Skip to main content

Biografi Ath-Thabari

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: November 29, 2012

Nama lengkap Ath-Thabari adalah Muhammad bin Jabir bin Kholid bin Katsir Abu Ja’far Ath-Thabari. Lahir di Amul Thabaristan yang terletak di pantai selatan laut Thabaritsan pada tahun 225 H/839 M dan meninggal di Baghdad pada tahun 310 H/923 M.
Ath-Thabari adalah seorang sejarahwan besar, ensiklopedis, ahli tafsir, ahli qiraat, ahli hadis dan ahli fikih. Ia sudah mulai belajar pada usia yang sangat muda dengan kecerdasan yang sangat menonjol. Dia sudah hafal al­-Quran pada usia 7 tahun. Ilmu-ilmu dasar dipelajarinya di kota kelahirannya, karena orang tuanya orang yang berada, dia mendapat cukup fasilitas untuk melanjutkan studinya ke pusat-pusat studi di dunia Islam.
Pertama-tama Ath-Thabari berangkat ke Rayy. Salah seorang gurunya di sana adalah Muhammad ibn Humayd Al-Razi, seorang sejarawan besar waktu itu. Dari sana ia pindah ke Baghdad, dengan maksud untuk belajar kepada Ahmad ibn Hanbal, seorang ahli hadis dan ahli fikih termasyhur pada waktu itu, akan tetapi Ahmad ibn Hanbal sudah meninggal sebelum sampai ke kota tersebut.
Kemudian Ath-Thabari pindah ke Bashrah dan sebelumnya mampir di Wasit untuk mendengar beberapa kuliah. Kemudian ia pergi ke Kuffah di mana ia menimba 100.000 hadits dari Syaikh abu Kurayb. Tidak lama setelah itu ia kembali ke Baghdad dan menetap di sana untuk jangka waktu yang cukup lama.
Setelah itu pada tahun 876 M, Ath-Thabari pergi ke Fustat, Mesir, tetapi ia singgah di Syiria untuk menuntut ilmu hadis. Ketika di Fustat (871-872 M) orang-orang memasukkannya dalam barisan ulama terkenal. Di Mesir ia berjumpa dengan Abu Al-Hasan al-Siraj Al-Mishri.
Setelah belajar fikih Syafi’i kepada al-Rabi’ al-Muzni, dan putera-­putera Abd al-Ahkam dan belajar qira'at dari Yunus Ibn Abd al-A’la Al­Shayrafi, Ath-Thabari kemudian kembali ke Baghdad dan menetap di sana hingga ia meninggal dunia pada tahun 310 H/ 932 M.
Dalam masa itu, Ath-Thabari hanya dua kali meninggalkan Baghdad, pergi ke kota kelahirannya, yaitu sekitar tahun 902 dan 903 M, kitab tafsirnya berjudul Jami’ul Bayan Fi Tafsiril Qur’an, inilah tafsir yang terbesar.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Mahmud Basuni Fawdah, Tafsir-tafsir al-Qur’an, Perkenalan dengan Metode Tafsir, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1987). Nasruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1998). Yusuf Qardhawi, Al-Qur’an dan As-Sunah, Terj., Bahruddin Fannani, (Jakarta: Rabbani Pers., 1997). Abd Al-Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Mawdhu ’iy Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996). Badri Yatim, Historiografi Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997). Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu-ilmu al-Qur’an 2, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar