Skip to main content

Model Pembelajaran Problem Posing

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: November 20, 2012

Salah satu model pembelajaran yang relevan untuk diterapan di sekolah dengan berbagai jenjang dengan terminal peserta didik yakni model pembelajaran Problem Posing. Menurut Brown dan Walter dalam Kadir pada tahun 1989 untuk pertama kalinya istilah problem posing diakui secara resmi oleh National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) sebagai bagian dari national program for re-direction of mathematics education (reformasi pendidikan matematika). Selanjutnya istilah ini dipopulerkan dalam berbagai media seperti buku teks, jurnal serta menjadi saran yang konstruktif dan mutakhir dalam pembelajaran matematika.
Problem Posing merupakan istilah dalam bahasa Inggris. Menurut John M. Echol problem berarti masalah, soal dan posing berasal dari to pose yang berarti mengajukan. Sehingga Problem Posing merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan pengajuan soal. Menurut Brown dan Walter dalam abdusyakir informasi atau situasi problem posing dapat berupa gambar, benda manipulatif, permainan, teorema atau konsep, alat peraga, soal, atau selesaian dari suatu soal.
Model pembelajaran Problem Posing mulai dikembangkan tahun 1997 oleh Lyn. D. English, dan awal mulanya diterapkan pada mata pelajaran matematika. Selanjutnya model ini dikembangkan pada mata pelajaran lain. Pada prinsipnya model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan peserta didik untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.
Bentuk lain model pembelajaran Problem Posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simpel sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan­ hitungan, cari alternative, menyusun soal pertanyaan.
Dari beberapa pengertian tersebut, model pembelajaran Problem Posing merupakan suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran melalui pembentukan soal atau pengajuan soal melalui kegiatan kognitif untuk melatih peserta didik berfikir matematis dengan cara membuat soal tidak jauh beda dengan soal yang diberikan oleh guru ataupun dari situasi dan pengalaman peserta didik itu sendiri.
Pada tahap awal, guru cukup atau dapat memberikan tugas kepada peserta didik dalam model pembelajaran Problem Posing dengan memilih salah satu cara berikut:
  1. Pre Solution Posing, yaitu jika peserta didik membuat soal dari situasi yang diadakan, jadi guru memberikan suatu pernyataan dan peserta didik diharapkan mampu membuat pertanyaan berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh gurunya. 
  2. Within Solution Posing, yaitu jika peserta didik mampu merumuskan ulang pertanyaan soal menjadi sub-sub pertanyaan baru yang urutan penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya dan diharapkan peserta didik mampu membuat sub-sub pertanyaan dari pertanyaan tunggal yang diberikan oleh guru. 
  3. Post Solution Posing, yaitu jika peserta didik mampu memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang telah dijelaskan oleh guru untuk membuat soal-soal baru yang sejenis.
Dalam model pembelajaran Problem Posing, peserta didik dilatih untuk memperkuat dan memperkaya konsep matematika secara mandiri. Dengan memperhatikan kemampuan dan cara berpikir peserta didik yang bersifat konkrit.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Amin Suyitno, Pemilihan Model-model Pembelajaran dan Penerapannya di Sekolah, Makalah Bahan Pelatihan bagi Guru-guru Pelajaran Matmatika SMP Se Jawa Tengah, (Semarang: FMIPA Jurusan Matematika UNNES, 2006). Kadir, Pengaruh Pendekatan Problem Posing terhadap Prestasi Belajar Matematika Jenjang Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi, dan Evaluasi ditinjau dari Metakognisi Siswa SMU di DKI Jakarta, (Jakarta: Badan Peneliti dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 2004). John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2006). Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tanggal 23 November 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah, (Jakarta: CV. Eko Jaya, 2007). Setiawan, Strategi Pembelajaran Matematika yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM), Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembangan Matematika SMA Jenjang Dasar Tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004, (Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Pendidikan Dasar Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Matematika, 2004).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar