Skip to main content

Syekh Yusuf; Perjuangan dan Akhir Hayatnya

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: August 02, 2011

Material makalah kali ini sebenarnya hanya melanjutkan tulisan sebelumnya tentang Syekh Yusuf dan biografinya. Akan tetapi lebih difokuskan pada sisi perjuangan dan akhir hayatnya.
Ketika berada di Banten, Syekh Yusuf diangkat menjadi Mufti (orang yang berfatwa) kerajaan Banten, serta penasehat dalam urusan pemerintahan. Di sinilah beliau bercita-cita supaya Banten dapat menjadi suatu kerajaan yang besar sebagai kubu pertahanan ilmu agama (Islam) di tanah air Indonesia, dan berusaha menolak dan menentang penjajahan dan kekuasaan Belanda.
Ketika terjadi perang antara Sultan Ageng dan anaknya sendiri, Sultan Haji yang dibantu oleh Kompeni, Syekh Yusuf berpihak kepada martuanya. Setelah Sultan Ageng ditangkap oleh Kompeni, Syekh Yusuf masih tetap melanjutkan perlawanan melawan Belanda bersama pangeran Purbaya, bahkan mengobarkan api untuk bergerilya. Kurang lebih satu tahun lamanya barulah beliau tertangkap.
Syekh Yusuf bersama putrinya ditangkap oleh Van Happel dan dibawa ke Cirebon pada tanggal 14 Desember 1683. Pasukan dan pengikut-pengikutnya yang terdiri atas orang-orang Makassar dan Bugis dikirim ke Makassar pada tanggal 23 Januari 1684 dengan kapal yang disediakan oleh Konpeni. Kapal yang lain mengangkut Syekh Yusuf ke Batavia bersama anggota keluarganya, 12 orang santrinya dan laskarnya yang setia, mereka langsung dimasukkan ke dalam penjara benteng di Batavia.
Meskipun ada usaha dari kerajaan Gowa (Raja Abdul Jalil) untuk mengektradisikan Syekh Yusuf dan membawanya pulang ke Gowa, namun pihak Belanda tetap menahan Syekh Yusuf. Ini menanndakan Syekh Yusuf di mata Belanda bukanlah orang sembarangan. Ia dianggap sebagai seorang tokoh politik yanng mempunyai pengaruh besar di kalangan rakkyat. Untuk itu Syekh Yusuf dibuang ke Ceylon (12 September 1684). Karena kegiatan dakwah dan pendidikan yang dilakukannya di Ceylon dianggap membawa implikasi-implikasi politik yang dapat membahayakan oleh pemerintah Belanda di Indonesia, maka pada tanggal 7 Juli 1693 ia dipindahkan ke Tanjung pengharapan Afrika Selatan
Kedatangan Syekh Yusuf sebagai orang buangan politik disambut dengan penuh ramah tamah oleh Gubernur Willem Adrian dan menghormatinya bukan seperti orang buangan yang datang sebelumnya. Peran yang dimainkan oleh Syekh Yusuf di Afrika Selatan adalah memantapkan pengajaran agama kepada pengikutnya. Kemudian mempengaruhi orang-orang buangan lainnya yang datang sebelumnya. Lambat laun kominitas Islam terbentuk. Para penulis Barat sepakat bahwa mula adanya ummat Islam di Afrika  Selatan adalah dimulai Syekh Yusuf dan pengembangannya dibentuk oleh 12 orang santrinya sebagai imam-imam yang dapat menjadi  mubalig di depan umum.
Di tempat pembuangan yang terakhir ini ia menghembuskan nafasnya yang terakhir, tepatnya tanggal 23 Mei 1699 dalam usia 73 tahun. Ia dimakamkan di tanah pertanian Zandvliet distrik Stellenboch Afrika Selatan. Menurut suatu sumber, makam itu ternyata  digali kembali dan tulang belulangnya kemudian dikirim ke Makassar atas permintaan  Sultan Abdul Jalil. Jenazah itu diterima  di Makassar tanggal  6 April 1705 dan hari berikutnya dimakamkan di Lakiung  Gowa (kini dikenal dengan Jalan Syekh Yusuf). Oleh karena itu, tidak aneh jika Syekh Yusuf memiliki dua kuburan, yang keduanya dianggap sebagai makam keramat dan banyak dikunjungi oleh  masyarakat setempat untuk memperoleh berkat. Wallahu a’lam.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Warta Alauddin  69 Tahun XIII Oktober 1994, IAIN Alauddin Ujung Pandang, Sahib Sultan, Allah dan Jalan Mendekatkan diri Kepadanya Dalam Konsepsi Syekh Yusuf. Jakarta, PT al-Qushwa, 1995. Abu Hamid, Syekh Yusuf: Seorang Ulama, Sufi dam Pejuan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994. Nabiah Lubis, Syekh Yusuf al-Taj al-Makassari, Menyingkap Intisari Segala Rahasia, Bandung: Mizan, 1994.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar