Skip to main content

Pengertian Gunungan Wayang

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: June 22, 2013

Pagelaran wayang baik wayang golek maupun wayang kulit selalu ditampilkan gunungan. Gambar pohon dalam kayon melambangkan pohon surga, pohon hidup, pohon hidup, pohon budi (pengetahuaan), kalpataru, (pohon penghargaan) dan merupakan bagian utama dari kekayon,yang diartikan sebagai sumber pengetahuan atau pohon pengayom. Disebut gunungan karena bentuknya seperti gunung yang berisi mitos sangkang paraning dumadi, yaitu asal mulanya kehidupan ini dan disebut juga kayon.
Gunungan dalam bahasa Kawi disebut dengan meru atau mahameru artinya gunung besar Mahameru, sebagai gambaran gunung Himalaya dengan segala penghuninya. Mahameru dianggap sebagai gunung surga, kadang-kadang gunung dunia, kedua-duanya bersifat kudus. Sehubungan dengan anggapan tersebut maka mahameru mengandung berbagai unsur hidup dan unsur mati. Oleh karena itu, pada lazimnya mahameru dijadikan pusat pemujaan.
Wayang gunungan merupakan lambang pusat kehidupan dan bermakna sebagai lambang pusat kehidupan dan bermakna sebagai lambang ketuhanan adapula yang menyebutkan lambang alam bagi wayang dan mempunyai makna bahwa hidup yang melalui mati atau hidup di alam fana.
Gunungan (kayon) dalam wayang sadat merupakan salah satu pokok falsafah bagi wayang itu sendiri, dan merupakan baku wayang (dalam cerita wayang) atau merupakan inti dari falsafah (wayang sadat) kesenian Islam, yang mempunyai tujuan kesempurnaan hidup untuk mencapai kebahagiaan dunia-akhirat.
Internalisasi nilai jiwa dan Islam dalam aspek wayang merupakan salah satu bagian yang khas dari proses perkembangan budaya di Jawa. Wayang yang merupakan suatu produk budaya manusia yang terkandung di dalamnya seni estetis. Wayang yang sahulu mempunyai fungsi sebagai tontonan kini juga berfungsi sebagai tuntunan kehidupan bagi manusia.
Wayang gunungan mempunyai makna lebih jauh dan mendalam karena mengungkapkan gambaran hidup semesta (wewayang urip). Wayang dapat memberikan gambaran lakon kehidupan umat manusia dengan segala masalahnya. Dalam dunia pewayangan tersimpan nilai-nilai pandangan hidup jiwa dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan dan kesulitan hidup.
Fungsi kayon (gunungan) dalam pertunjukan wayang adalah sangat penting; tanpa kayon pertunjukkan wayang tidak dapat berjalan. Kayon itu mengandung unsur keislaman yang sangat mendalam, justru di dalamnya mengandung ajaran keimanan terhadap kekuasaan Allah dalam menghidupkan segala zat hidup yang ada di langit dan bumi beserta isinya.
Gunungan wayang sadat mempunyai fungsi sebagai pembuka dan penutup dalam pementasan atau berfungsi sebagai batas singget. Dalam pertunjukkan wayang sadat, wayang maupun gunungan tidak diajarkan ke kanan dan ke kiri (seperti wayang purwo, tetapi cukup ditumpuk dalam kotak). Gunungan wayang sadat ditengahnya tergambar sebuah masjid Demak dan bertuliskan kalimat syahadat.
Ciri khas dari gunungan wayang sadat yang menjadikan gunungan ini berbeda dengan gunungan wayang kulit yang lain, diantaranya
Puncak dari gunungan wayang sadat yang bertulis Allah menjadi tujuan utama dari cerminan gunungan yaitu mencapai kesempurnaan hidup bahagia dunia-akhirat. Nilai yang terkandung dalam gunungan wayang sadat adalah ajaran Islam atau falsafah kehidupan Islam tentang ketauhidan dan syariat
Gunungan wayang sadat memuat seni Islam yang mencerminkan falsafah kehidupan Islam yang tentang ketauhidan dan syariat dengan bentuk yang indah dan berisi ajaran yang luhur
Setiap gambar mempunyai makna yang dalam terlihat dalam gunungan wayang sadat, dan masing-masing gambar mempunyai makna yang sangat dalam.
Dalam Gunungan wayang sadat, terdapat gambar masjid Demak dan tulisan kalimat syahadat, yang berfungsi sebagai pembuka dan penutup pagelaran dalam pertunjukan wayang
Gunungan masjid, dalam gunungan ini terdapat gambar masjid dan gambar dua gunung (tugu monas dan tugu pahlawan), mempunyai fungsi sebagai singgetan atau pembatas
Sedangkan dalam Gunungan simbul wayang, terdapat gambar flora dan fauna yang menggambarkan kehidupan manusia dan gambar bunga dengan fungsi sebagai pembatas adegan
Dan tiga gunungan lainnya memiliki corak lukisan yang sama dengan wayang gunungan dalam wayang kulit purwo dan mempunyai fungsi yang sama pula yaitu sebagai singgetan.
Figur wayang gunungan jika dibandingkan dengan wayang yang lain adalah termasuk jenis wayang yang paling rumit, penuh sunggingan, tatahan (patahan) serta penuh dengan makna. Gagasan budaya jiwa yang tercermin dalam figur wayang gunungan adalah konsep keseimbangan. Konsep keseimbangan ini bagi masyarakat Jawa adalah sangat penting dan tercermin aktivitas kebudayaan. Dan semua lukisan itu sebagai cerminan gagasan keseimbangan hidup.
Inti falsafah gunungan dalam wayang sadat ini adalah kesenian Islam dengan ciri khas yang berbeda, salah satunya lama pertunjukan (pementasan), corak lukisan pada gunungan dan lain sebagainya. Gelarnya gunungan wayang sadat ini adalah seni Islam yang indah, isinya berupa ajaran luhur dan bertujuan untuk mencapai kesempurnaan hidup.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jiwa, (Yogyakarta: Gama Media, 2000). Effendi Zarkasi, Unsur-unsur Islam dalam Pewayangan, (Solo: Mardikunto, 1977). Suwaji Bastomi, Gelis Kenal Wayang, (Semarang: IKIP Semarang Press, 1992).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar