayaan kuno (Socrates dan Plato). Ciri periode ini adalah wawasan yang luas, optimis penolakan terhadap kepicikan dan keadilan usaha. Dua tahap humanisme itu merupakan tahap pertama kearah sekularisasi dunia eropa tengah dan barat tokoh puncak humanisme adalah Trasmus dan Rotterdam (1466-1536).
Tahap Humanisme Modern
Humanisme untuk sebagian bangsa eropa berpengaruh terutama dalam kehidupan rohani. Mendorong gereja mentranformasikan diri dari dalam dan mencoba kedalam hidup batin disisi lain.
Di abad 15 dan renaisance diabad 16 kita menyaksikan gerakan pembaharuan religius eropa. Di eropa utara devotia moderne mengusahakan pendalaman mistis, kita menyaksikan kelompok yang melakukan tapa. Kehidupan katolik di abad 16 ditandai oleh kelompok mistik dan hidup rohani, Santa Theresia dan Avila, Santo Johanes dan Cruz dan Santo Ignasius dari Yolala.
Abad pertengahan berahir sesudah abad pencerahan abad 15 dan 16. Pada saat orang mencari alternatif untuk kebudayaan tradisional (yang sama sekali diresapi suasana kristiani perhatian diarahkan kepada satu-satunya kebudayaan yag lain yang meraka kenal, yaitu kebudayaan Yunani dan Romawi. Kebudayaan itu sangat mereka dewa-dewakan dan diambil sebagai contoh untuk segala bidang kultural.
Humanisme barat berkembang dalam dua bentuk sebagai humanisme moderat dan sebagai humanisme anti agama. Humanisme moderat menjunjung tinggi keutamaan manusia yang luhur seperti kebaikan hati, kebebasan hati, wawasan yang luas, keterkaitan dengan seni, universalisme (Nilai budi dijunjug tinggi). Merasa dekat dengan alam, penolakan fatalisme, toleransi positif, Tokoh peyair Jerman Goeth, Schiller serta Wilhelm Von Humbold.
Humanisme anti agama dipahami sebagai takhayul atau keterikatan manusia pada irasionalitas sehingga manusia dapat menemukan dirinya jika ia melepaskan diri dari agama.Tokoh humanisme atheis Ludwig Feurbach (1804-1872) yang memakai agama sebagai keterangan manusia. Karx Marx memandang agama sebagai candu masyarakat. Disebut juga Friederic Nietzsche, Sigmund Freud (agama sebagai ilusi) dan Jean Paul Sartre.
Rasio dipandang sebagai kekuatan yang dimiliki oleh manusia untuk mengenali realitas, untuk menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi, moralitas, estetika, menentukan arah hidup, perkembangan sejarah, memecahkan masalah ekonomi.
Antroposentrisme humanisme muncul dengan datangnya rasionalisme yang tidak lagi percaya bahwa hukum alam besifat mutlak. Rasionalisme inilah yang melahirkan renaisance suatu gerakan membangun kembali manusia dari kungkungan mitologi dan dogma. Cita-cita renaisance adalah mengembalikan kedaulatan manusia yang selama berabad-abad dirampas oleh dewa dan mitologi untuk mengusai nasibnya sehingga kehidupan berpusat pada manusia bukan pada Tuhan.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Poedwijatna, Pembimbing Kearah Filsafat, (Rineka Cipta, Jakarta, 1994). Loren Bagus, Kamus Filsafat, (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000). Mangun Harjana, Isme-Isme Dari A Sampai Z, (Kanisius, Yogyakarta, 1997). Said Tuhuleley, dll, Masa Depan Kemanusiaan, (Jendela, Jakarta, 2003). K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, (Kanisius, Yogyakarta, 1975). Zainal Abidin, Filsafat Manusia (Memahami Manusia Melalui Filsafat), (Rosda, Bandung, 2000). Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi, (Mizan, Bandung, 1998). Harry Hamersme, Tokoh Filsafat Barat, (Gramedia, Jakarta, 1992).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar