Skip to main content

Mengenal Syiah Ismailiyah

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: August 31, 2011

Syiah Isma’iliyyah merupakan salah satu sekte Syi’ah yang banyak menyimpang dari ajaran Islam. Syiah Isma’iliyyah dinisbahkan kepada Imam Isma’il ibn Ja’far al-Shadiq, yang wafat pada tahun 143 H, bertepatan dengan tahun 765 M. Syiah Isma’iliyyah berbeda dengan Itsna’ Asyariah, yang berkeyakinan bahwa Ja’far al-Shadiq, Imam keenam, telah memberikan imamah kepada anaknya, Musa al-Kazim, kemudian selanjutnya kepada keturunannya.
Menurut Syiah Isma’iliyyah, hal itu dilakukannya karena di dalam riwayat dikatakan bahwa Isma’il, kakak Musa al-Kazim, adalah seorang pemabuk berat. Tidaklah masuk akal, jika Ja’far al-Shadiq yang dikenal taqwa, alim serta wara’, memberikan wasiat kepada anaknya yang pemabuk. Namun demikian, pengikut Isma’il menolak keputusan Ja’far tersebut, dengan alasan bahwa Isma’il adalah seorang yang ma’sh­m (terbebas dari kesalahan dan dosa) sekalipun dia pemabuk berat. Kesenangannya meminum minuman keras adalah atas sepengetahuan Allah. Atas dasar inilah, mereka mengakuinya sebagai imam, dan sebaliknya seringkali imamah saudaranya, Musa al-Kazim.
Isma’il adalah anak sulung Ja’far al-Shadiq yang dikatakan telah meninggal terlebih dahulu dari pada ayahnya. Tentang berita tersebut, di kalangan Syiah Isma’iliyyah sendiri terjadi perbedaan tersebut, di kalangan Syiah Isma’iliyyah sendiri terjadi perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan bahwa dia benar-benar telah minggal sebelum ayahnya, ada juga yang beranggapan bahwa sebenarnya dia masih hidup sampai ayahnya wafat, namun sengaja dikabarkan telah meninggal guna untuk menjaga keselamatannya dari penganiayaan penguasa Bani Abbas. Bahkan mereka beranggapan bahwa Isma’il tidak meninggal, melainkan sekedar bersembunyi dan akan muncul kembali sebagai al-Mahdi yang dijanjikan.
Akibat dari perbedaan pendapat itu di kalangan mereka mengenai maaslah kematian Isma’il, maka Syiah Isma’iliyyah ini terpecah lagi ke dalam dua sub sekte lagi, yakni:
Qaramitha, yang dinisbahkan kepada Hamdan ibn Qatmath yang terbentuk menjelang akhir abad ketiga hijriah.
Qaramithah ini banyak mempunyai pemikiran yang menyimpan dari ajaran Islam. Menurut mereka, risalah yang diemban oleh Nabi Muhammad saw. telah terputus sejak beliau masih hidup, yakni sejak peristiwa di Ghadir. Kemudian, kenabian dan risalah berpindah kepada ‘Ali ibn Abi Thalib, sementara Nabi Muhammad sendiri menjadi pengikut ‘Ali. Mereka juga berpendapat bahwa syurga nabi Adam telah diberikan kepada Muhammad ibn Isma’il. Maksudnya, semua yang diciptakan Tuhan di bumi ini diperbolehkan untuk dinikmatinya, termasuk yang haram. Bahkan mereka lebih jauh lagi berpendapat bahwa dosa besar adalah hal yang biasa saja. Dengan demikian, sub sekte ini, dalam perkembangannya, telah banyak menyimpang dari ajaran Islam yang benar.
Druz atau Hakimiy, yang masih mengakui terus imamah anak-anak dan keturunan Muhammad ibn Isma’il (Imam ketujuh mereka).
Dalam perkembangan selanjutnya, golongan inipun terpecah lagi menjadi dua kelompok, sebagai akibat perselisihan mereka dalam masalah imamah. Selama tujuh generasi, imamah Dinasti Fatimiyah di Mesir ini berlangsung dengan mulus tanpa ada pertentangan. Namun, setelah imam ketuju, al-Muntashir Billah, putra-putranya. Nazir dan Musta’liy, mempertengkarkan masalah imamah. Setelah terjadi pertempuran, Musta’liy menang dan menangkap kakaknya. Nazir, untuk selanjutnya dipenjarakan hingga wafat.
Setelah peristiwa ini, maka mereka terpecah menjadi dua kelompok lagi, yakni kelompok Naziriyah yang merupakan pengikut al-Hasan ibn Muhammad al-Shabbah, seorang pembantu dekat al-Muntashir Billah. Karena dukungannya terhadap Nizar, maka dia diusir dari Mesir oleh Musta’liy. Kemudian, dia pergi ke Persia dan akhirnya disama mendirikan kekuasaannya dan mengajak masyarakat masih ada di Bombay India, dan mereka disebut dengan pengikut Agha Khan.
Kelompok lainnya adalah pengikut Musta’liy yang dikenal dengan nama kelompok Musta’liyah. Imamah mereka berlangsung selama kekuasaan Dinasti Fatimiyah di Mesir sampai berakhir tahun 567 H./1171 M. Pengikut kelompok ini masih ada sampai sekarang di India dan Yaman.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Muhammad al-Bahiy, Alam Pikiran Islam, (terjemahan), Jakarta: Bulan Bintang, 1987. M.H. Thabathaba’I Islam Syi’ah Asal-Usul dan Perkembangan, (terjemahan), Jakarta: Pustaka Utama Gafiti, 1993. Ahmad Amin, Zuhr al-Islam, Juz. IV, Dar al-Kitab al-‘Arabiy, 1969. Ahmad Azhar Basyir, Refleksi Atas Persoalan Keislaman, Seputar Filsafat, Hukum, Politik dan ekonomi, Bandung: Mizan, 1993. Al-Syahrastaniy, al-Milal wa al-Nihal, Juz. I, Kairo: Dar al-Ittihad al-‘Arabiy, 1968.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar