Skip to main content

Biografi Muhammad Abduh

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 31, 2012

Muhammad Abduh lahir di sebuah Desa di Propinsi Gharbiyah pada tahun 1265 H bertepatan dengan tahun 1848/1849 M. Ayahnya bernama Abduh Ibnu Hasan Khairullah dan Ibunya bernama Junainah, mempunyai Silsilah dengan keturunan Umar bin Khattab. Muhammad Abduh lahir dalam lingkungan petani yang hidup sederhana, taat dan cinta ilmu pengetahuan. Orang tuanya berasal dari kota Mahallat Nashr. Situasi politik yang menyebabkan orang tuanya menyingkir ke desa kelahirannya dan kembali ke Mahallat Nashr setelah situasi politik mengizinkan.
Masa pendidikan Muhammad Abduh di mulai dengan pelajaran dasar membaca dan menulis yang didapatkannya dari orang tuanya sendiri. Kemu­dian ia belajar al-Quran pada seorang Hafiz. Dalam waktu yang relatif singkat (2 tahun) ia dapat menghafal al-Quran secara keseluruhan.
Pendidikan selanjutnya ditempuhnya di Thanta, di sebuah lembaga pendidikan Masjid al-Ahmadi. Namun tempat ini Muhammad Abduh mengikuti pelajaran yang diberikan dengan rasa tidak puas, bahkan membawan­ya kepada rasa putus asa untuk mendapatkan ilmu seperti yang diharapkannya. Perasaan yang demikian berpangkal dari metode pengajaran yang diterapkan disekolah tersebut yang mementingkan hafalan tanpa pengertian. Sama halnya dengan metode pengajaran yang umumnya di terapkan di dunia Islam ketika itu.
Muhammad Abduh seorang kritis. Ia berpendapat lebih baik tidak belajar daripada menghabiskan waktu menghafal istilah-istilah nahu dan fikhi yang sama sekali tidak dipahaminya. Pendapat yang demikian terbukti dengan kembalinya ke Mahallat Nashr hidup sebagai petani dan kemudian dikawinkan dalam usia 16 tahun. Empat puluh hari setelah perkawinannya ia diperintahkan oleh orang tuanya ke Thanta. Ditengah perjalanan menuju Thanta, ia berubah niat menuju desa Kanisah Urin, tempat kerabat keluarganya.
Di Kanisah Urin, ia bertemu Syekh Darwisy Khadar (Paman ayahnya). Dari pertemuan tersebut yang kemudia melahirkan kesa­daran Muhammad Abduh. Syekh Darwisy tidak hanya mengajarkan etika dan moral, tetapi juga praktek kezuhudan tarekatnya.
Pada tahun 1972 (Muhammad Abduh berusia 32 tahun), ia bertemu dengan Jamaluddin al-Afgani. Darinya ia belajar melihat agama dan ajaran Islam dengan kacamata baru. Al-Afgani memperke­nalkan karya-karya tulis para penulis barat, baik masalah poli­tik, sosial, baik oleh rakyat Mesir maupun umat Islam pada umumn­ya. Disamping itu, ia juga menerima pelajaran Filsafat, Mate­matika, dan Teologi. Khusus pada pelajaran teologi ia tertarik dengan teologi mu'tazilah.
Pada tahun 1879 Muhammad Abduh menjadi pengajar di Dar Ulum, tetapi hanya berlansung setahun dan ia dipecat tanpa alasan yang jelas. Tahun 1880 ia diangkat pemimpin majalas resmi al-Wajdi al- Mishriyah. Selanjutnya pada tahun 1882, ia diusir dari Mesir atas tuduhan terlibat dalam pemberontakan Urabi Pasha.
Dari Mesir ia menuju Beirut kemudian menuju ke Paris untuk bergabung dengan Jamaluddin al-Afgani. Pada tahun 1889 Muhammad Abduh diizinkan memasuki Mesir, Setahun kemudian ia diangkat menjadi penasehat Mahkama Tinggi. Tahun 1899 Kepadanya dipercayakan menduduki jabatan keagamaan tertinggi Mesir yakni diangkat sebagai Mufti negara. Jabatan tersebut tetap dijabat sampai akhir hayatnya.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Abduh, Muhammad, Risalah al-Tauhid, diterjemahkan oleh K.H. Firdaus Ain dengan judul “Risalah Tauhid”. Jakarta: Bulan Bintang, 1992. Adams, Charles C. Islam and Modernism Egyft. London: Oxfort University Press, 1933. Ahmad, Abdul al-Athi Muhammad. Al-Fikr al-Siyasy li al-Imam Muhammad Abduh. Mesir: Markas al-Dirasat al-Siyasi wa Istritijiyyah bi al-Arham, 1978. Ali, Mukti. Alam Pemikiran Islam Modern di Timur Tengah. Jakarta: Djambatan, 1995. Amin, Ahmad. Zu'ama al-Islamiyah bi Ashr al-Hadis. Mesir: Daar al-Nahdah, 1979.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar