Skip to main content

Penafsiran Kata Jarm dalam al-Quran

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: August 20, 2012

Penulis kitab Lisan al-Arab, Ibnu Mandzur mengidentikan kata Jarm dengan term Dzanb. Dengan kata lain, kedua kata tersebut adalah sinonim. Dalam Alquran, kata jarm sering muncul dalam bentuk isim fail, yakni Mujrim atau Mujrimun (orang yang melakukan Jarm). Secara spesifik dalam QS. al-An’am (6):124, kata Jarm digunakan untuk menunjukkan dosa yang sudah berlebihan atau keterlaluan atau digunakan untuk menunjukkan pelaku dosa yang sudah berulang kali sehingga terbiasa melakukannya.
Di antara pemaknaan kata Jarm atau Mujrim dalam al-Quran adalah
Pertama, kata Jarm dihubungkan dengan perilaku dusta, seperti terdapat dalam QS. Yusuf (12): 110:
حتى إذا استيئس الرسل وظنوا أنهم قد كذبوا جاءهم نصرنا فنجي من نشاء ولا يرد بأسنا عن القوم المجرمين
Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami daripada orang-orang yang berdosa.
Terkait dengan ayat di atas, Sayyid Qutb menggambarkan betapa besarnya kesulitan, kepedihan dan kepedihan yang dialami para Rasul dalam memperjuangkan kalimat tauhid kepada umatnya. Mereka menghadapi kekufuran, kekerasan dan kesombongan serta pengingkaran kaumnya terhadap ajaran para Rasul. Hanya sebagian kecil saja yang menyambut dan mau menerima dakwah-dakwah tersebut. Dalam QS. al-Rahman (55): 43 Allah swt memberikan ancaman neraka jahannam bagi mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah.
Kedua, kata Jarm dikaitkan dengan kesombongan orang-orang kafir, seperti terdapat dalam QS. al-Jatsiyah (45): 31. Dalam ayat ini karena kesombongan, mereka akan memperoleh laknat dari Allah swt. Padahal Allah swt telah menganugerahkan kepada mereka akal untuk memikirkan ayat-ayat-Nya, terutama hamparan alam raya yang merupakan ayat-ayat kauniyyah. Selain itu, Allah swt telah mengutus para rasul agar mendatangi mereka dan mengajak untuk mendengar tentang kekuasaan Allah dan ayat-ayat-Nya. Namun karena kedurhakaan mereka sudah sedemikian kuat dan mendarah daging pada diri mereka masing-masing, mereka masih juga tidak mau menerima ajakan atau dakwah para rasul-Nya, mereka tetap dalam kekafirannya.
Al-Quran menjelaskan secara lebih lengkap beberapa bentuk-bentuk dosa yang menggunakan kata jarm atau mujrim antara lain: Tidak mempercayai kebenaran Alquran (6:124); Mendustakan kenabian Muhammad (QS. 6:147); mendustakaan ayat-ayat Allah dan menyombongkan diri (QS. 7:40; 10:75; 45:31); membenci kebenaran dan menyukai kepalsuan (QS. 8:8; 10:82); Mendustakaan Allah dan ayat-ayat-Nya. (QS. 10:17); Membuat kerusakan dan kezhaliman di muka bumi (QS. 11: 116); Mendustakan para rasul Allah (12:110); Memusuhi para Nabi (25:31); Berpaling dari ayat-ayat Allah (QS. 32: 22); mementingkan kenikmatan dan kemewahan (QS. 11: 116).
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Muhammad bin Mukrim bin Manzhur al-Afriqiy al-Mishriy (Ibnu Mandhur), Lisan al-Arab, Jilid VI, Beirut: (Dar al-Fikr, t.t). Ibrahim Anis, dkk, Mujam al-Wasith, (Mesir: Dar al-Ma’arif, 1972). Al-Raghib al-Ashfahaniy, Mufradat Alfazh Al-Quran, (Damaskus: Dar al-Qalam, 1992). Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an Per Kata, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2009).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar