Skip to main content

Penyebaran Islam di Indonesia Pasca Kemerdekaan

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: February 07, 2012

Penyebaran agama pasca kemerdekaan, berbeda dengan zaman penjajahan. Dinamika penyebaran agama pasca kemerdekaan diwarnai dengan lahirnya tokoh-tokoh agama dari berbagai corak pemikiran, seperti corak pemikiran nasionalis yang dimotori oleh Sukarno serta corak pemikiran Islamis yang dimotori oleh Masyumi.
Di samping itu muncul gerakan-gerakan dakwah seperti Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Persis, Dewan Dakwah Islam. Kesemuanya itu memunculkan dinamika penyebaran agama berdasarkan dengan pola pemikiran dan pandangan dari masing-masing organisasi atau kelompok pemikir lainnya.
Dinamika penyebaran Islam melalui organisasi Massa baik Pada masa orde lama maupun pada masa orde baru merupakan cara baru dalam penyebaran Islam di Indonesia. Muhammad Nasir melalui Dewan Dakwah Islam memunculkan perlawanan atas arus sekularisasi dan keristenisasi. Selanjutnya Muhammad Nasir melalui Masyumi sebagai organisasi Politik yang beridiologi Islam, kembali berhadapan dengan corak pemikiran Nasionalis yang berimplikasi dengan pergantian dasar negara.
Pada masa orde baru, pola penyebaran penyiaran Islam dilakukan melalui mimbar di samping kegiatan organisasi keagamaan. Peroses peniaran Islam acap kali berbenturan dengan kepentingan Negara yang acap kali tidak bisa dielakkan terjadinya benturan antara penyebar dakwah (muballigh dengan aparat sepertti dengan terjadinya peristiwa tanjung Priok pada tahun 1984 yang menewaskan seorang muballigh sekaligus pengusaha yaitu Amir Biki. Mulai pada saat itu maka penyebar agama, harus memiliki izin, sebab ceramah tanpa izin, langsung ditangkap. Melihat kenyataan tersebut, maka tokoh-tokoh agama yang tergabung dalam Korps Muballigh Indonesia (KMI), memberi tanggapan dengan membuat petisi yang disebut Ikrar Umat Islam Jakarta (Jakarta Muslims Pledge).
Pada masa reformasi, dinamika dan problema penyebaran Islam tidak lagi sama dengan problema pada orde lama dengan orde baru. Penyebaran ajaran Islam memulai babak baru dengan lepasnya ikatan yang menakutkan yang disebut era kebebasan. Semua problema sosial kemasyarakatan teransparan. Dalam konteks ini muncul kembali atribut-atribut gerakan Islam seperti : Forum Pembela Islam (FFI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Laskar Jihad, Forum Komunikasi Ahli Sunnah Waljamaah (FKSW), dan Hizbut Tahrir.
Dinamika kemunculan berbagai atribut gerakan Islam memunculkan problema baru di kalangan umat Islam, dengan berbagai tuduhan yang ditujukan kepada gerakan Islam, Seperti Radikal, Teroris, Eksklussin, Reaksioner. Problema lainnya terjadinya komplik horizontal di tengah-tengah masyarakat di berbagai daerah, seperti di Ambon, di Poso, dan berbagai daerah lainnya.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Ekoprasito, Membela Agama Tuhan: Potret Gerakan IslamPusaran Komplik Global, Jokyakarta: IPPI, 2003. Gabriel Rantoandro, Kiyai Ngabehi Kaytsu di Banten SyahBandar dan Perantara , Dalam Henri Chambert-Loir dan Hasan Muari Ambari (ed.) Panggung Sejarah Persembahahan Kepada Denys Lombard, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar