Skip to main content

Intisari Sejarah Dakwah Nabi di Mekah

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: February 06, 2012

Masyarakat Mekah pada saat itu dikenal dengan masyarakat jahiliyah (zaman kebodohan), karena itu intisari dakwah Nabi saw tidak langsung secara demonstratif, akan tetapi dengan metode rahasia dan semi rahasia, baru kemudian secara terang-terangan terbuka pada masyarakat.
Karena usaha dakwah Nabi saw terus berjalan, maka usaha musyrikin Quraisy adalah menawarkan berbagai macam bujukan kepada Nabi saw berupa kekayaan, kehormatan, akan diangkat jadi raja (kedudukan), dan selainnya, termasuk bujukan perundingan/ kompromi dan tawar menawar untuk mempertemukan Islam dengan jahiliyah di persimpangan jalan.
Duka mendalam menimpa Nabi saw, yaitu dalam waktu satu bulan pamannya Abū Thālib dan isterinya St. Khadijah wafat. Abū Thālib merupakan perisai, sebagai pengaman keselamatan terhadap diri Nabi saw dan pengikutnya dari gangguan Quraisy. Sedang isterinya, St. Khadijah sebagai pendamping dan menjadi dinamo penggerak penyebar agama Islam. Karena keduanya telah tiada sehingga memberi pengaruh yang siginifikan terhadap diri Nabi saw dan gerakan dakwah Nabi saw, gangguan diarahkan kepadanya, yang akhirnya Nabi saw merasa terjepit dan tidak leluasa menyebarkan agama. Kondisi di mekah tidak kondusif lagi, maka nabi saw menuju Thaif, kira-kira 65 km jauhnya dari Mekah. Di sana beliau berniat untuk menyampaikan intisari dakwahnya, akan tetapi tidak diterima baik oleh penduduk Thaif, bahkan Nabi saw diusir dan dikejar dengan lemparan batu bersama dengan anak angkatnya Said bin Harits.
Dari berbagai problem yang dialami Nabi saw, beliau kini rentan, posisinya lemah, tiada lagi dukungan moril dan kekuatan, maka Allah swt menghibur dengan meng-isra’ mijraj-kannya. Dengan peristiwa ini, dari kelompok musyrikin menganggapnya sebagai mimpi, mereka tidak yakin, bahkan berusaha untuk membunuh Nabi saw, sampai beliau hijrah ke Madinah dengan para sahabatnya.
Hijrahnya Nabi saw ke Madinah sebab di satu sisi dianggap gagal menjalankan tugas dakwah risalahnya di Mekah, jadi rencana selanjutnya adalah melirik kota Yatsrib sebagai langkah intisari dakwah.
Rencana yang matang itu diawali dengan mengintai orang-orang Yatsrib yang datang mengunjungi Mekah untuk melaksanakan haji. Pada bulan Rajab tahun kesepuluh kenabian. Terdapat enam orang dari suku Aus dan Khazraj mengunjungi Mekah. Nabi mendekati mereka dan menyampaikan ajaran Islam kepadanya di suatu tempat yang bernama ‘Aqabah. Pada pertemuan itu, mereka tidak sedikitpun ragu atas penuturan Nabi itu dan semuanya memeluk agama Islam.
Kematangan rencana itu, dibuktikan oleh muballig utusan Nabi ke Yatsrib dengan datangnya orang-orang Yatsrib ke Mekah sebanyak 73 orang laki-laki dan dua orang perempuan untuk bertemu dengan Nabi. Yang berintikan tentang persepakatan kedua belah pihak untuk saling melindungi dan membela kepentingan bersama.
Makalah tentang dakwah Nabi saw di Madinah, dapat anda dapatkan di sini.. GRATIS..
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Majid Ali Khan, Muhammad The Final Messenger diterjemahkan oleh Fathul Umam dengan judul Muhammad saw. Rasul Terakhir, Bandung: Pustaka, 1985. Abi Muhammad Abdul Malik bin Hisyam, Sirah al-Nabawiy, jilid II Beirut: Dar al-Fikr, t.th. Sa’id bin Ali al-Qaththani, al-Hikmatu fi al-Dakwah ila Allah Ta’ala diterjemahkan oleh Masykur Hakim dan Ubaidillah dengan judul Dakwah Islam Dakwah Bijak (Cet. I; Jakarta: Gema Insani Press, 1994. Thomas W. Arnold, The Preaching of Islam diterjemahkan oleh H.A. Nawawi Rambe dengan judul Sejarah Dakwah Islam, Jakarta: Wijaya, 1981. Ahmad Syalabiy, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1983.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar