Skip to main content

Multiple Intelligences; Meluruskan Makna Kecerdasan

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: November 30, 2011

Beddu dengan gemetar menyerahkan nilai hasil ujian semster kepada ibunya. “bu, beddu dapat 4”, katanya. “Hah..!!, bagaimana kamu bisa jadi orang kalau nilaimu seperti ini?.” Damprat ibunya. Beddu hanya terdiam dengan tatapan kosong. Bagaiman tidak, masih banyak pelajaran lain yang menunggu. Bagaiman dengan bahasa inggris, fisika, dll. Pikiran itu membuat tubuhya bergetar.
Namun siapa sangka, 20 tahun kemudian, ternyata beddu menjadi dokter yang berhasil. Apabila mengingat masa lalu, ketika mendapat nilai rendah dan membuat tubuhnya gemetar, seakan tak mungkin baginya untuk menjadi seorang dokter. Ternyata benar, tidak ada hubungan antara nilai 4 dengan profesi dan keberhasilan beddu sebagai manusia sekarang.
Kecerdasan seseorang tidak dipengaruhi oleh tes-tes formal. Kecerdasan seseorang bersifat dinamis dan atau tidak statis. Tes yang dilakukan untuk menilai kecerdasan seseorang, praktis hanya menilai pada saat itu, bukan untuk 1 bulan ke depan, atau 20 tahun ke depan. Menurut Gardner, kecerdasan dapat dilihat dari kebiasaan seseorang. Padahal kebiasaan adalah perilaku yang selalu diulang-ulang.
Pada tahun 1970-an, tak sedikit ahli psikologi dunia menyatakan bahwa tes IQ yang diterapkan di dunia pendidikan tidak valid. Dalam bukunya “frame of mind”, Gardner mengungkapkan ketidak-valid-an tes IQ.
Alferd Binet, seorang psikolog pembuat tes IQ yang mengandung konsep eugenic (keturunan). Teorinya ingin menegaskan bahwa faktor keturunan sangat mempengaruhi IQ seorang anak. Anak yang lahir dari keturunan bangsawan akan lebih cerdas, sebab bangsawan adalah kelompok masyarakat yang sangat cerdas menurutnya. Permintaan teori ini ternyata didasari fakta sejarah ketika kaum buruh mengancam kekuasaan dengan tajam pada saat itu.
Kecerdasan seseorang dapat dilihat dari berbagai dimensi, tidak hanya kecerdasan verbal (berbahasa) atau kecerdasan logika. Gardner dengan tegas bahwa kecerdasan itu “multiple” yang memungkinkan ranah kecerdasan itu berkembang luas.
Dengan mengetahui multiple intelligences seawal mungkin, kita dapat menemukan ranah akhir dengan lebih baik, membuat seorang tidak terpaku dengan apa yang didapatkan sekarang dari hasil tes sementara yang mungkin jauh dari target kecerdasa sesungguhnya.
Pada saat multiple intelligences ditarik ke dalam ranah pendidikan khususnya di indonesia. Paradigma pendidikan akan mengalami banyak koreksi. Ada yang mengatakan indonesia akan siap dengan teori ini 20 tahun lagi.
Referensi Makalah®
Fiksi admin
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar