Skip to main content

Ide Pembaharuan Jamaluddin al-Afghani

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: March 13, 2012

Konsep-konsep pembaruan al-Afghani ialah; Pertama, musuh utama adalah penjajahan Barat yang merupakan kelanjutan dari perang salib; Kedua, umat Islam harus menentang penjajahan di mana dan kapan saja; Ketiga, untuk mencapai tujuan itu, umat Islam harus bersatu atau Pan-Islamisme.
Pan-Islamisme merupakan ide pembaruan al-Afghani dalam bidang politik. Ide ini mengajarkan agar semua umat Islam seluruh dunia bersatu, untuk membebaskan mereka dari perbudakan asing. Bersatu bukan berarti leburnya kerajaan-kerajaan Islam menjadi satu, tapi mereka harus mempunyai satu pandangan hidup.
Dalam pengertian yang luas, Pan-Islamisme berarti solidaritas antara seluruh muslim di dunia internasional. Tema perjuangan yang terus dikobarkan oleh al-Afghani dalam kesempatan apa saja adalah semangat melawan kolonialiasme dengan perpegang kepada tema-tema ajaran Islam sebagai stimulannya.
Murtadha Muthahhari menjelaskan bahwa diskursus tema-tema itu antara lain di seputar; perjuangan melawan absolutisme para penguasa, melengkapi sains dan teknologi modern, kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya, iman dan keyakinan akidah, perjuangan melawan kolonial asing, persatuan Islam, menginsafkan semanghat perjuangan dan perlawanan ke dalam tubuh masyarakat yang sudah separoh mati dan perjuangan melawan ketakutan terhadap Barat.
Al-Afghani menolak ajaran qadhā’ dan qadhar yang mengandung paham fatalistik. Menurut pendapatnya, qadhā’ dan qadar mengandung arti bahwa segala sesuatu terjadi menurut ketentuan sebab akibat. Qadhā’ dan qadar, menurutnya, sama dengan hukum alam ciptaan Tuhan.
Ide lain dari pembaruan al-Afghani adalah pernyataan beliau yang mengatakan bahwa pintu ijtihad tidak pernah tertutup dan tidak ada orang yang bisa menutupnya. Reinterpretasi ajaran-ajaran al-Qur’an dan Hadis agar sesuai dengan zaman modern hanya bisa dilakukan melalui ijtihad.
Ide-ide ini dituangkan dalam tulisan-tulisannya yang dipublikasikan dalam majalah al-Urwāt al-Wutsqa. Dalam sebuah tulisannya yang berjudul “Persatuan Islam”, ia mengatakan: “Umat Islam pernah bersatu dalam kesatuan umat dibawah pemerintahan yang gilang gemilang. Pada masa itu, umat Islam mencapai kemajuan dalam ilmu dan sains. Mereka terkemuka dibidang filsafat dan ilmu-ilmu yang lain. Apa yang kita capai pada waktu itu, kini menjadi pusaka dan kebanggan umat Islam sampai sekarang. Umat Islam harus sadar bahwa dalam keadaan apa pun, mereka tidak boleh berdamai dan bekerja sama dengan orang yang menjajah mereka.”
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
M. Yusran Asmuni, Aliran Modern Dalam Islam: Mengenal Pokok-Pokok Pemikiran Para Pmukanya (Surabaya: al-Ikhlas, 1982). H.A.R. Gibb, Modern Trends in Islam, diterjemahkan oleh Machnun Husein dengan judul: Aliran-Aliran Modern dalam Islam (Cet. V; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995). Oemar Amin Hoesin, Filsafat Islam (Cet. III; Jakarta: Bulan Bintang, 1975). Munthoha … (et.al), Pemikiran dan Peradaban Islam (Cet. I; Yogyakarta: UII-Press, 1998). Murtadha Muthahhari, Gerakan Islam Abad XX (terjemahan) (Jakarta: Rineka Cipta, 1986). Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran (Cet. IV; Bandung: Mizan, 1996).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar