Skip to main content

Asal Usul Bahasa Arab

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: September 04, 2012

Menurut pendapat ahli bahasa, bahasa Arab adalah merupakan salah satu rumpun bahasa semit selatan. sedangkan bahasa Semit adalah bahasa yang berakar dari bahasa yang dipakau oleh keturunan Nabi Nuh. Lebih dari itu mereka juga berpendapat, bahwa untuk mengkaji tentang sejarah bahasa Arab, dimana sebelum datangnya agama Masehi (abad kesatu Masehi), para ahli belum memperoleh gambaran apapun mengenai bahasa Arab, karena saat itu belum adanya prasasti atau peninggalan yang dapat diperoleh sebagai bukti munculnya bahasa Arab, dengan kata lain masih misteri.
Prasasti tentang bahasa Arab baru terungkap dengan di-temukannya ukiran-ukiran tulisan yang beranama “al-Nimarah” di dekat kota Damaskus yang bertanda tahun 328 M. Walaupun ditemukan prasasti yang mengungkap misteri sejarah tentang asal-usul dan kapan dimulainya adanya bahasa Arab. Tetapi, masih ada di antara para ahli yang masih bersikap skeptis dengan pemikiran tersebut untuk dijadikan kepastian telah adanya bahasa Arab pada masa itu, karena sebagian besar kata-kata yang terukir dalam prasasti tersebut hanyalah nama-nama orang saja. Menurut pendapat mereka sebaiknya untuk menentukan asal-usul dan kapan dimulainya ada bahasa Arab, kiranya cukup berpedoman kepada teks-teks dari sastra Jahiliyah yang tidak diragukan kebenarannya untuk menjelaskan keadaan-keadaan bahasa Arab sebelum datangnya agama Islam.
Dari kedua pendapat tersebut di atas, tentang asal usul bahasa Arab tersebut sebenarnya tidak terlalu berbeda. Adapun pendapat yang menjadikan ukiran al-Nimarah yang bertanda tahun 328 M. dan pendapat yang menjadikan teks-teks Jahiliyah sebagai patokan awal adanya atau dimulainya bahasa Arab yang seperti kita kenal adalah sama atau berdekatan tahunnya. Eksistensi ukiran al-Nimarah bertanda tahun 328 M., sedangkan Nabi Muhammad saw. telah dilahirkan tahun 571 M. dan syair-syair Jahiliyah yang dikenal dalam Nushush al-Adab al-‘Arabi, pengarangnya hidup antara abad ke 4 dan ke 6. Dengan demikian perbedaan tahun tidak perlu lagi dipermasalahkan. Yang tinggal hanya perbedaan tentang keberadaan ukiran al-Nimarah sebagai prasasti yang menunjukkan telah adanya bahasa Arab pada saat itu, sementara prasasti al-Nimarah hanya memuat nama-nama orang saja. Oleh karena itu orang-orang yang meragukan telah adanya bahasa Arab saat-saat itupun tidak dapat disalahkan. Dan juga pendapat yang menjadikan al-Nimarah sebagai indikasi telah adanya bahasa Arab pada saat itu juga tidak dapat disangkal kebenarannya.
Masyarakat semenanjung Arab sejak dahulu kala sudah terbagi ke dalam beberapa kabilah, suku bani atau garis keturunan dan lain-lain. Masing-masing dari mereka itu sangat menonjolkan tradisi, membanggakan suku, fanatik ‘ashabiyah dan tidak ketinggalan pula bersaing dalam logat dan dialek antara kabilah-kabilah yang ada.
Situasi dan kondisi seperti itu berlangsung cukup lama sampai menjelang datangnya agama Islam. Namun sejak mereka berkepentingan untuk lebih banyak berkomunikasi di musim-musim haji dan suatu kepentingan untuk menyelenggarakan pekan raya di Ukaz dan Zulmajaz, maka mereka mulai merasakan kebutuhan adanya alat untuk saling mengerti bagi semua kabilah. Maka dalam pekan raya tersebut mereka harus menjauhkan dari ciri-ciri lokal yang berkenaan dengan dialek. Mereka berusaha untuk menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh semua pihak.
Karena dalam pekan raya justru diadakan perlombaan bersyair yang diikuti oleh berbagai suku yang beraneka ragam dialek merupakan kegiatan yang paling populer dan menonjol. Dengan keadaan yang demikian maka semakin kokoh kuatlah keinginan untuk mencari solusi dari perbedaan bahasa dan dialek tersebut. Dan pada akhirnya maka terbentuklah suatu bahasa Arab ke-susastraan yang menjadi bahasa Arab standar.
Bahasa Arab standar tersebut berasal dari dialek Quraisy yang disempurnakan oleh dialek suku-suku lain. Kontribusi dialek suku Quraisy menjadi bahasa standar yang berkaitan dengan perkembangan kota Mekkah yang menjadi pusat kegiatan ibadah haji dan di kota Mekkah inilah kebanyakan suku Quraisy menetap.
Dalam perkembangan selanjutnya bahasa standar tersebut menjadi bahasa sastra jahili sekaligus menjadi bahasa yang digunakan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat dalam waktu yang singkat. Pesatnya perkembangan bahasa standar tersebut disebabkan oleh munculnya para ahli dan para genius dari tiap-tiap kabilah yang mampu berbicara dengan fashih, serta mampu menyusun syair-syair dalam sistematika bahasa yang sangat bermutu.
Adapun pengertian bahasa Arab standar adalah bahasa Arab yang sampai pada dan yang digunakan oleh umat Islam dalam bentuk teks-teks klasik sastra jahili bahasa Arab yang dipakai oleh al-Quran dan hadis serta dipakai untuk menulis cabang-cabang ilmu agama, seperti fiqih, tafsir, ilmu kalam dan lain-lain.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Departemen Agama RI., Pedoman Pengajaran Pada Perguruan Tinggi Agama (Jakarta: Bimbaga Islam, 1987). Djuariah Dahlan, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab (Surabaya: Al-Ikhlas, t.th.).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar