Skip to main content

Pengertian al-Rahman dan al-Rahim dari Sisi Bahasa

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: August 14, 2012

Kata al-Rahman al-Rahim merupakan dua nama Tuhan yang paling banyak disebutkan dalam al-Quran sesudah Allah, yaitu masing-masing sekitar 800 kali. Kedua kata benda nama tersebut terdapat polemik antara keduanya. Ada yang mengatakan keduanya musytaq, ada yang mengatakan yang musytaq adalah al-Rahim sedangkan al-Rahman tidak musytaq.
Pendapat yang mengatakan bahwa al-Rahman bukan musytaq, ada beberapa alasannya: Pertama, kata al-Rahman itu merupakan isim yang khusus bagi Allah swt. Kedua, orang-orang Arab itu mengakui rahmat Allah swt kepadanya, sehingga sekiranya kata al-Rahman musytaq dari kata rahmat, tentulah mereka tidak mempertanyakan “siapa al-Rahman itu” pada saat mereka disuruh sujud kepada-Nya, sebagaimana firman Allah swt dalam QS al-Furqan/ 25: 60.
… اسجدوا للرحمن قالوا وما الرحمن …
… Sujudlah kamu sekalian kepada al-rahman, mereka menjawab, siapakah al-Rahman itu …
Ketiga, dalam perdamaian Hudaibiyah, Nabi saw menyuruh Ali bin Abi Thalib ra, menulis surat dengan memulainya dengan basmalah. Suhayl berkata, kita tidak mengetahui apa بسم الله الرحمن الرحيم itu, karena itu, tulislah yang kita pahami yaitu: بسمك الله اللهم .
Dari keterangan tersebut, dipahami bahwa seandainya kata al-Rahman, musytaq dari kata rahmat, tentu saja Suhayl mengetahuinya, dan ia tidak mengusulkan basmalah itu diganti menjadi بسمك الله اللهم . Keempat, Ibn al-Arabi dan al-Zajjaj mengatakan bahwa al-Rahman adalah bahasa Ibrani, sedangkan al-Rahim adalah bahasa Arab.
Yang mengatakan bahwa kata benda nama al-Rahman dan al-Rahim adalah musytaq, karena keduanya bentuk mubalagah, bahkan al-Rahman lebih mubalagah daripada al-Rahim. Penambahan bentuk menjadi al-Rahman mengandung makna lebih dari al-Rahim. Oleh karena itu, dikatakan bahwa Allah Maha Pengasih/Pemurah di dunia dan di akhirat, tetapi Dia Maha Penyayang di dunia saja.
Kalau kita memperhatikan timbangan-timbangan bentuk mubalagah di dalam kitab-kitab tata bahasa Arab, maka kita tidak mendapatkan timbangan فعلان , karena timbangan فعلان merupakan salah satu bentuk timbangan sifat musyabbahah. Oleh karena itu, mengapa kata al-Rahman dianggap sebagai bentuk mubalagah, bahkan lebih mubalagah daripada al-Rahim. Sebagaimana diketahui bahwa isim mubalagah ialah isim yang dibentuk dari kata kerja tsulatsiy transitif yang menunjukkan atas sifat ketetapan dan terus-terusan.
Kata al-rahman dan al-rahim musytaq dari رحم (kata kerja transitif). Dengan demikian, kedua kata tersebut merupakan bentuk mubalagah, meskipun kata al-rahman itu tidak terdapat timbangannya dalam bentuk mubalagah seperti halnya al-rahim, tetapi al-rahman juga dianggap mubalagah, bahkan lebih,karena memang timbangan-timbangan mubalagah semuanya hanyalah sama’iyyah, berbeda dengan timbangan-timbangan sifat musyabbahah yang semuanya qiyasiyyah.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Abd. Muin Salim, al-Nahj al-Qawim wa al-Shirath al-Mustaqim li al-Qalb al-Salim min Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim (Surah al-Fatihah) (Ujungpandang: Syaria’h Press, 1995). Muhammad ‘Aliy Muhammad al-Syawkani, Fath al-Qadir al-Jami’ bayn Fanniy al-Riwayah wa al-Dirayah min ‘Ilm al-Tafsir (Bayr­t: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, tth.). Ahmad al-Hasyimiy, al-Qawaid al-Asasiyyah li al-Lugah al-‘Arabiyyah (td.,). Muthafa al-Galayayniy, Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah (Bayrut: al-Maktabah al-‘Arabiyyah, 1973), Juz I. George M.Abdulmassih, Mu’jam Qawaid al-Lugah al-‘Arabiyyah (Cet.I; Bair­t: Maktabah Lubnan, 1981).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar