Skip to main content

Unsur Konflik dan Jenis Konflik

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: December 29, 2013

Semua konflik memiliki kesamaan-kesamaan. Baik yang terjadi di keluarga, sekolah, lingkungan agama, atau lingkungan bisnis, indikator adanya kehadiran konflik tersebut menurut Robby I Candra adalah terdapatnya unsur-unsur di bawah ini.
Pertama: Adanya ketegangan yang diekspresikan
Walaupun konflik batin di dalam diri seseorang juga merupakan konflik, pada tulisan ini perhatian hanya diarahkan pada konflik antar pribadi atau kelompok, karena konflik batin (internal conflict) merupakan bidang ilmu jiwa konseling. Jandt, sebagaimana dikutip oleh Robby I Chandra berpendapat bahwa konflik terjadi bila pihak yang terlibat melihat kehadiran sikap/tindakan di dalam hubungan mereka yang bisa dianggap sebagai “tindakan konflik”.
Tindakan konflik ini ada yang diwujudkan dalam bentuk lisan atau isyarat. Dalam tingkat antar pribadi dan kelompok bisa juga disampaikan secara lain, yaitu saling menghindar atau saling diam. Dengan demikian, perwujudan konflik tidak selalu terlihat dengan gamblang, dan masih memerlukan interpretasi untuk memahaminya. Namun sesamar apapun, ungkapan konflik tersebut akan tetap terlihat. Dalam banyak hal, tindakan konflik muncul karena ada pemicunya. Pemicu ini bisa kata-kata orang lain, sesuatu keputusan, atau sikap tertentu.
Kedua: Adanya sasaran atau pemenuhan kebutuhan yang dilihat berbeda, yang dirasa berbeda, atau yang sesungguhnya bertentangan.
Sering kali orang harus menghadapi konflik karena terjadi tabrakan tujuan. Hal itu terjadi karena tujuan-tujuan yang dilihat berbeda. Bahkan dalam hidup sehari-hari orang sering tidak mampu atau tidak mau merumuskan kebutuhannya, keinginan atau cara pemenuhannya. Akibatnya konflik yang terjadi menjadi penuh dengan ketidakjelasan.
Ketiga: Terbatasnya kemungkinan pemenuhan kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan bisa dipahami sebagai pemenuhan kebutuhan jasmani, ekonomi atau sosial yang dimengerti sebagai bernilai. Kebutuhan itu mungkin saja dinilai sebagai kebutuhan yang sungguh-sungguh penting. Sebaliknya bisa saja terjadi bahwa kebutuhan yang dirasakan seseorang diingkari oleh orang lain. Dengan demikian konflik dapat terjadi.
Keempat: Penghambat
Pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok yang bekerja sama, meskipun memiliki kebutuhan yang berbeda dan kemungkinan pemenuhan yang terbatas, belum tentu akan terlibat konflik, namun konflik akan muncul bila salah satu pihak menghambat pihak lain dalam mencapai tujuannya. Lebih tinggi tingkat saling ketergantungan, lebih besar kemungkinan terjadinya penghambatan.
Kelima: Adanya saling ketergantungan
Pihak yang terlibat konflik pada umumnya dapat menghambat pihak lainnya karena saling tergantung. Ketergantungan berarti masing-masing pihak dapat mengakibatkan sesuatu terjadi pada pihak lain. Menurut Braiker dan Kelly, sebagaimana dikutip oleh Robert H. Lauer, seseorang yang tidak tergantung pada orang lain. Artinya tidak memiliki kepentingan tentang apa yang dilakukan oleh orang lain, tidak akan berkonflik dengannya.
Setelah memahami unsur-unsur konflik, perlu kiranya dalam tulisan ini penulis jelaskan mengenai jenis-jenis konflik. Jelas bahwa konflik memiliki jenis yang berbeda-beda tergantung dari sudut pandang mana konflik tersebut dilihat.
Kusnadi, menjelaskan bahwa secara umum terdapat dua jenis konflik, yaitu jenis konflik kolektif dan individual. Bentuk kolektif terjadi jika pihak yang berkonflik terdiri dari banyak orang atau kelompok, sedangkan dalam konflik individu yang melakukan konflik adalah antara individu (perorangan). Konflik kolektif adalah konflik dimana anggota kelompok yang berkonflik mempunyai visi yang sama sehingga jika melakukan konflik individual dipandang kurang efektif dan efisien.
Konflik kolektif umumnya dianggap mempunyai dorongan atau energi yang lebih kuat dibandingkan dengan konflik individu. Para individu yang tergabung dalam kelompok yang berkonflik umumnya mempunyai solidaritas dan kebersamaan yang kuat. Konflik kolektif di samping jumlah orang atau kelompok yang terlibat banyak (besar) juga mempunyai tingkat emosi yang sangat tinggi serta bersifat sangat rumit dibandingkan dengan konflik individu. Konflik individu umumnya bersifat informal dan sering kali tersembunyi serta melakukan berbagai tindakan negatif seperti sabotase.
Sementara itu sebagaimana dikutih Hugh Miall dan Oliver Ramsbotham Tom Woodhouse, Galtung menggambarkan sebuah model konflik yang sangat berpengaruh, yang meliputi konflik yang simetris atau konflik yang tidak simetris. Dia menyatakan bahwa konflik dapat dilihat sebagai sebuah segitiga, dengan kontradiksi [C], sikap (A) dan perilaku (B) pada puncak-puncaknya.
Di sini kontradiksi yang merujuk pada dasar situasi konflik, yang termasuk “ketidakcocokan tujuan” yang ada atau yang dirasakan oleh pihak-pihak yang bertikai yang disebabkan oleh adanya apa yang dinamakan sebagai “ketidakcocokan antara nilai sosial dan struktur sosial” oleh Mitchell, sebagaimana dikutip oleh Hugh Miall, dalam konflik yang tidak simetris, kontradiksi ditentukan oleh pihak-pihak yang bertikai, hubungan mereka dan benturan kepentingan inheren antara mereka dalam hubungan. Sikap yang dimaksud termasuk persepsi pihak-pihak yang bertikai dan kesalahan persepsi antara mereka dan dalam diri mereka sendiri.
Sikap ini dapat positif atau negatif tetapi dalam konflik dengan kekerasan, pihak-pihak yang bertikai cenderung mengembangkan stereotip yang merendahkan masing-masing, dan sikap ini sering kali dipengaruhi oleh emosi seperti ketakutan, kemarahan, kepahitan, dan kebencian. Sikap tersebut termasuk elemen emotif (perasaan), kognitif (keyakinan) dan konatif (kehendak). Perilaku adalah komponen ketiga. Perilaku dapat termasuk kerjasama atau pemaksaan, gerak tangan atau tubuh yang menunjukkan persahabatan atau permusuhan. Perilaku konflik dengan kekerasan dicirikan oleh ancaman, pemaksaan dan serangan yang merusak.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
D Robert H. Lauer, Perspektif Tentang Perubahan Sosial, Alih Bahasa, Alimandan S.U. (Perspectives on Social Change), Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2001. Kusnadi. HMA, Masalah, Kerja Sama, Konflik dan Kinerja (Kontemporer dan Islam), Malang : Taroda, 2002.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar