Skip to main content

Pengertian Guru menurut Bahasa dan Istilah

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: November 12, 2012

Terdapat banyak pengertian guru. Dari segi bahasa, guru berasal dari bahasa Indonesia yang berarti orang yang pekerjaannya mengajar. Menurut J.E.C. Gericke dan T. Roorda yang dikutip oleh Ir. Poedjawijatna, menerangkan bahwa guru berasal dari bahasa Sansekerta, yang artinya berat, besar, penting, baik sekali, terhormat dan juga berarti pengajar.
Dalam bahasa Inggris dijumpai beberapa kata yang berdekatan artinya dengan guru, kata teacher berarti guru, pengajar kata educator berarti pendidik, ahli mendidik dan tutor yang berarti guru pribadi, atau guru yang mengajar di rumah, memberi les (pelajaran).
Dalam pandangan masyarakat Jawa, guru dapat dilacak melalui akronim gu dan ru. “Gu” diartikan dapat digugu (dianut) dan “ru” berarti bisa ditiru (dijadikan teladan).
Dalam konteks pendidikan Islam banyak sekali kata yang mengacu pada pengertian guru, seperti kata yang lazim dan sering digunakan diantaranya Murabbi, Mu’allim, dan Mu’addib. Ketiga kata tersebut memiliki penggunaan sesuai dengan peristilahan pendidikan dalam konteks pendidikan Islam. Disamping itu guru kadang disebut melalui gelarnya, seperti al-Ustadz dan asy-Syaikh.
Dalam hal ini dibahas secara luas oleh Abudin Nata, yakni kata al­-Alim (jamaknya Ulama’) atau al-Muallim, yang berarti orang yang mengetahui dan kata ini banyak dipakai para Ulama’ atau ahli pendidikan untuk menunjuk pada hati guru. al-Mudarris yang berarti orang yang mengajar (orang yang memberi pelajaran). Namun secara umum kata al­-Muallim lebih banyak digunakan dari pada kata al-Mudarris. Dan kata al­-Muaddib yang merujuk kepada guru yang secara khusus mengajar di Istana. Sedangkan kata Ustadz untuk menunjuk kepada arti guru yang khusus mengajar dibidang pengetahuan agama Islam. Selain itu terdapat pula istilah Syaikh yang digunakan untuk merujuk pada guru dalam bidang tasawuf.
Ada pula istilah Kyai yang terkait dengan pengertian guru, yaitu suatu atribut bagi tokoh Islam yang memiliki penampilan pribadi yang anggun dan disungkani karena jalinan yang memadu antara dirinya sebagai orang alim, yang menjadi pemimpin pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya.
Adapun pengertian guru menurut istilah, guru dilihat sebagai seseorang yang berdiri didepan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.
Earl V. Pullias and James D. Young menyatakan, ”The teacher teaches in the centuries-old sense of teaching. He helps the developing student to learn things he does not know and to understand what he learns”. Artinya: Dalam berabad-abad guru mengajarkan rasa pengajaran, ia membantu mengembangkan siswa untuk belajar sesuatu yang tidak diketahui dan untuk memahami apa yang dipelajari).
Sedangkan Ahmad Tafsir pengertian guru menurut istilah, bahwa pendidik dalam Islam sama dengan teori di Barat, yaitu siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik, baik potensi kognitif, afektif, maupun potensi psikomotorik.
A.D. Marimba memberi pengertian guru atau pendidik sebagai orang yang memikul pertanggungan jawab untuk mendidik. Sedangkan Zakiah Daradjat, lebih memilih kata guru sebagai pendidik profesional, sebab secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggungjawab pendidikan yang terpikul dipundak para orang tua.
Menurut Hadari Nawawi bahwa guru adalah orang yang mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah (kelas). Secara lebih khusus lagi, ia mengatakan bahwa guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing. Artinya, guru tidak hanya memberi materi di depan kelas, tetapi juga harus aktif dan berjiwa kreatif dalam mengarahkan perkembangan murid.
Akan tetapi pengertian guru menurut istilah masa sekarang, menjadi arti yang lebih luas dalam masyarakat dari arti diatas, yakni semua orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kependidikan tertentu kepada seseorang atau sekelompok orang dapat disebut sebagai “guru”, misalnya guru silat, guru mengetik, guru menjahit, bahkan guru mencopet.
Guru menurut paradigma baru ini bukan hanya bertindak sebagai pengajar, tetapi juga sebagai motivator dan fasilitator proses belajar mengajar yaitu realisasi atau aktualisasi potensi-potensi manusia agar dapat mengimbangi kelemahan pokok yang dimilikinya. Sehingga hal ini berarti bahwa pekerjaan guru tidak dapat dikatakan sebagai suatu pekerjaan yang mudah dilakukan oleh sembarang orang, melainkan orang yang benar-benar memiliki wewenang secara akademisi, kompeten secara operasional dan profesional.
Untuk menyandang predikat sebagai seorang guru tidaklah mudah, sebab predikat seorang guru hanya dapat dimiliki oleh orang-orang yang benar-benar memiliki wewenang secara mutlak. Kemutlakan tersebut ditandai dengan keprofesionalan dengan ciri-ciri sebagaimana diatas, yang mana hal ini terdapat kesesuaian dengan hadits Nabi saw, bahwa setiap segala urusan yang diserahkan pada orang yang tidak mampu secara maksimal, diantaranya masalah pendidikan maka sudah secara otomatis tujuan pendidikan tidak akan dapat tercapai, karena guru sebagai pembawa arah pendidikan tidak mumpuni dalam mengantarkan murid menjadi insan berkualitas baik bagi lingkungan sesamanya maupun dihadapan sang khaliq.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Poedjawijatno, dalam Hadi Supeno, Potret Guru, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995). John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1992). Hadi Supeno, Potret Guru, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1995). Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Murid (Studi Pemikiran Tasawuf Al-Ghozali), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001). Zamakhsari Dlofier, Tradisi Pesantren (Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai), (Jakarta: LP3ES, 1982). Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000). Earl V. Pullias and James D. Young, A Teacher Is Many Things, Ladder Edition, (America: Indiana University Press, 1968). Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1994). Ahmad D.Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT.Al-Ma’ arif, 1980). Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000). Nana Syaodih S, Pengembangan Kurikulum ; Teori dan Praktik, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997). Imam Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail Bin Ibrahim Ibn Al-Mughirah Bin Bardzabahj Al-Bukhari Al-Ja’fi, Shahih Bukhari, jld. I, (Beirut-Libanon: Darul Fikr, 1994).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar