Skip to main content

Hari Suci Agama Hindu

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: December 20, 2012

Hari suci agama Hindu ialah hari yang dipandang (dianggap) suci, karena pada hari-hari suci itu, umat Hindu wajib melakukan pemujaan terhadap Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Kuasa) beserta segala manifestasi-Nya. Hari-hari suci pada hekekatnya merupakan hari­hari payogaan Hyang Widhi dengan segala manifestasi-Nya. Oleh karena itu pada hari-hari tersebut merupakan hari-hari yang baik untuk melakukan Yadnya. Yadnya dilakukan oleh umat manusia sebagai penghormatan dan pemujaan terhadap Hyang Widhi (Tuhan Maha Pencipta) dan pernyataan rasa syukur dan terima kasih manusia kehadapan-Nya.
Hari suci agama Hindu jumlahnya cukup banyak dan maknanyapun bermacam-macam. Ada hari suci yang dirayakan bersama oleh seluruh umat, hari ini disebut hari raya (rerahman), bhumi (jagat). Dan ada pula hari suci yang dirayakan hanya oleh beberapa keluarga pada hari-hari tertentu.
Di antara sekian banyak hari suci yang dimaksudkan ada beberapa hari raya yang menonjol dan terpenting. Demikian pula perayaannya dilakukan oleh umat bersama dan serentak pula dengan segala tata upacaranya. Perayaan itu dilakukan dnegan penuh kehidmatan dan kesungguhan sikap bathin sebagai landasan dan perwujudan sembah bhakti sekala terhadap Hyang Widhi dengan segala manifestasi-Nya. Adapun hari-hari suci yang dimaksud adalah Nyepi (Tahun Baru), Saraswati, Galungan, Kuningan.
Hari Raya Nyepi (Tahun Baru)
Hari Nyepi yang disebut juga Tahun Baru Saka. Pada hari ini umat melakukan Tapa, Bratha, Yoga dan Samadhi satu hari penuh, untuk mengekang hawa nafsu. Nafsu ini diperagakan dengan tidak menyalakan api, tidak bekerja dan tidak bepergian. Jelasnya pada Sipeng ini umat menyucikan diri untuk menciptakan ketenangan dan kedamaian.
Hari Raya Saraswati
Saraswati adalah hari raya untuk memuja Sang Hyang Widhi dalam kekuatannya menciptakan ilmu pengetahuan dan ilmu kesucian. Pada hari Saraswati ini diadakan persembahan bersama dengan melakukan Tapa, Brata dan Samadhi, yang kadang-kadang dilengkapi dengan Monabrata, yaitu tidak berbicara. Sedangkan di malam harinya diadakan malam sastra dan seni. Hal ini bertujuan untuk menghormati dan mengagungkan Hyang Widhi dan memohon anugerahnya, serta meneliti dan mengkaji secara teliti, sejauhmana umat mampu menjalankan ajaran suci dan ilmu pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Hari Raya Galungan
Galungan adalah hari Pawedalan Jagad, yaitu pemujaan bahwa telah terciptanya jagad (dunia) dengan segala isinya oleh Sang Hyang Widhi Tuhan Yang Maha Esa. Persembahan dan pemujaan terhadap Sang Hyang Widhi dilakukan dengan penuh kesucian dan ketulusan hati, memohon kebahagiaan hidup dan agar dapat menjauhkan diri dari Avidya (kegelapan). Hari Galungan adalah perlambang perjuangan antara yang benar (Dharma) melawan yang tidak benar (Adharma) dan juga sebagai pernyataan terima kasih atas kemakmuran dalam alam yang diciptakan Tuhan ini.
Hari Raya Kuningan
Perayaan ini dilaksanakan setiap enam bulan sepuluh hari setelah lewatnya Galungan. Hari Kuningan dirayakan sebagai hari kemenangan dan kepahlawanan. Diartikan juga hari kembalinya Sang Pitara bersama Dewata di mana umat Hindu menghaturkan Bhakti memohon kesentausaan dan kedirgahayuan (panjang umur, serta perlindungan dan tuntunan lahir bathin selalu).
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Parisada Hindu Dharma, Upadeca tentang Ajaran-ajaran Agama Hindu, (1968). Departemen Agama, Tatacara Peribadatan dan Peristiwa Keagamaan, (Grasindo Persada, Jakarta, 1999). Faridi, Agama Jalan Kedamaian, (Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar