Skip to main content

Biografi KH. Ahmad Rifa'i

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: October 18, 2012

KH. Ahmad Rifa’i dilahirkan pada tahun 1786, di Desa Tempuran yang terletak di sebelah selatan Masjid Besar Kendal. Ayahnya bernama Muhammad Marhum, anak seorang penghulu Landeraad Kendal bernama Raden KH. Abu Sujak alias Sutjowidjojo.
Menurut sumber dari kalangan Rifai'yah, sejak kecil KH. Ahmad Rifa’i telah ditinggalkan oleh ayahnya dan kemudian dipelihara oleh kakeknya bernama KH. Asy'ari, seorang ulama terkenal di wilayah Kaliwungu yang kemudian membesarkannya dengan pendidikan agama.
Dengan demikian, masa remaja KH. Ahmad Rifa’i berada dalam lingkungan kehidupan agama yang kuat karena Kaliwungu merupakan wilayah yang sejak dulu terkenal sebagai pusat perkembangan Islam di wilayah Kendal dan sekitarnya. Di lingkungan inilah ia diajarkan bermacam-macam ilmu pengetahuan agama Islam yang lazim dipelajari dunia pesantren seperti ilmu Nahwu, Sharaf, Fikih, ilmu Badi', ilmu Bayan, ilmu Hadis, dan ilmu al-Quran.
Pada tahun 1833, KH. Ahmad Rifa’i berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji melalui pelabuhan Semarang dan kemudian menetap di sana selama delapan tahun. Selain belajar di Mekah, para. pengikutnya ada yang meyakini bahwa ia juga belajar di Mesir selama 12 tahun. Akan tetapi, hal ini bertentangan dengan informasi lain yang menyatakan bahwa ia pergi ke Mekah dan setelah delapan tahun kembali ke Kendal dan selanjutnya pindah ke Kalisalak.
Nasab KH. Ahmad Rifa’i berujung dari Raden K.H Abu Sujak alias Soetjowidjojo seorang bangsawan darah kraton, bekerja sebagai penghulu Landeraad di Kendal, menikah dengan seorang gadis di Kendal. Dari pernikahan itu membuahkan hasil keturunan. Anak sebanyak lima orang, nyi Nakiyamah, Raden K.H Muhammad Marhum, Raden K.H. Bukhori, Raden K.H. Ahmad Hasan, Raden Kiai Abu Mustofa. Anak kedua hasil pernikahan Abu Sujak dengan gadis pilihannya itu bernama Muhammad Marhum. Setelah Muhammad menikah dengan Siti Rohmah atau Umi Radjiyah di Kendal dan mendapatkan tujuh keturunan, yakni K.H Kamarun, KH Abdul Karim, Kiai Salamah, K.H Zakaria, Nyai Radjiyah ,Kiai Muhammad Arif dan Syaik Ahmad Rifa’i. Tujuh anak keturunan Muhammad ini kemudian berkeluarga dan menyebar di Kendal dan sekitarnya hingga sekarang. Sedang Ahmad Rifa’i anak bungsu Muhammad itu menjadi ulama besar yang penuh karisma kemudian menetap di Kalisalak Batang.
Setelah sekian lama digodok dalam tempaan guru Asy’ari, maka pada tahun 1816 M, di usianya yang ke-30 tahun, KH. Ahmad Rifa’i memutuskan sendiri untuk menunaikan haji dan umroh ke Makah. Seperti umumnya hujjaj (jamaah haji), terutama yang benar-benar mencintai ilmu pengetahuan, selalu berkeinginan untuk menetap (mukim) untuk beberapa lama di Jazirah Arab untuk mendalami ilmu pengetahuan agama Islam. Demikian juga halnya dengan Ahmad Rifa’i, ia selama delapan tahun menetap di Mekah dan Madinah.ia berguru kepada sejumlah ulama terkenal di sana, seperti Syaikh Isa Al-Barowi (1235 H.), dan Syaikh Fakih Muhammad ibnu Abdul Aziz al- Jaizi. Ahmad Rifa’i berguru kepada kedua ulama tersebut tentang berbagai macam cabang ilmu pengetahuan agama Islam, disamping belajar dengan ulama-ulama besar lainnya. Sekalipun demikian, Ahmad Rifa’i tidak lepas dari pengaruh perkembangan Islam yang terjadi di Jazirah Arab sekitar abad XVII yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Setelah menuntut ilmu agama selama delapan tahun di Mekah dan Madinah, KH. Ahmad Rifa’i melanjutkan studinya ke negeri yang terkenal kental dengan pemikiran-pemikiran mazhab Syafi’i yaitu Mesir, karena fatwa Imam Syafi’i, Qoul Jadid yang terbanyak ada di sana. Koleksi kitab-kitab bermazhab Syafi’i sementara yang belum sempat terbitkan juga tersimpan di perpustakaan Darul Kutub di kota tersebut. Kepindahan Ahmad Rifa’i ke Mesir ini juga mempunyai maksud ingin memperluas ilmu agama kepada guru-guru yang berafiliasi kepada mazhab fikih Imam Syafi’i, karena dia juga sadar bahwa sebagian besar masayarakat Islam di Indonesia, terutama di Jawa adalah penganut faham tersebut.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Abdul Djamil, Perlawanan Kiai Desa: Pemikiran dan Gerakan Islam KH.Ahmad Rifa’i (Kalisalak, LKIS: Yogyakarta, 2001). Ahmad Syadzirin Amin, Mengenal Ajaran Tarajumah Shaikh H. Ahmad Rifa’i, (Yayasan Al-Insap, Pekalongan, 1989). Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, (Mizan, Bandung, 1994). Ahmad Syadirin Amin, Gerakan Syaikh Ahmad Rifa’i dalam Menentang Kolonial Belanda, (Jama’ah Masjid Baiturrahman, Jakarta, 1996).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar