Skip to main content

Biografi Hasan; Cucu Nabi saw

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: August 27, 2012

Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muththalib bin Hasyim al-Quraisyi al-Hasyimi, cucu Rasulullah saw, putera dari puteri Rasulullah Fathimah az-Zahra. Lahir pada pertengahan Ramadhan tahun 3 H. Rasulullah saw, mentahnik-nya dengan ludah beliau dan memberinya nama al-Hasan.
Hasan suka kawin cerai. Ali bin Abi Thalib ra, mengatakan kepada penduduk Kufah,1176 “Janganlah nikahkan dia, karena dia suka mentalak istri.” Mereka berkata, “Demi Allah swt, wahai Amirul Mukminin, sekiranya ia datang meminang kepada kami setiap hari niscaya akan kami nikahkan ia kepada wanita yang ia sukai karena keinginan kami mendapat hubungan keluarga dengan Rasulullah saw”.
Artinya, para wanita tidak membenci sikap Hasan tersebut. Bahkan suatu riwayat mengatakan ketika Hasan tidur bersama istrinya yang bernama Khaulah binti Manzhur al-Fazariy ada yang mengatakan Hindun binti Suhail di atas atap rumah mereka yang tidak berpagar. Sang istri bangun dan mengikat kaki beliau dengan kerudungnya kepada gelang kakinya. Ketika Hasan bangun, dia berkata, “Apa-apaan ini?” Istrinya menjawab, ” Aku khawatir engkau bangun dari tidur lalu engkau jatuh dari atap sehingga aku menjadi wanita yang paling tercela di kalangan masyarakat Arab.”
Rasulullah saw sangat mencintai Hasan dan kadang menjilati lidahnya sewaktu ia masih kecil, memeluknya dan bercanda dengannya. Kadang Hasan mendatangi Rasulullah saw saat sedang sujud lalu naik ke atas punggung Rasul. Rasulullah saw membiarkannya dan memanjangkan sujud karenanya.
Abu Bakar ash-Shiddiq memuliakan dan setia kepada Hasan. Demikian pula Umar bin al-Khaththab. al-Waqidi meriwayatkan dari Musa bin Muhammad bin Ibrahim bin al-Harits at-Taimi dari ayahnya bahwa ketika Umar mencatat nama-nama sahabat yang berhak mendapat santunan negara, beliau memasukkan Hasan dan Husain dalam deretan sahabat yang mengikuti perang Badar yang mendapat lima ribu dirham sebulan.
Demikian pula Usman bin Affan memuliakan al-Hasan dan al-Husain dan mencintai keduanya. Pada hari pengepungan terhadap Usman bin Affan, Hasan berada di sisinya dengan pedang terhunus untuk melindungi Utman. Akan tetapi Utsman mengkhawatirkan keselamatannya. Utsman menyuruhnya kembali ke rumah agar hati Ali bin Abi Thalib menjadi tenang.
Demikian pula Ali bi Abi Thalib ayahnya, sangat memuliakan Hasan. Pada suatu hari ia pernah berkata kepada puteranya, “Wahai anakku, maukah engkau berkhutbah? Aku ingin sekali mendengarkannya. ”Hasan menjawab, “Aku malu berkhutbah sementara aku melihatmu.”
Lalu Ali pergi dan duduk di tempat yang tidak terlihat oleh Hasan. Kemudian dia bangkit dan berkhutbah di depan manusia sedangkan Ali mendengarkannya. Ia menyampaikan khutbah yang sangat indah dan fasih.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats as-Sajistani, Sunan Abu Dawud, (Beirut; al-Mu’jam al-Mukhtash; 1408 H). Al-Albani (Muhammad Nashiruddin bin Nuh Najati), Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah, (al-Maktab al-Islami; 1399 M). Al-Fazary (Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad bin Harits, Kitab as-Siyar, (Beirut; 1408 H). Al-Ghaban, Fitnah Maqtal Utsman bin Affan, (tp; 1410 H). Ahmad bin Tsabit al-Baghdaadi, Tarikh Baghdad, (Maktabah Salafiyah; Madinah, tt). Al-Kindi, Muhammad bin Yusuf al-Mishri, Tarikh Wulatil Mishri wa Qudhatiha, (Yayasan al-Kutubuts Tsaqafiyah; 1407). Ibnu an-Nadim Muhammd Ibnu Ishaq, al-Fahrasat, Thabqah Ridha Tajaddud, (Teheran; 1971 M). Ibnu Atsir, al-Kamil fi at-Tarikh (Darul Beirut; Dar ash-Shadir, tt).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar