Skip to main content

Plato; Teori Pengingatan Kembali

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: April 04, 2012

Teori plato tentang pengingatan kembali adalah teori yang berpendapat bahwa pengetahuan adalah fungsi mengingat kembali informasi yang telah lebih dahulu di peroleh.1 Teori ini diciptakan plato abad 5 SM. Ia mendasarkan pada filsafat “alam ide”, dan keazalian jiwa. Plato yakin bahwa jiwa manusia ada dalam bentuk jiwa yang berdiri sendiri, terlepas dari badan, dan sebelum badan itu ada.
Karena wujud jiwa itu bebas-sebebasnya dari materi, ia berhubungan dengan alam ide yaitu realitas yang bebas dari materi. Ketika ia harus turun dengan alam inmaterialnya untuk disatukan dengan badan dan dikaitkan dengannya di alam materi.
Teori, ini berdasarkan atas dua proposisi, pertama bahwa jiwa sudah ada sebelum adanya badan di alam tinggi sebelum adanya alam materi. Kedua, pengetahuan rasinal adalh tidak lain dari pengetahuan rasional yang tidak tetap di alam yang lebih tinggi, yang oleh Plato disebut archetypes.
Kedua proposisi itu salah seperti diterangkan oleh para kritikus filsafat plato. Jiwa dalam arti filosofis rasional bukanlah sesuatu yang maujud secara terpisah dan secara abstrak sebelum adanya badan. Ia adalah hasil gerak substansial di dalam materi. Mula-mula jiwa mulai dengan gerak sebagai materi dengan sifat-sifat materi dan tunduk kepada hukum-hukum materi. Dengan sarana gerak dan proses penyempurnaan ini ia menjadi wujud inmaterial, tidak lagi bersifat material dan tidak lagi tunduk dengan hukum material.
Konsep filsafat jiwa inilah satu-satunya konsep yang dapat menjelaskan antara jiwa dan materi antara jiwa dan badan. Sedangkan konsep Platonik yang mengasumsikan jiwa sebagai sudah ada sebelum badan adalah konsep yang paling lemaha yang menghubungkan hubungan antara badan dan jiwa tersebut. Juga, ia tidak menjelaskan kondisi jiwa tersebut turun dari peringkatnya sendiri ke peringkat materi. Di samping itu, pengetahuan rasional dapat dijelaskan dengan menyisihkan pemikiran alam ide dari pembahasan, dengan apa yang telah diuraikan.
Aristetoles (abad ke-4 SM), mengungkapkan bahwa konsep-konsep indrawi itu sama dengan konsep universal yang diketahui oleh pikiran sesudah mengabstrasikan karakteristik individualnya dan menyisakan gagasan umumnya. Maka universal yang kita persepsikan bukanlah realitas yang kita persepsikan di alam yang lebih tinggi. Tetapi ia adalah bentuk manusia ini atau itu sesudah terkena proses abstraksi yang dengan cara itu, gagasan universal disarikan dengannya.2
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
[1] plato, meno 81c, 85d, 98a; phylebus 34c; theaetetus 198d
[2] Muhammad Baqir Ashadr, Falsafatuna. (Cet. IV; Mizan: Jakarta. 1994), h. 27-28
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar