Skip to main content

Sinkretisme menurut Bahasa dan Istilah

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: November 14, 2012

Secara etimologis, sinkretisme berasal dari perkataan syin dan kretiozein atau kerannynai, yang berarti mencampurkan elemen-elemen yang saling bertentangan.
Adapun pengertian sinkretisme menurut istilah, adalah suatu gerakan di bidang filsafat dan teologi untuk menghadirkan sikap kompromi pada hal-hal yang berbeda dan bertentangan.
Tercatat pada abad ke-2 dan ke-4 aliran Neo Platonisme berusaha menyatukan agama-agama penyembah berhala. Selanjutnya pada masa renaisan muncul usaha untuk menyatukan antara gereja Katholik Timur dan Katholik Barat. Pernah juga muncul gerakan untuk mengawinkan antara aliran lutherian dengan aliran-aliran lain dalam Protestan. Sementara dalam bidang filsafat, pernah muncul usaha untuk mengharmoniskan pertentangan antara pemikiran Plato dan Aritoteles mengenai sinkretisme.
Niels Mulder merumuskan pengertian sinkretisme:
Sinkretisme adalah upaya untuk menenggelamkan berbagai perbedaan dan menghasilkan kesatuan di antara berbagai sekte atau aliran filsafat. Dengan kata lain upaya menghasilkan kesatuan itu merupakan tujuan tertinggi; dan demi hal itu dianggap pantas untuk mengorbankan prinsip dan dogma.
Sedangkan Akbar S Ahmed sebagaimana dikutif oleh Sumanto al-Qurtuby dalam bukunya mengatakan pengertian sinkretisme adalah;
Sinkretisme Islam artinya percampuran antara islam dengan unsur­unsur lokal (Jawa) dalam cara yang tidak genuine dan sedikit agak dipaksakan. Sebutan sinkretisme memang mengandung nada ejekan (pejoratif), yakni bahwa Islam tidak lagi tampil sebagai dalam wujudnya yang asli tetapi sudah tercampur dengan unsur-unsur eksternal. islam yang “sinkretis” sebagaimana kita lihat dalam masyarakat Jawa dengan demikian menggambarkan suatu genuine keagamaan yang sudah jauh dari sifatnya yang “murni” di tempat asalnya di Timur Tengah.
Adapun bentuk sinkretisme adalah cara-cara seseorang dalam menghayati dan mengamalkan agama dengan memilih-milih ajaran tertentu dari berbagai agama untuk dipraktekkan dalam kehidupan keagamaan diri sendiri atau untuk diajarkan kepada orang lain. Dalam prakteknya cara beragama sinkretisme ini dapat terjadi pada bidang kepercayaan, sedangkan Tuhan umpamanya dikombinasikan “Gustiallah” atau “Allah Sang Hyang widi”, dapat juga dalam pelaksanaan ritual, dalam berdoa, dalam peralatan yang dipakai pada upacara keagamaan dan sebagainya.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Dagobert D.Runes (ed), Dictionary of Philosophy, (Littlefield, New Jersey, 1976). Niels Mulder, Agama, Hidup Sehari-Hari dan Perubahan Budaya, (PT.Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 1999).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar