Skip to main content

Ajaran Pokok Ahmadiyah Qadian

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: November 24, 2012

Ajaran pokok Ahmadiyah Qadian beintikan meyakinkan kaum muslim di seluruh dunia bahwa keberlangsungan nabi, merupakan hal yang harus, karena seperti dalam sebuah pembaharuan Islam akan selalu datang seorang pembaharu untuk memurnikan dan melangnggengkan Islam dengan nilai-nilai baru yang tetap berlandaskan al-Quran. Berikut pokok-pokok ajaran Ahmadiyah Qadian;
Ajaran Ahmadiyah Qadian pada persoalan Khataman Nabiyin
Keberlangsungan syariat nabi Muhammad dalam ajaran pokok Ahmadiyah Qadian adalah terus dan akan selalu menandai pijakan oleh kaum muslimin sepanjang sejarah manusia, namun dalam hal cara dan metode pembumiannya, diharuskan dan diwajibkan adanya seorang pembaharu dalam Islam untuk memurnikan Islam lagi, baik itu oleh orang dari Arab ataupun non Arab, namun dalam ajaran Ahmadiyah Qadian, Ghulam Ahmad adalah sosok yang yang telah dijanjikan oleh nabi sendiri ketika ia sedang melakukan ceramah di tengah-tengah umatnya, dengan menandakan beberapa tanda kemunculan imam mahdi yang dijanjikan.
Argumen ini didasarkan pada kata-kata khatam tidaklah harus berarti penutup, tapi juga bisa berarti stempel, cincin dan orang yang mulia. Dan hal ini kemudian akan membawa pada dampak pada keyakinan dalam penganut Ahamdiyah bahwa khataman nabiyin itu memang ada namun kedatangan Ghulam Ahmad adalah merupakan keharusan sejarah apalagi dalam keyakinan umat Islam jelas-jelas bahwa kembalinya Isa as. sebagai penerus dan peneguh syariat nabi Muhammad saw.
Beberapa orang dari kelompok non Ahmadi, terkadang muncul pertanyaan yang menghakimi Ahmadiyah bahwa Nabi Muhammad sebagai Khtaman Nabiyyin. Hal ini merupakan suatu kepalsuan dan sebagai ekor dari pada ketidaktahuan juga. Apabila orang Ahamdi menyebut dirinya orang Islam dan beriman kepada Kalimah Syahadat maka atas dasar apa pengikut Ahmadiyah harus ingkar kepada Rasulullah saw sebagai Khataman Nabiyyin?.
Ajaran Ahmadiyah Qadian pada persoalan Isa Al Masih
Isa al Masih sebagai nabinya kaum Nasrani dan nabi Allah diyakini oleh kaum Nasrani dan sebagian kaum muslim adalah diangkat oleh Allah swt ke langit, untuk kemudian diturunkan kembali ketika dunia ini sudah rusak. Keyakinan seperti ini ditentang oleh Ahmadiyah karena hal ini tidak mungkin terjadi pada manusia, sama denga isra miraj-nya nabi Muhammad saw, apakah beserta jasadnya ataukah hanya ruh-nya saja, demikian pula perdebatan tentang nabi Isa as, menurut Ahmadiyah tidaklah diangkat namun meninggal sebagaimana meninggalnya orang-orang biasa dan ia tidak akan lahir kembali, karena dalam Islam tidak ada inkarnasi.
Ajaran Ahmadiyah Qadian pada persoalan Imam Mahdi
Imam Mahdi adalah merupakan kepercayaan yang dibangun berdasarkan spirit skripturalisme dan cenderung bersikap pasrah akan kekalahan yang diderita dan ini dijadikan pijakan dalam menggapai kemenangan yang telah dirampas oleh dunia luar, the other dalam bahasa Hasan Hanafi. Kekalahan dunia Islam membuat beberapa orang berkeyakinan bahwa Islam akan mampu memenangi kembali peradaban Islam yang telah terkalahkan oleh Barat. Hal inilah yang membuat keyakinan dalam Ahmadiyah. Kelompok Ahmadiyah berkeyakinan bahwa dengan kita berbaiat kepada imam mahdi, yaitu Mirza Ghulam Ahmad akan mampu memenangi Islam di atas peradaban lain.
Keberpihakan ummat pada Ahmadiyah dianggap oleh Ahmadiyah akan mampu membawa dunia Islam ke arah sistem ketatanegaraa yang lebih baik karena hanya dipimpin oleh satu imam dan hal ini merupakan hal yang dicontohkan oleh zaman Nabi dan zaman Khalifatur Rasyiddin
Ajaran Ahmadiyah Qadian tentang Malaikat
Sebagaimana kelompok Islam pada umumnya, Ahmadiyah juga percaya akan keberadaan Malaikat dan percaya akan tugas, tugas dari malaikat, jadi tidak benar jika ada anggapan bahwa Ahmadiyah tidak mempercayai Malaikat. Hal ini berdasar pada sumber kehidupan dari Ahmadiyah adalah al-Quran dan Hadits. Pada al-Quran dan Hadis di sana dinyatakan bahwa mahluk-mahluk ghaib, jin, syaitan, dan malaikat adalah mahluk yang secara riil ada dan hidup di dunia ini.
Ajaran Ahmadiyah Qadian tentang Jihad
Peperangan dalam pandangan Ahmadiyah itu terdapat dua: peperangan biasa, yang tidak mengharuskan umat untuk melakukan jihad. Dan peperangan pengrusakan dan atau pemaksaan aqidah yang berlainan dengan aqidah ummat Islam. Hal inilah yang mewajibkan ummat Islam untuk berjihad. Dan selama ini dalam pandangan Ahmadiyah peperangan yang terjadi di dunia ini adalah, walaupun peperangan yang terjadi antara Barat dan Islam kebanyakan bermuatan politik dan itu yang menyebabkan ummat Islam terfragmentasi dalam kepentingan yang bertendensi duniawi.
Peperangan yang terjadi karena pemaksaan agama yang terjadi pada dunia Islam pun tidak harus melakukan jihad, jika syarat-syarat jihad itu tidak terpenuhi, yaitu adanya seorang Imam dari dunia Islam yang menyatakan kita wajib melakukan jihad karena gama Islam telah dilakukan semena-mena. Hal inilah yang membuat proses jihad dalam pandangan ummat Islam yang melibatkan umat Islam Ahmadiyah itu tidak ebrjalan beriringan, karena dalam pandangan ummat Islam sekarang ini tidak ada Imam yang dapat dijadikan acuan ummat oslam secara menyeluruh.
Ajaran Ahmadiyah Qadian tentang Hadis
Ahmadiyah dalam ajarannya tetap menaruh kepercayaan pada hadits nabi Muhammad saw, karena pada ajarannya terdapat hal-hal yang bersifat perenial. Dalam pandangan mereka yang membuat mereka disangka tidak percaya pada Hadits adalah karena mereka menolak taklid yang selama ini terjadi pada pribadi-pribadi muslim, dan Ahmadiyah adalah golongon moderat dia menempatkan al-Quran sebagai rujukan utama, kemudian Hadis, kemudian pendapat para imam baru kemudian pendapat mereka. Hal ini seperti apa yang terdapat dalam pola pemikiran Abu Hanifa.
Dan bahkan sampai pada hadis-hadis yang lemah, padahal hadis-hadis lemah tersebut tidak bisa dijadikan sandaran aqidah Islam. Karena fungsi hadits lemah hanya akan berfungsi ketika ia berhubungan dengan masalah mubahalah, kemasyarakatn, itupun ketika tidak bertentangan dengan nilai-nilai al-Quran.
Ajaran Ahmadiyah Qadian tentang Takdir
Pengikut Ahmadiyah pada permasalahan ini tidak jauh beda dengan orang Islam lainya, karena mereka sejatinya juga masih Islam,yaitu mereka masih percaya akan takdir dari Allah swt. Pengikut Ahmadiyah dalam memandang takdir itu bukan kenapa saya miskin? Kenapa saya jadi bodoh? Dan seterusnya, namun pada dasarnya mereka miskin karena mereka tidak mau melepaskan kemiskinannya.
Dalam pandangan Ahmadiyah sesuatu yang terjadi pada diri manusia adalah akibat manusia sendiri. Kenapa seorang pencuri itu mencuri. Itu adalah kesalahan pencuri dengan pencurianya, bukan Tuhan yang memerintahkan manusia tersebut mencuri, tapi kesalahan manusia selaku individu yang melakukan pencurian.
Perlu dipahami juga bahwa masalah yang ada di dunia ini menurut Ahmadiyah ada dua, yaitu hukum taqdir dan hukum tadbir. Hukum taqdir dan hukum Tadbir tidak akan ketemu satu sama lain, karena mereka mempunyai wilayah kerja tersendiri.
Hukum Tadbir mempunyai daerah tersendiri dan hukum takdir pun demikian. Terhadap hal-hal di mana Allah swt, melancarkan takdir, di sana Tadbir tidak akan berdaya. Sedangkan di mana Allah membuka Tadbir, lalu kita mengharap-harapkan takdir saja tanpa berbuat apa-apa, hal itu akan merusak masa depan kita sendiri.
Apa yang ditentang oleh Ahmadiyah ialah usaha orang yang menyembunyikan kelakukan buruknya dibalik tabir takdir dan meletakkan istilah takdir kepada ekor dari pada kemalasannya dan kelengahannya, juga di mana Allah memeritahkan kita untuk mempergunkan Tadbir, di waktu itu ia duduk menantikan takdir. Ahmadiyah menentang hal-hal itu sebab akibatnya sangat membahayakan.
Karena jika kaum muslimin bisa menggunkan hukum Tadbir yang sedang dibukakan oleh para malaikat, maka ummat Islam di dunia ini tidak akan jatuh pada peradaban yang rendah. Karena pada prinsipnya masalah yang terjadi adalah pada moral dan etos kerja ummat Islam pada umumnya adalah rendah, tidak ada persaingan dengan kaum non-muslim secara sehat dan benar.
Ajaran Ahmadiyah Qadian tentang Keselamatan
Selama ini ada anggapan bahwa hanya orang Ahmadiah saja yang selamat dari siksa neraka. Menurut orang Ahmadi itu adalah kesalahan besar yang disebabkan pada rasa anti pati kaum Islam yang tidak suka pada Ahmadiyah. Karena dalam pandangan Ahmadiyah semua orang itu akan menerima siksaan dan juga semua orang tidak.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
HAR Gibb, Alran Aliran Modern dalam Islam, (Jakarta, Rajawali Press, 1994). Muhammad Sadiq H.A., Analisa Tentang Khataman Nabiyyin, (Bandung, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1997). Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnnya, (Semarang: Toha Putra, 1996). Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Apakah Ahmadiyah Itu?, (Bandung: Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1993). H. M. Ahmad Cheema, Khilafat Telah Berdiri, (Bandung, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1996). Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UIPress, 1986).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar