Skip to main content

Pengertian Verbalisme dalam Pembelajaran

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: September 29, 2012

Verbalisme berasal dari kata Latin, verbum. Berarti perkataan atau ucapan. Verbalisme secara umum adalah istilah untuk menyebut sesuatu sebagai ungkapan verbal, pengungkapan lewat kata-kata untuk mengungkapkan gagasan dan menyatakan pengertian. Orang yang verbalistis menyebut tulisan atau uraian yang mempergunakan terlalu banyak kata, sedang isinya terlalu sedikit, tanpa isi atau terlalu sedikit, atau sama sekali tak menyentuh topik yang sedang dibicarakan, atau lebih gamblangnya, omong kosong.
Akan tetapi, verbalisme dalam bahasa kepribadian, diartikan pendirian. Verbalisme lalu menjadi sikap dan bermakna positif, lebih menjunjung tinggi kata daripada kenyataan yang diungkapkan, istilah daripada permasalahan yang ada di belakangnya, dan rumusan daripada kebenaran yang dikandungnya.
Dalam pembelajaran, seorang guru terkadang secara tak sadar menjadi penganut verbalisme, dan menjelaskan sesuatu secara verbalistis. Hal ini terjadi apabila guru terlalu banyak atau hanya menggunakan kata-kata dalam menjelaskan isi pesan, memberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang diperlukan. Situasi seperti ini dengan mudah dapat mengganggu konsentarsi belajar peserta didik, apalagi bila kata yang digunakan banyak yang terasa asing atau di luar pengetahuan peserta didik.
Sifat pengalaman, tingkat kemahiran bahasa, dan kosakata yang ada sangat mungkin tidak sama bagi semua peserta didik. Sifat verbalisme menjadi merusak, apabila guru kurang memahami keadaan latar belakang pengalaman peserta didiknya dan meneruskan cara penyajiannya, maka peserta didik akan cepat menjadi bosan dengan pelajaran itu.
Situasi seperti ini dapat dicegah seandainya guru menggunakan gambar atau benda-benda lainnya untuk membantu memberikan contoh yang kongkret dalam memberikan ilustrasi yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata saja. Dengan perkataan lain, media gambar atau media lainnya dapat membantu usaha menghilangkan verbalisme dalam proses pembelajaran.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar (Cet. III; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004). A. Mangunhardjana. Isme-isme dalam Etika dari A sampai Z. (Jogjakarta: Kanisius, 1997).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar