Skip to main content

Landasan Teoretis Kesetaraan Jender

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: September 02, 2011

Teori Nature dan Nurture
Pengikut teori Nature berpendapat bahwa perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan disebabkan oleh faktor-faktor biologis kedua insan ini. Sementara pengikut teori Nurture beranggapan bahwa perbedaan ini tercipta melalui proses belajar dari lingkungan. Pendapat ini diperkuat oleh Didin Syafruddin dalam Jurnal Ulumul Qur’an yang mengatakan bahwa:
Para penganut teori nature berpendapat bahwa superioritas laki-laki diperoleh karena secara alami mereka lebih unggul dari kaum perempuan. Sementara penganut teori nurture percaya bahwa basis superioritas laki-laki bukan karena perbedaan alami antara laki-laki dan perempuan tapi karena proses sosial tertentu.
Teori Psiko Analisa
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Teori ini mengungkapkan bahwa perilaku dan kepribadian laki-laki dan perempuan sejak awal ditentukan oleh perkembangan seksualitas. Wanita hanya baik menurut  teori Freud, kalau dia menjalankan fungsinya yakni mengembangkan keturunan.
Teori Fungsionalitas Struktural
Teori ini berangkat dari asumsi bahwa seluruh masyarakat terdiri atas berbagai bagian yang saling mempengaruhi. Teori ini berpendapat bahwa wanita harus tinggal dalam rumah tangga, karena ini merupakan pengaturan yang paling baik dan berguna bagi keuntungan masyarakat secara keseluruhan.
Teori Sosial Konflik
Teori konflik terkadang diidentikkan dengan teori Marx karena demikian kuatnya pengaruh Marx di dalamnya. Teori ini berangkat dari asumsi bahwa dalam susunan suatu masyarakat terdapat beberapa kelas yang saling memperebutkan pengaruh dan kekuasaan. Siapa yang memiliki dan menguasai sumber-sumber produksi dan distribusi merekalah yang berpeluang untuk memainkan peran utama di dalamnya.
Teori Sosio-Biologis
Intinya bahwa intensitas keunggulan laki-laki tidak saja ditentukan oleh faktor biologis tapi elaborasi kebudayaan atas biogram manusia. Teori itu disebut “Bio-Sosial” karena melibatkan faktor bilogis dan sosial dalam menjelaskan relasi jender. Dengan demikian nampaknya teori ini menggambarkan dua teori lama yakni nature dan nurture.
Teori Feminis;
1. Feminisme Liberal
Feminisme liberal beranggapan bahwa sistem patriarki dapat dihancurkan dengan cara mengubah sikap masing-masing individu, terutama sikap kaum perempuan dalam hubungannya dengan laki-laki. Kalau kesadaran ini sudah merata maka dengan kesadaran baru ini, manusia akan membentuk suatu masyarakat baru di mana laki-laki dan perempuan bekerja sama atas dasar kesetaraan.
2. Feminisme Marxis
Marxis berpendapat bahwa ketertinggalan yang dialami oleh perempuan bukan disebabkan oleh tindakan Individu secara sengaja tapi akibat dari struktur sosial politik dan ekonomi yang erat kaitannya dengan sistem kapitalisme. Menurut mereka tidak mungkin perempuan dapat memperoleh kesempatan yang sama denganlaki-laki jika mereka masih tetap hidup dalam masyarakat yang berkelas. Oleh karenanya sistem kelas dalam masyarakat harus dilenyapkan.
3. Peminisme Sosialis
Hampir sama feminisme Marxis, aliran ini berpendapat karena seorang isteri dimiliki oleh suami, maka ini merupakan bentuk penindasan pada perempuan. Wanita hanya dapat dibebaskan dari penindasan ini, kalau sistem ekonomi kapitalis diganti dengan masyarakat sosialis yakni masyarakat egalitarian tanpa kelas. Untuk mencapai tujuan itu harus dimulai dari keluarga dengan membebaskan isteri agar dia dapat menjadi dirinya sendiri bukan untuk suaminya. Jika ini berhasil maka akan tercermin pula pada kehidupan sosial.
4. Feminisme Radikal
Teori ini berkembang pesat di AS pada kurun waktu 1960-an dan 1970-an. Feminisme radikal berpendapat bahwa ketidakadilan jender bersumber dari perbedaan biologis antara pria dan wanita itu sendiri. Perbedaan biologis ini terkait dengan kehamilan dan keibuan yang selalu diperankan oleh wanita. Oleh karena itu feminisme radikal cenderung menentang institusi keluarga bahkan membolehkan praktek lesbian, hidup melajang dan menjanda serta membenci laki-laki. Mereka membuktikan bahwa tanpa laki-laki mereka bisa hidup sehingga kelompok feminis ini banyak dikritik oleh kelompok feminis lainnya.
5. Eko Feminisme
Eko feminisme timbul karena ketidakpuasan akan arah perkembangan ekologi dunia yang semakin bobrok. Teori ini melihat individu secara komprehensif, yakni sebagai makhluk yang terikat dan berinteraksi dengan lingkungan. Eko feminisme mengajak para perempuan untuk bangkit melestarikan kualitas jenis melalui penghargaan terhadap institusi keluarga, agar dominasi sistem maskulin dapat diimbangi, sehingga kerusakan alam, dekadensi moral yang semakin mengkhawatirkan dapat dikurangi.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Arief Budiman, Pembagian Kerja Secara Seksual: Sebuah Pembahasan Sosiologis Tentang Peran Wanita di dalam Masyarakat, Edisi yang disempurnakan. Jakarta: Gramedia, 1985, Didin Syafruddin, Analisis Arumen Supremasi atas Perempuan (dalam jurnal Ulumul Qur’an), Edisi Khusus No. 5 dan Vol. 5. Jakarta: LSAF-ICMI, 1994, Yunahar Ilyas, Feminisme dalam Kajian Tafsir Al-Qur’an Klasik dan Kontemporer. Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997, Ratna Megawangi, membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru Tentang Relasi Gender, Bandung: Mizan, 1999, Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: Paramadina, Agustus 1999.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar