Skip to main content

Sejarah Filsafat Ilmu

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: February 19, 2012

Filsafat Ilmu sebagai cabang filsafat ternyata telah diminati secara khusus semenjak abad XVII, terutama ketika ilmu-ilmu mengalami perkembangan dan lepas landas pasca renaissance dan humanisme di dunia Barat, hingga kini telah mengalami perkembangan sedemikian besar dan beragam meliputi beberapa aspek.1
Pada awal abad ke 20 muncul sebuah kelompok yang terdiri dari sarjana-sarjana ilmu pasti dan alam di Wina lebih dikenal dengan “lingkaran Wina”.2 Salah satu tujuannya adalah memperbaharui positivisme klasik ciptaan Comte sekaligus memperbaiki kekurangan-kekurangannya. Adapun yang dikembangkan adalah Neo-Positivisme atau kerap juga dinamakan Positivisme Logis ataupun Empirisme Logis.3 Mereka memandang filsafat ilmu sebagai logika ilmu. Karenanya seorang filosof ilmu hanyalah melakukan konstruksi presentasi formal dari ungkapan-ungkapan ilmiah,4 dalam penggunaan bahasa yang bermakna (meaningfull) dan sahih akibatnya filsafat ilmu semakin jauh dari kenyataan ilmu pengetahuan.
Filsafat Ilmu baru dimulai dengan terbitnya karya Khun “The Structure of Scientific Revolusion (1962)” Kuhen menyatakan bahwa sebaiknya Filsafat Ilmu berguna bagi Sejarah Ilmu. Upaya untuk berguna bagi Sejarah Ilmu harus merupakan titik pangkal segala penyelidikan. Dengan begitu Filsafat Ilmu bisa mendekati kenyataan ilmu dan aktivitas ilmiyah.
Pada tahap selanjutnya Institusi Sosial Franfurt sejak tahun 1923 telah menuangkan gagasan-gagasannya. Salah seorang tokohnya ialah Erick From (1900-1980) kelompok ini terdiri dari ahli sosiologi, ekonomi, politik dan psikologi. Mereka berusaha memperbaharui dan memperdalam masalah teoritis dan falsafi mengenai cara kerja dan kedudukan ilmu-ilmu sosial.5 Mereka berpendapat bahwa manusia sebagai pencipta cara hidupnya sendiri secara keseluruhan, kemudian keterasingan manusia di tengah-tengah dunia hasil ilmu, teknik dan industri tidak dapat diatasi dengan pemikiran teoritik dan kritis saja.
Dengan demikian mereka mengadakan refleksi falsafi atas kritik-kritiknya yang bertitik pangkal pada pengalaman tentang keadaan ekonomi, politik dengan segala implikasinya dalam bidang sosial. Sedangkan cara mengembangkan refleksi itu bersifat dialektika sesuai dengan keadaan yang tak henti-hentinya berubah secara dialektis juga.6
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
[1]C. Verhaak, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (t.d.), h. 137-144.
[2]Kelompok yang didirikan untuk murid-murid Schlici pada tahun 1924 dan mendapat pengaruh dari tiga corak, pertama dari empirisme, positivisme Hume, Smith dan Ernetmax. Kedua, metodologi ilmu empiris yang dilambangkan untuk para ilmuan semenjak abad XVIII. Ketiga, perkembangan logika simbolik dan analisa logik yang dikembangkan oleh Russel, Wetgentein dan WT. Heath.
[3]Suatu pandangan yang hanya mengakui satu sumber pengalaman saja, yaitu pengalaman yang mengenal data-data inderawi untuk pembuktian dalil-dalil logika dan matematika yang tidak dihasilkan lewat pengalaman sehingga menjadi suatu keseluruhan yang meliputi segala data.
[4]Agar ilmu pengetahuan dapat dijabarkan menjadi suatu ilmu made of univeld Sceince. Maka mereka tidak membedakan bahasa yang digunakan ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu-ilmu alam.
[5]C. Verhaak, op. cit., h. 157-162
[6]Ibid., h. 172
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar