Asal Usul Faham Emanasi
Pada: January 03, 2013
Asal Usul Faham Emanasi... Kurang begitu jelas kapan istilah emanasi ini berubah menjadi faham Emanasi, dimana istilah Emanasi dimulai oleh filsafat Plotinus (284-269). Yang lahir di Lykopolis (Mesir). Secara ringkas Plotinus adalah filosof pertama yang mengajukan teori penciptaan alam semesta, yang kemudian muncul istilah Emanasi. Didalam teori penciptaan alamnya Plotinus, nampaknya mendapat pengaruh dari Plato.
Bagi Plato, idea bukanlah gagasan yang dibuat manusia, yang ditemukan manusia, sebab idea ini bersifat obyektif, artinya berdiri sendiri, lepas daripada yang berfikir, tidak tergantung kapada pemikiran manusia, akan tetapi justru sebaliknya, idealah yang memimpin pikiran manusia. Tiap orang berbeda dengan orang lain, tidak ada dua orang yang persis sama, akan tetapi keduanya adalah sama-sama manusia. Hal ini disebabkan karena tiap manusia mendapatkan bagian daripada idea manusia, tiap manusia mengungkapkan dengan cara masing-masing idea manusia yang bersifat umum itu. Idea manusia ini adalah kekal, tidak berubah. Akan tetapi idea ini tidak dapat diungkapkan secara sempurna pada tiap manusia. Segala sesuatu yang kita ketahui mulai pengamatan, yang beraneka ragam dan serba berubah itu adalah pengungkapan idea-ideanya, yang adalah gambar aslinya. Jadi tiap pengamatan mengingatkan kita kembali kepada idea- idea dari hal-hal yang diamati itu.
Kalau kita mengamati uraian di atas, maka kita akan mendapatkan uraian yang mengacu pada idea yang berdiri sendiri yaitu yang pertama (yang asal), dan setelah itu baru muncul idea-idea yang berikutnya yang berasal dari idea yang mutlak. Dengan kata lain idea yang ada pertama kali adalah penyebab dari idea- idea yang ada sampai sekarang ini. Yang kemudian menjadi inspirasi bagi Plotinus pada teori penciptaan alam semesta. Di mana istilah emanasi muncul dari filsafat Plotinus.
Plato juga menjelaskan bahwa, jika ada sejumlah individu memiliki nama yang sama, mereka tentunya memiliki satu “idea” bersama. sebagai contoh, meskipun terdapat banyak ranjang, sebetulnya hanya ada satu “idea” ranjang. Sebagaimana bayangan pada cermin hanyalah penampakan dan tidak “real”, demikian berbagai ranjang pun tidak riel, dan hanya tiruan dari “idea”, yang merupakan satu-satunya ranjang yang riel yang diciptakan oleh Tuhan. Tuhan hanyalah penyebab atau pencipta dari beberapa hal saja, sedang Tuhan hanya memerintah pada dewa dan roh-Nya yang lebih rendah untuk bertanggung jawab atas berbagai hal yang hidup. Mengenai ranjang yang satu ini, yakni yang diciptakan oleh Tuhan, kita bisa memperoleh pengetahuan, tetapi mengenai pelbagai ranjang yang dibuat tukang kayu, yang kita bisa peroleh hanyalah opini. Dengan begitu seorang filsuf hanya akan tertarik pada ranjang ideal yang hanya satu itu, bukan pada beraneka ranjang yang terdapat dalam dunia indrawi.
Selain Plato, yang selama 8 tahun menjadi murid Sokrates, ada seorang fillosof yang masa hidupnya lebih dahulu dari Plato yaitu Heraklaitos (540- 475), hidup di Ephesos di Asia Kecil sekitar tahun 500 S.M, mendapat julukan “si gelap” (no skoteinos), yang terkenal dengan doktrinnya tentang aliran dan perubahan, mengakui bahwa tidak ada dunia indrawi yang riel sebab segala sesuatu selalu berubah, yaitu “logos” yang merupakan sebab Imanen dari pola yang secara universal sangat jelas dalam perubahan yang terus-menerus dari segala benda.
Hal tersebut juga memberi penafsiran bahwa segala sesuatu adalah berubah dan terus berubah, perubahan tersebut disebabkan oleh logos yang imanen. Filsafat Heraklaitas adalah filsafat tentang “menjadi”, yang memberikan pengertian tentang Emanasi, dimana “logos” yang Imanen merupakan penyebab dunia indrawi yang riel menjadi selalu berubah. Bisa jadi ini adalah kemunculan yang pertama kali tentang istilah emanasi, tetapi belum diredaksikan oleh Heraklaitas.
Dengan demikian, asal usul faham emanasi mulai Heraklaitas yang filsafatnya tentang “menjadi”, yang Imanen merupakan penyebab dunia indrawi yang riel menjadi selalu berubah, kemudian Plato yang menuang idea tertinggi. Yaitu: idea bukanlah gagasan yang dibuat manusia, yang ditemukan manusia, sebab idea ini bersifat obyektif, artinya: berdiri sendiri, lepas daripada yang berfikir, tidak tergantung kapada pemikiran manusia, akan tetapi justru sebaliknya, idealah yang memimpin pikiran manusia.
Heraklitos dan Plato-lah yang memberikan inspirasi kepada Plotinus tentang istilah emanasi, yang selanjutnya sampai sekarang terkenal dengan faham emanasi.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Anton Bakker, Kosmologi dan Ekologi (Filsafat Tentang Kosmos Sebagai Rumah Tangga Manusia), (Kanisius, Yogyakarta, 1995). Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat 1, (Kanisius, Yogyakarta, 1980). Ahmad Tafsir, Filsafat Umum (Akal dan Hati Dari Thlmes Sampai Capra), (PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003). Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno Hingga Sekarang, Judul Asli Histori of Westem Philosophy and Its Connection With Polotical and Sosio Circumstances From The Earliest Times To The Present Day, Penerjemah Sigit Jatmiko dkk, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002). Sylvester G. Sukur, Plato Republik, diterjemahkan dari The Republic, (Bentang Budaya, Yogyakarta, 2002). David Melling, Jejak Langkah Pemikiran Plato, (Bentang Budaya, Yogyakarta, 2002). Bernard Delfgaauw, Sejarah Ringkas Filsafat Barat, Alih Bahasa Soejono Soemargono, (PT Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta, 1992). K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani dari Talhes ke Aristoteles, (Kanisius, Yogyakarta, 1975). Konrad Kebung Beoang, SVD, Plato Jalan Menuju Pengetahuan Yang Benar, (Kanisius, Yogyakarta, 1997).