Skip to main content

Biografi Abdul Qadir Jaelani; Pendiri Tarekat Qadiriyah

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: August 15, 2012

Nama lengkap Abdul Qadir Jaelani adalah; Abdul Qadir bin Abu Shalih Musa Jinhi Dausat bin Abu Abdullah bin Yahya al-Zahid bin Muhammad bin Daud bin Musa bin Abdullah bin Musa al-Junni bin Abdullah al-Mahad. Ia dijuluki dengan Mujamil bin Hasan al-Matami bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu. Lahir pada tanggal 1 Ramadhan tahun 471 H/ 1077 M. Di sebuah desa bernama Jailan Thabaristan, sumber lain menyebutkan lahir di daerah Gulan di Iran Utara, sebelah selatan laut Kaspia, di sebuah desa kecil bernama Nif pada tahun 470 H/1077-078 M.
Ibu Abdul Qadir Jaelani bernama Fathimah. Garis keturunannya dapat dilacak sampai kepada Imam Hasan, cucu Rasulullah saw. Kakek dari Ibunya Sayyid Abdul Allah Suma’i seorang saleh dan dianggap seorang wali. Ayahnya meningggal pada saat beliau masih kecil, dan dipelihara oleh kakeknya. Pada saat berusia 18 tahun (488 H/1095 M) ia meninggalkan tanah kelahirannya menuju Baghdad. Pada saat itu, telah berdiri akademi Nishamiah sejak tahun 457 H/1065 M.
Pada tahun pertama di Baghdad, Abdul Qadir Jaelani merasa serba kekurangan, tetapi “lapar” tidak mengurangi semangatnya untuk menuntut ilmu. Di kota Baghdad inilah ia mulai tertarik pada pelatihan kerohanian dibimbing oleh seorang guru Syeikh Abu al-Khair Hammid Ibnu Muslim al-Dabbas (wafat 525 H/ 131 M).
Setelah menempuh bimbingan rohani selama sebelas tahun, Abdul Qadir Jaelani memiliki kemampuan mempengaruhi manusia melalui perhatian dan pendekatan personal, dapat mempengaruhi manusia secara massal, membimbing mereka dalam melakukan perubahan dalam hidup ke arah kesempurnaan.
Menurut Shaththa Naufi, pada saat Abdul Qadir Jaelani berkhutbah manusia yang hadir mencapai ribuan. Orang-orang Mesopotamia, Persia dan Mesir datang menghadiri acaranya. Selain itu Abdul al-Wahhab putranya menyampaikan bahwa jadwal penyampaian khutbahnya dilakukan tiga kali sepekan; selasa sore dan jumat pagi di madrasahnya, ahad pagi di ribathnya. Bahkan penganut agama Yahudi dan Kristen juga sering menghadiri majelis khutbahnya. Sehingga tergerak hatinya untuk memeluk agama Islam di tempat dan pada saat itu juga.
Selanjutnya Abu al-Faraj al-Jauzi seorang penulis sezamannya mengatakan terkadang pendengar pengajian Abdul Qadir Jaelani memenuhi ajalnya akibat emosi memuncak pada saat mendengarkan khutbahnya dan pada saat yang sama banyak orang menyatakan diri bertobat atas kesalahannya dan menerima sepenuhnya jalan serta kebenaran serta berminat mengamalkan akhlak mulia dalam menempuh kehidupan masa depannya.
Abdul Qadir Jaelani menikah pada usia senja yaitu 51 tahun dan mendapatkan keturunan. Ia wafat pada hari Sabtu, 8 Rabiuts Tsani tahun 561 H/ 66 M, pada usia 91 tahun. Makamnya berada di Madrasah Babud-Darajah di kota Baghdad Irak, telah menjadi tempat penting yang selalu dikunjungi para peziarah kaum Sufi dan kaum Muslim. Hampir setiap upacara keagamaan tradisional, mengirimkan bacaan al-Fatihah kepadanya.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Said bin Musfir al-Qaththani, al-Syaikh Abdul Qadir al-Jaelani wa Ara’uhu al-I’tiqadiyah wa al-Shufiyah, diterjemahkan oleh Munimal Abidin dengan judul Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Jaelani (Cet. I; Jakarta: CV. Darul Falah, 2003). Seyyed Hossein Noor, Ensiklopedia Tematis Spiritual Islam Manifestasi, diterjemahkan oleh Team Penerjemah Mizan (Cet I, Bandung ; Mizan, 1424 H / 2003 M).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar