Skip to main content

Cara Periwayatan Hadis

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: September 09, 2011

Sebelum membahas mengenai bentuk-bentuk periwayatan hadis, terlebih dahulu penulis mengetengahkan tentang defenisi dari periwayatan hadis itu sendiri. “Kata al-riwayat adalah masdar dari kata kerja rawa yang dapat berarti al-naql (penukilan), al-dzikir (penyebutan) dan al-fatl (pintalan) dan al-istiqa’ (pemberian minuman sampai puas)”.
Maksud al-riwayah dalam istilah ilmu hadis adalah kegiatan penerimaan dan penyampaian hadis serta penyandaran hadis kepada rangkaian para periwayatnya dengan bentuk-bentuk tertentu. Artinya bahwa orang yang telah menerima hadis dari seorang periwayat tetapi tidak menyampaikan hadis tersebut kepada orang lain maka tidak dapat disebut sebagai orang yang telah melakukan periwayatan hadis. Begitupula ketika orang tersebut telah menyampaikan hadis yang diterimanya kepada orang lain tetapi dalam proses penyampaian tersebut tidak menyebutkan rangkaian para periwayatnya, maka orang tersebut tidak dapat pula disebut telah melakukan periwayatan hadis.
Penjelasan di atas memberi pemahaman bahwa ada tiga unsur yang harus dipenuhi dalam periwayatan hadis yaitu: kegiatan menerima dari periwayat hadis, menyampaikan hadis yang diterima kepada orang lain; (Lihat sahabat dalam menerima dan menyampaikan hadis), dan ketika hadis tersebut disampaikan, susunan periwayatnya disebutkan.
Berdasarkan dari pengertian dan penjelasan tersebut, maka pada sub pembahasan ini dibagi ke dalam dua bahagian yaitu cara Nabi menyampaikan hadis kepada sahabat dan cara-cara sahabat menerima dan menyampaikan hadis.
Telah menjadi kesepakatan bahwa hadis adalah segala hal yang  berasal dari Rasulullah baik berupa perkataaan, perbuatan maupun taqrir. Hadis-hadis tersebut disampaikan dalam berbagai peristiwa yang beragam meliputi:
Secara teratur Rasulullah mengadakan majelis-majelis dan kesemuanya merupakan majelis ilmu yang berhubungan dengan kegiatan pengajaran Islam. Dalam majelis-majelis inilah Nabi menyampaikan hadis, para sahabat mendengarkan dan kemudian mempelajarinya serta menghafalkan kembali setelah pelajaran di majelis tersebut selesai.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada diri Rasulullah.
Pada bagian ini adakalanya terjadi satu peristiwa, lalu Nabi menyaksikan peristiwa tersebut kemudian Nabi memberi penjelasan tentang hukum dari peristiwa yang terjadi. Sebagai contoh adalah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa suatu ketika Rasulullah lewat di muka seorang pedagang bahan makanan. Lalu Rasulullah bertanya tentang bagaimana barang itu dijual, dan penjual itupun menjelaskannnya. Rasulullah kemudian menyuruh penjual tadi untuk memasukkan tangannya ke dalam jualannya, sehingga tampak bagian bawah barang itu basah bercampur air. Menyaksikan hal tersebut Rasulullah bersabda:
ليس منا من غش  رواه احمد
Artinya:
Bukan dari golongan kami siapa yang menipu (riwayat Ahmad).
Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kaum Muslimin
Berkenaan dengan hal ini, para sahabat menanyakan langsung kepada Nabi tentang suatu peristiwa, kemudian Nabi memberi fatwa, memberi jawaban dan menjelaskan hukum tentang peristiwa yang mereka pertanyakan. Adakalanya mereka menanyakan permasalahan pribadi dan terkadang pula tentang peristiwa yang dialami oleh orang lain.
Peristiwa yang disaksikan langsung oleh sahabat terhadap apa yang dilakukan oleh Nabi
Untuk jenis ini banyak sekali peristiwa yang berkaitan dengan diri Rasulullah, dan disaksikan langsung oleh para sahabat. Terutama yang berkaitan dengan masalah ibadah dan muamalat seperti shalat, puasa, haji. Kemudian para sahabat memindahkannya kepada para tabi’in selanjutnya sampai kepada generasi sesudahnya, sebagai contoh adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, bahwa beliau melihat Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Khaththab berjalan di depan jenazah.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendektan Ilmu Sejarah, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995, Buthrus al-Bustany, KitabQuthr al-Muhith, Maktabah Libnan, t.th,Luwis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah, Beirut: Dar al-Masyriq, 1973, Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Jakarta: Amzah, 2008, M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits Bandung: Angkasa, 1991, Muhammad  ‘Ajaj Al-Khathib, Ushul Al-Hadits Pokok-pokok Ilmu Hadits, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar