Skip to main content

Urgensi "Pendekatan" dalam Kajian Islam

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: May 28, 2012

Dalam diskursus keagamaan kontemporer dijelaskan bahwa “agama” ternyata mempunyai banyak wajah (multifaces) dan bukan lagi seperti dahulu memahaminya, yakni hanya semata-mata terkait dengan masalah ketuhanan, keimanan, kepercayaan, kredo, pedoman hidup dan seterusnya. Agama yang sesungguhnya sarat dengan berbgai kepentingan yang menempel dalam ajaran dan batang tubuh keagamaan itu sendiri. Ternyata agama yang terkait dengan historis kultural adalah kebudayaan.
Fenomena pemahaman keislaman umat Islam di Indonesia masih ditandai oleh keadaan umat variatif dan masih terkesan bahwa hingga saat ini pemahaman Islam yang terjadi di masyarakat masih bercorak parsial, belum utuh dan konperhensif, dan sekalipun kita menjumpai adanya pemahaman Islam yang sudah utuh dan komperhensif, namun semua itu belum tersosialisasikan secara menyeluruh ke seluruh masyarakat.
Ali Syariati (1933-1977), seorang sarjana Iran meninggal di rantau yaitu di Inggeris menyatakan bahwa faktor utama yang menyebabkan kemandegan dan stagnasi dalam pemikiran, peradaban dan kebudayaan yang berlangsung seribu tahun di Eropa pada abad pertengahan adalah metode pemikiran analogi dari Aristoteles. Dikala cara melihat objek itu berubah, maka sains, masyarakat dan dunia juga berubah dan sebagai akibatnya kehidupan manusia juga berubah. Dengan demikian kita dapat mengetahui dan memahami tentang pentingnya metodologi sebagai faktor fundamental dalam renaissance. Mukti Ali mengatakan bahwa yang menentukan dan membawa stagnasi dan masa kebodohan atau kemajuan bukanlak karena ada atau tidak adanya orang jenius, melainkan karena metode penelitian dan cara melihat sesuatu. Oleh karena itu metode memiliki peranan sangat penting dalam kemajuan dan kemunduran.
Studi Islam, yakni pengkajian tentang ilmu-ilmu keislaman secara umum betujuan untuk menggali kembali dasar-dasar dan pokok-pokok ajaran Islam sebagaimana yang ada dalam sumber dasarnya yang bersifat hakiki, universal dan dinamis untuk dipertemukan dengan budaya dan dunia modern, agar mampu memberikan alternatif pemecahan permasalahan yang dihadapioleh umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya.
Dengan tujuan tersebut maka studi Islam menggunakan cara pendekatan yang sekiranya relevan yang bersifat multi disiplin. Supaya tidak terjadi kekeliruan dalam mengambil generalisasi secara sepihak mengingat generalisasi sepihak sering memberikan informasi palsu yang kurang lengkap terhadap objek yang di amati, untuk itu pemahaman yang bersumber dari pihak objek sangat penting.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Nasruddin Razak, Dienul Islam (Cet. I ; Bandung : Al- Ma’arif, 1977). Ali Syariati, “On The Sociologi of Islam”. Diterjemahkan oleh Syaifuddin Mahyuddin dengan judul Sosiologi Islam (Cet. I ; Yogyakarta : Ananda, 1982). A. Mukti Ali, “Metodologi Ilmu Agama Islam”, dalam Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim (ed.), Metodologi Penelitian Ilmu Agama Sebuah Pengantar (Cet. III ; Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya, 1991). Jujun S Surya Sumantri, Ilmu Pengetahuan dan Metodenya (Cet. I ; Jakarta : Yayasan Indonesia, 1995).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar