Skip to main content

Pengertian Tawaduk dalam Tasawuf

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: May 23, 2013

Tawaduk berarti rendah hati, salah satu hal penting dalam tasawuf. Orang yang tawaduk adalah orang yang merendahkan diri dalam pergaulan, tidak menampakkan kemampuan yang dimiliki. Dalam pergaulan orang yang memiliki sikap tawaduk disukai oleh orang lain dan dapat menimbulkan rasa simpati dari pihak lain.
Kebalikan dari sikap tawaduk adalah takabur, sikap takabur tidak disukai dalam pergaulan. Orang yang takabur selalu ingin dipuji dan dihormati orang lain. Akan tetapi, yang terjadi sebaliknya, orang yang takabur kehilangan rasa simpati pihak lain. Sikap tawaduk dalam pergaulan sangat penting. Islam memberikan tuntunan kepada umatnya untuk memiliki sikap tawaduk, dan menjauhi sikap takabur pada siapapun. Dalam al-Quran, Allah berfirman:
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil. (Q.S. al-Isra/ 17 : 24).
Ayat ini mewajibkan kita untuk bersikap tawaduk kepada kedua orang tua melalui tindakan atas dasar rasa kasih sayang. Kita hendaknya juga mendoakan kepada kedua orang tua agar senantiasa dirahmati Allah swt. Perilaku-perilaku tawaduk banyak sekali, adapun bentuk-bentuk perilaku tawaduk, antara lain.
  1. Menghormati kepada orang yang lebih tua, atu lebih pandai dari dirinya
  2. Sayang kepada yang lebih muda, atau lebih rendah kedudukannya
  3. Menghargai pendapat dan pembicaraan orang lain
  4. Bersedia mengalah demi kepentingan umum
  5. Santun dalam berbicara kepada siapapun
  6. Tidak suka disanjung orang lain atas kebaikan atau keberhasilan yang dicapai.
Perilaku tawaduk merupakan salah satu perilaku terpuji, setiap perilaku terpuji memiliki hikmah. Adapun hikmah perilaku tawaduk ini antara lain
  1. Menimbulkan rasa simpati pihak lain sehingga suka bergaul dengannya; akan dihormati secara tulus oleh pihak lain sesuai naluri setiap manusia ingin dihormati dan menghormati
  2. Mempererat hubungan persaudaraan antara dirinya dan orang lain
  3. Mengangkat derajat dirinya sendiri dalam pandangan Allah maupun sesama manusia.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
T. Ibrahim dan darsono, Membangun Akidah dan Akhlak, (Solo: Tiga Serangakai Pustaka Mandiri, 2009). Al-Quran dan Terjemahannya Juz 1-15, (Kudus: Menara Kudus, 2006). Abdullah Bin Muhammad, Tafsir Ibn Katsir, (Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’i, 2008).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar