Skip to main content

Biografi Soren Kierkegaard

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: December 14, 2012

Soren Kierkegaard lahir di Copenhagen pada tanggal 5 Mei 1813. Anak bungsu lahir dari tujuh bersaudara. Ibunya, Anne Lund kierkegaard, adalah istri kedua ayahnya, Machel Padersen Kierkegaard yang sudah tua dan sebelumnya adalah pembantu Ny. Kierkegaard yang pertama selama masa sakitnya terakhir.
Ayahnya mengetahui kelebihan dari anaknya tersebut maka dari itu ia berusaha memupuk kejeniusannya dan berusaha memupuknya. Meskipun ayahnya adalah seorang yang otodidak, tetapi pengetahuannya banyak sekali. Ia berniat akan menangani sendiri sebagian besar pendidikan Soren Kierkegaard. Ia akan menyuruh Soren muda menguping selama jamuan makan bersama dengan para elit Copenhagen. Sesudahnya, ia akan menyuruh Søren duduk di kursi kosong di antara para tamunya dan mengatakan argumen yang telah dikemukakan tamunya itu selama makan.
Machel akan mengajar Soren Kierkegaard ilmu bumi dengan memegang tanganya dan berjalan-jalan di kamar, duduk dengannya sambil membayangkan kamar tamu itu sebagai sebuah negeri asing dan meyuruh dia menyebutkan nama pemandangan-pemandangan termasyhur yang akan mereka “lihat” di negeri asing itu. Soren di sekolahkan di sekolah latin dengan intruksi dari ayahnya supanya mendapatkan nilai terbaik tiga.
Salah satu hal pertama yang dilakukan oleh Soren Kierkegaard setelah mengetahui bahwa dirinya adalah bukan seorang budak adalah jatuh cinta dan bertunangan. Ia berjumpa dengan Regina Olsen ketika ia berumur dua puluh empat tahun dan regina berumur empat belas tahun. Tetapi dibalik itu ia mengalami suatu depresi berat tentang pernikahan tersebut, ia mulai berpikir bahwa ia melakukan kesalahan besar dengan membuat usul perkawinan tersebut. Ia teringat betapa mendalam melakoninya dan betapa hal ini berbeda dengan sifat-sifat periang dan riang hati yang menjadi watak Regina. Ia menjadi khawatir bahwa perkawinannya dengan Regina akan berakibat kemurungan meliputi Regina sehingga ia akan menjadi gadis yang menderita.
Akhirnya Soren Kierkegaard pun membatalkan perenungannya dan pergi menghilang dari Denmark dan diam-diam pergi ke Berlin. Di Berlin ia mendaftarkan diri di Universitas dalam mata pelajaran filsafat Hegel di bawah asuhan Profesor. Schelling yang terkemuka. Disini kawan-kawan sekelasnya antara lain Freidrich Engels, Ludwig Feurbach, dan Machel Bukunin. Mereka masing-masing akan berpengaruh kuat pada pemikiran Eropa.
Setelah selesai belajar di Berlin, Soren kembali ke Copenhagen, tetapi ketika ia mengira melihat Regina menrima lamarannya di gereja, ia lari lagi ke Berlin. Selama di Berlin kedua kalinya ini, ia menulis salah satu bukunya yang terbesar, Fear and Trembling, bukunya tentang Abraham dan Ishak, dan buku itu mengandung pesan rahasia untuk regina.
Menurut Soren Kierkegaard, agama Kristen purba merupakan revolusi rohani yang menantang status quo dan oleh karenanya merupakan seranga terhadap segala kemapanan dan keenakan. Akan tetapi, Gereja sekarang ini justru merupakan lambang kemampuan borjuis yang puas diri, maka ia mengkritiknya dengan gencar pada setiap kesempatan. Ia menyebut apa yang dikhotbahkan Gereja sebagai “ocehan ilmu’.
Soren Kierkegaard terlibat dengan berapi-api dalam polemik ini ketika, pada tanggal 2 Oktober 1855, ia jatuh di jalan dan menjadi lumpuh. Satu setengah bulan kemudian ia meninggal, tanggal 11 November 1855, hampir terjadi keributan pada waktu pemakamannya, ketika sejumlah mahasiswa teologi marah di universitas, menjadi penasaran karena cara Gereja mencoba mengambil alih dalam kematian orang yang telah menentangnya dengan demikian getirnya sampai hembusan nafas yang penghabisan.
Soren A. Kierkegaard adalah bapak eksistensialisme. Penobatan ini dilakukan oleh muridnya, Jean Paul-Sartre. Karya Kierkegaard yang ditulis Kierkegaard sesungguhnya bukan hasil olah pikir ataupun konstruksi teoritis belaka, melainkan pengalaman hidupnya sendiri. Sartre-lah yang kemudian menciptakan istilah eksistensialisme dan Kierkegaard-lah sang bapaknya.
Bagi Kierkegaard, ketidakbermaknaan eksistensiku menjadikanku gelisah dan putus asa, hampa dan depresi. Kehidupan manuysia modern terletak pada kegelisahan dan tak seorang pun yang tidak gelisah terhadap eksistensinya.
Soren Kierkegaard menulis tentang kebenaran, yang olehnya disebut “kebenaran subjektif” atau “kebenaran eksistensial”. Menurut Kierkegaard, kebenaran ini adalah jenis kebenaran yang terpenting, tetapi sayang tidak dapat dikomunikasikan secara langsung. Kebenaran subjektif atau eksistensial terdiri dari wawasan-wawasan yang dalam atau pewahyuan atau pilihan-pilihan tentang hidup seseorang individu, dan semuanya itu berbeda untuk tiap-tiap individu.
Soren Kierkegaard mendapat banyak ilham untuk teorinya itu dari filsuf kesukaanya, yaitu Sokrates (469-399 sesudah masehi). Dalam pembicaraan pembicarannya, yang tampak dicatat oleh muridnya, Plato, bentuk komunikasi Sokrates tampaknya suatu ironi. Ia mengatakan lebih dari yang sebenarnya, mengatakan kurang dari yang sebenarnya, mengatakan tidak sebagaiamana adanya, mengatakan secara puitis, dan mengatakan secara mitologis.
Kierkegaard meniru metode Sokrates dan Yesus dalam memilih berkomunikasi dengan cara tak langsung dan ironis. Ia berbuat seperti itu dengan menulis semua karya filosofinya secara rahasia, menerbitkan karya-karya itu dengan pseudonym (nama samaran), dan kemudian mengatakan tak bertanggung jawab atas isinya.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Hasan Hanafi, Berkenalan dengan Ekasistensialisme: (Pustaka Jaya, Jakarta 1976).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
-->