Skip to main content

Pengertian Remaja Berbagai Perspektif

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: March 06, 2013

Secara etimologi, kata remaja berarti mulai dewasa, sudah sampai untuk kawin. Istilah asing yang sering dipakai untuk menunjukan masa remaja, antara lain: puberteit, adolescentia dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula dikatakan pubertas atau remaja. Dalam berbagai macam kepustakaan istilah-istilah tersebut tidak selalu sama uraianya.
Puberty (Inggris) atau pubertiet (Belanda) berasal dari bahasa Latin: Pubertas. Pubertas berarti kelaki-lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda- tanda kelaki- lakian. Adolescentia, berasal dari kata Latin: Adolescentia. Dengan adolescentia dimaksudkan masa muda yakni antara 17 dan 30 tahun.
Dari pemakaian istilah di beberapa Negara dapat disimpulkan bahwa tujuan penyorotan juga tidak selalu sama, walaupun batas-batas umur yang diberikan dalam penelaahan mungkin sama. Dari kepustakaan didapatkan bahwa puberteit adalah masa antara 12 dan 16 tahun.
Adolescentia adalah masa sesudah pubertas, yakni masa antara 17 dan 22 tahun. Pada masa ini lebih diutamakan perubahan dalam hubungan dengan lingkungan hidup yang lebih luas, yakni masyarakat di mana ia hidup. Tinjauan psikologi dilakukan terhadap usaha remaja dalam mencari dan memperoleh tempat dalam masyarakat dengan peranan yang tepat.
Secara terminologi, para ahli merumuskan masa remaja dalam pandangan dan tekanan yang berbeda, diantaranya:
Menurut Zakiah Daradjat, masa remaja (adolesensi) adalah masa peralihan dari masa remaja-remaja menuju masa dewasa, dimana remaja-remaja mengalami pertumbuhan cepat disegala bidang. Mereka bukan lagi remaja-remaja, baik bentuk jasmani, sikap, cara berfikir dan bertindak, tetapi juga bukan pula orang dewasa yang telah matang. Masa ini mulai kira- kira umur 13 tahun dan berahir kira- kira umur 21 tahun.
Menurut Elisabeth B. Hurlock, masa remaja merupakan periode peralihan, periode perubahan, sebagai usia bermasalah, masa mencari identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistis dan sebagai ambang masa dewasa.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, remaja adalah suatu masa: (a) individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya samapai ia mencapai kematangan seksual; (b) individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari remaja-remaja menjadi dewasa; (c) terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri.
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, ada 3 tahap perkembangan remaja:
Remaja Awal (Early Adolenscence), yaitu seorang remaja pada tahap masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terj adi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jens dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.
Remaja Madya (Middle Adolescence), yaitu tahap remaja yang membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan narcistic yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang punya sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana, peka atau tidak peduli, ramai-ramai, atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari oedipoes complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kremaja-kremaja) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis.
Remaja Akhir (Late Adolenscene), yaitu masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu:
  1. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
  2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
  3. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
  4. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada dirisendiri) diganti dengan kesimbangan antara kepentingan dirisendiri dengan orang lain.
  5. Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public).
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta: BPK Gunung Agung, 1981). Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1988). Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar