Skip to main content

Menemukan Masalah (rumusan masalah) dalam Penelitian

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: October 03, 2011

Inti dari awal penelitian ialah adanya masalah. Kalau tidak ada masalah, tidak akan ada penelitian. Secara umum masalah selalu dimaknai dengan kesenjangan antara sesuatu yang diharapkan (das sollen) dengan sesuatu kenyataan (das sein). Misalnya, kesenjangan antara kebutuhan pasar tenaga kerja dengan kualitas lulusan Perguruan Tinggi.
Masalah juga timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian atau kebingungan terhadap suatu fenomena, adanya kemenduaan arti, adanya halangan dan rintangan, adanya celah baik antara kegiatan atau antar fenomena, baik yang telah ada maupun yang akan ada.
Selanjutnya untuk meningkatkan kemampuan melihat suatu masalah yang perlu diteliti, maka dicari dari mana (sumber-sumber) masalah dapat diperoleh. Apakah dari kehidupan sehari-hari karena menjumpai hal-hal yang aneh atau didorong oleh keinginan meningkatkan hasil kerja. Masalah juga dapat diperoleh dari mambaca buku, diberikan oleh orang lain, atau dari diri sendiri.
Kesulitan menemukan masalah yang baik bukan disebabkan oleh ketiadaan masalah itu sendiri, sebab masalah dalam penelitian agama bersifat tak terbatas. Peneliti yang sedang mencar masalah dapat diibaratkan seorang yang berbelanja di pasar besar atau supermarket; bukan barangnya yang tidak ada, sulit dicari atau tidak ada barang yang menarik, melainkan bagaimana memilih barang yang dapat menjawab persoalannya yang paling mendasar (primer) berdasarkan kemampuan keuangan, pengetahuan terhadap barang itu sendiri, keterbatasan waktu dan sebagainya. Semua barang yang ada di supermarket merupakan barang yang menarik bagi subjek tertentu yang memerlukannya berdasarkan konteks atau setting yang dihadapi. Ada orang cukup punya uang, tetapi bisa jadi tidak mampu memperoleh barang yang berkualitas karena keterbatasan pengetahuan terhadap barang itu sendiri. Sebaliknya, ada yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang barang yang berkualitas tetapi keuangan tidak memadai.
Kemampuan menemukan masalah ditentukan antara lain oleh kepekaan dan kesediaan mengambil jarak dengan realitas sehari-hari. Kepekaan dalam melihat masalah merupakan syarat mutklak dalam penelitian sosial keagamaan. Seorang peneliti dapat menemukan masalah yang berarti dan bermakna sangat ditentukan oleh tingkat kepekaan dalam menemukan dan memilih masalah. Disamping itu, kemampuan menjaga jarak dari rutinitas, ”kebenaran”, dan fenomena alam yang ada juga sangat menentukan keberartian dan kebermaknaan dalam menemukan dan memilih masalah.
Adapun sumber-sumber masalah tersebut dapat diperinci menjadi, antara lain: a) pengamatan terhadap kegiatan manusia, b)Bacaan, c)Analisa bidang pengetahuan, d) ulangan serta perluasan penelitian, e) cabang studi yang sedang dikerjakan, f) pengalaman dan catatan pribadi, g) praktek serta keinginan masyarakat, h) bidang spesialisasi, i) pelajaran dan mata ajaran yang telah diikuti, j) pengamatan terhadap alam sekeliling dan, k) diskusi-diskusi ilmiah.
Sumadi Suryabarata mengumukakan bahwa kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan seorang peneliti dalam menemukan masalah, yaitu antara lain:
  1. Membaca sebanyak-banyaknya literatur, terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian
  2. Menghadiri seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah lain-lain
  3. Pernyataan pemegang otoritas
  4. Pengamatan sepintas
  5. Pengalaman pribadi
  6. Perasaan intuitif
Salah satu contoh bagaimana menemukan suatu masalah yaitu ketika seorang guru menjumpai siswanya selalu melihat keluar jika sedang diajar. Kalau tidak, anak tersebut selalu melihat ke sana kemari, dalam keadaan tidak tenang. Di ruang guru, terdengar keluhan yang sama dari guru lain. Anehnya anak tersebut selalu mendapat nilai baik dari pelajaran apapun. Timbul keinginan guru-guru untuk mengadakan penelitian kasus terhadap anak tersebut.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Ircham Machfoedz, Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan, Yogyakarta: PT Fitramaya, 2005. Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 1998. Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2003. Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Ed. II Jakarta: PT. Rajagarafindo Persada, 2005.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar