Skip to main content

Muturidiyah Bukhara dan Konsep Ajarannya

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 21, 2012

Golongan Muturidiyah Bukhara ini dipimpin oleh Abu al-Yusr Muhammad al-Bazdawi. Dari orang tuanya, Al-Bazdawi dapat menerima ajaran-ajaran Maturidi. Kemudian dalam perkembangannya al-Bazdawi mempunyai seorang murid yang bernama Najm al-Din Muhammad al-Nasafi dengan karyanya Al-Aqaidul Nasafiyah.
Dengan demikian, yang dimaksud golongan Bukhara adalah pengikut-pengikut al-Bazdawi dalam aliran al-Mutiridiyah yang mempunyai pendapat yang lebih dekat kepada pendapt-pendapat Al-Asy’ary.
Seperti halnya Maturidiyah Samarkand, Maturidiyah Bukharah berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat, tetapi persoalan banyak yang kekal mereka selesaikan dengan mengatakan bahwa sifat-sifat Tuhan kekal melalui kekekalan yang terdapat dalam esensi Tuhan dan bukan melalui kekekalan sifat-sifat itu sendiri, jadi Tuhan bersama-sama sifatnya kekal tetapi sifat-sifat itu sendiri tidak kekal. Selanjutnya Maturidiyah Bukharah juga berpendapat bahwa ayat-ayat yang menggambarkan bahwa Tuhan memiliki unsur-unsur jasmani seperti tangan itua dalah sifat bukan anggota badan Tuhan jadi sifat yang dimaksud adalah sifat yang sama dengan sifat-sifat lain seperti halnya ilmu, kehendak dan daya.
Mengenai dosa besar, golongan Bukharah mempunyai pendapat yang sama dengan golongan Samarkhand bahwa pelaku dosa besar masih tetap sebagai mukmin sehingga jika dimasukkan ke dalam neraka akibat dosa tersebut maka dia tidak akan kekal didalamnya. Mengenai nasibnya nanti di akhirat tergantung kepada kehendak mutlak Tuha, bisa jadi dia mendapat ampunan dan masuk surga atau ditimpa musibah terlebih dahulu kemudian dimasukkan dalam surga.
Menurut golongan Bukhara, akal tidak dapat sampai kepada kewajiban mengetahui adanya Tuhan, iman tidak bisa mengambil bentuk ma’rifat atau amal, tetapi haruslah merupakan tasdiq. Batasan yang diberikan al-Bazdawi tentang iman adalah menerima dalam hati dengan lidah bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa tidak ada yang serupa dengan dia. Akibat dari paham demikian ialah bahwa bahwa mengetahui Tuhan dalam arti berterima kasih kepada Tuhan, sebelum turunnya wahyu tidaklah wajib bagi manusia.
Sedangkan Maturidiyah Bukharah berpendapat bahwa iman itu terdiri dari dua aspek dalam struktur iman, salah satu aspeknya adalah petunjuk atau hidayah Allah dan hal ini tidak diciptakan, sedangkan aspek yang kedua adalah yang diberi petunjuk yang merupakan peran yang dimainkan manusia dan inilah yang diciptakan.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
al- Syarastani, Al Milal wa al mihal.. Jilid I (Kairo, Mustafa al Babil Hallaby. 1967). Muhammad Ahmad Abu Zhahrah, tarikh al Madzahib al Islamiyah (Cairo, dar asl Fikr al Araby, t. th.). Al-Juwaeni, Kitab al Irsyad Ila Qawati al Adillah Fi Usul al jtihadi (Kairto : Maktabah Al Kaniji 1950)
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar